Sempurna itu Tiada

0 0 0
                                    

"Apa yang mengharuskanku tetap hidup ? Sedang, jurang kematian kian mendekat, berupaya merangkulku dengan erat"

Tanya Aiko sesaat sebelum dirinya ingin melompat dari balik jendela lantai 25 apartemennya.

***

(Flash back)

Sesak tak lagi bisa tertahankan. Keringat di pelipis dan air matanya menetes bersamaan. Redaksi berita yang harus Ia tulis kali ini, tak seperti biasanya.

"Ueda (39), Reporter Lawas sekaligus Manager Dinyatakan Meninggal Dunia Akibat Kelelahan Bekerja".

Ya. Aiko tak mampu lagi menahan tangis saat harus menuliskan berita duka tentang seniornya.

Sebulan terakhir Ueda bekerja tanpa memperhatikan kesehatannya, 160 jam Ia habiskan untuk kerja lembur. Baginya, kesempurnaan adalah harga mati. "Kanpekisugi" (red:Perfeksionis) adalah sebutan yang melekat padanya.

"Osakini sitsurei shimasu, Kachou". (red:izin undur diri terlebih dahulu, Ketua Bagian) pamit Aiko pada Sado kala itu.

"Otsukaresama desu, yoku ganbattemasu ne ! Jyaa matane Aiko Chan" (red:Terimakasih atas kerja kerasmu, kau sudah melakukannya —pekerjaan— dengan baik. Sampai ketemu lagi, Aiko). Sahut Ueda dengan wajah lelahnya sembari melambaikan tangan ke arah Aiko.

Sejak kematian Ueda yang tragis juga misterius itu. Aiko mengalami ilusi berkepanjangan, hingga membuatnya depresi. Kalimat terakhir yang diucapkan Sado padanya kala itu, berulang kali terdengar samar ditelinganya.

"Yoku ganbattemasu ne, jyaa matane, Aiko Chan!" –jyaaaa maaataaane– bayangan Ueda makin menjauh, sembari melambaikan kedua tangannya kearah Aiko.

Aiko memutuskan untuk mengambil cuti kerja, karena dirinya merasa tak mampu lagi bekerja dengan baik, seperti sebelumnya ––sebelum insiden kematian Ueda— Ia merasakan bising yang tak biasa, karena ilusi yang dialaminya.

Hari-hari yang dilaluinya berat, tak jarang Aiko berteriak untuk mengusir bayangan Ueda yang senantiasa mendatanginya dengan ucapan yang selalu sama.

Dua minggu terakhir setelah insiden Ueda meninggal, berat badan Aiko turun hingga 7 kilogram. Wanita berparas sempurna itu, kini hanya tinggal tulang dengan lingkar mata yang makin menghitam.

***

Kematian Ueda memang dianggap wajar oleh sebagian banyak orang, karena berdasarkan hasil penyidikan pun demikian. Menyatakan bahwa Ueda meninggal karena kelelahan. Aiko menyadari meski hal tersebut benar, namun disisi lainnya Aiko juga memiliki firasat berbeda atas apa yang menimpa Ueda.

Aiko bekerja sebagai reporter di bawah naungan departemen Ueda yaitu News Director. Pekerjaan Aiko memang terlihat mudah dan menyenangkan. Menjadi Reporter dengan gaji besar, melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk memperoleh berita yang seakan dianggap suatu proses jalan-jalan oleh kebanyakan orang.

Awalnya, Aiko pun menganggap demikian. Menjadi reporter itu menyenangkan dan memiliki penghasilan lumayan ditambah pula tugas dinas yang tampak seperti orang berlibur ketimbang bekerja.

Aiko sebenarnya tak tahu pasti mengapa Ia memutuskan memilih reporter sebagai pilihan final dari berbagai pilihan pekerjaan yang Ia inginkan sebelumnya. Wajar saja, bukan hanya Aiko yang merasakan demikian. Punya mimpi yang banyak dan berubah di setiap tahapan perjalanan hidup itu hal wajar, bukan?

Sewaktu kecil ingin menjadi Astronot karena terinspirasi oleh tayangan televisi. Lantas berubah lagi ingin menjadi seperti yang lainnya. Entahlah, yang jelas memang demikian adanya bahwa kebanyakan dari diri kita masih tak tahu secara spesifik maunya apa bahkan juga tak mau apa-apa karena tak berdaya, yang penting hidup saja sudah cukup baginya.

Manusia dan kesempurnaan adalah kombinasi sempurna dari suatu kebohongan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Benang Merah AikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang