17 Juli 2019, hari pertama aku menginjakkan kaki di sekolah menengah atas. Ya aku sudah cukup dewasa sekarang. Aku bersama teman-teman SMP-ku mencari kelas. Namun apalah daya, aku tidak sekelas dengan mereka. Mereka mendapatkan kelas 10 Mipa 3 sedangkan aku kelas 10 Mipa 7. Jauh mwhehe. Beruntungnya aku sekelas dengan Echa, sahabatku sewaktu kelas 9. Dulunya kita jarang berkomunikasi lagi karena aku menjauhinya.
Echa mengajakku untuk duduk sebangku dengannya. Aku sekolah di SMA Pelita Bangsa Palembang. Salah satu sekolah Favorit di tempatku. Aku masuk ke sana jalur prestasi. Kami semua mengikuti kegiatan Mos. Aku sangat kesal dengan kakak-kakak osis. Mereka memberi kami tugas untuk meminta tanda tangan seluruh anggota osis. Mana pada songong gak mau ngasih tanda tangan. Mereka serasa artis pada saat itu. Namun pada akhirnya aku berhasil menyelesaikannya.
~○~○~
20 Juli 2019, hari pertama aku resmi menjadi siswi di kelas 10 Mipa 7. Sedikit kesal karena aku berjauhan dengan teman-teman lamaku. Tapi tak apa di 10 Mipa 7 juga menyenangkan. Kami berkenalan dengan wali kelas. Namanya Pak Joko, guru PJOK. Pak Joko menyuruh kami berkenalan satu persatu ke depan kelas. Walau 90% isinya dari SMP asalku, aku tak banyak mengenal mereka.
Aku menunjuk diri untuk menjadi sekretaris kelas dan tugas pertamaku ialah mendata siswa di kelas. Mendadak saat itu aku menjadi artis. Hampir seiisi kelas mengirim message.
Pada masa-masa kelas 10, aku menjadi orang yang sangat ekstrovert. Aku dikenal sebagai orang yang humble dan menjadi panutan di kelas. Aku juga admin grub kelas. Aku juga menghandle seisi kelas, mulai dari mengabsen, acara kelas, ataupun sekedar memanggil guru di kantor. Banyak orang yang mau berteman denganku. Hampir seiisi kelas. Namun tak banyak dari mereka yang membenciku, salah satunya geng Jihan. Mereka menyebutku pick me girl atau caper. Walau aku tidak merasa demikian.
Sewaktu SD dan SMP, aku dikenal sebagai murid yang pintar. Aku selalu menjadi bintang kelas. Aku memahami materi bahkan sebelum guru menjelaskannya. Namun orang bilang aku agak berbeda dengan orang pintar kebanyakan. Aku suka berbagi dengan temanku. Aku suka mengajari mereka, bahkan aku selalu memberitahu mereka kalau ada PR. Aku juga suka memberi jawaban jika mereka bertanya. Hal itu membuat seisi kelas mendapat nilai tinggi, kecuali geng Jihan sih. Mereka gengsi mungkin. Aku senang ketika kami mendapatkan nilai yang tinggi.
Terkesan mereka memanfaatkanku bukan? Tapi mereka teman baikku. Bagi orang yang pintarn menyonteki teman itu hanya akan membuat mereka mendapat nilai lebih tinggi. Padahal tidak juga. Mereka tidak bisa menyaingiku hanya dengan menyontek. Apalagi menyontek dengan ku hahaha.
***
"Cila, kantin yuk." Ajak Echa.
"Ayok," ucapku. Aku bergegas menyusulnya.
"Eh, bareng aja." Ucap Tia. Dia juga mengajak Riza.
Kita berempat berjalan menuju kantin yang tak jauh dari kelas. Kita memesan makanan dan duduk di meja kantin. Aku melihat sekeliling. Kantin yang lumayan luas, dengan beragam makanan. Namun mataku terpaku pada sosok laki-laki bertubuh tidak terlalu tinggi tengah mengantri makanan. Aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi dimana?
Selesai makan, kami berempat kembali ke kelas. Sejak hari ini kami berteman baik.
Bel berbunyi tanda istirahat telah usai. Namun selama beberapa menit tak ada guru yang masuk. Aku segera memanggil Zayyan, ketua kelas.
"Eh Yan, guru biologi siapa ya?" Ucapku sedikit keras karena jarak bangku kami yang lumayan jauh.
"Entahlah," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKY-2019
Teen FictionBertemu kembali dengan Nathan itu menyenangkan, namun aku menyukai Eky -Cila. Cila menyukaiku kan? Bukan Eky kan? -Nathan. Mengapa aku dan Nathan menyukai orang yang sama? -Eky.