3. 第二人生 ( Back in Time ; We Meet Again )

17 2 0
                                    

This story is just fiction, not related to the history of any dynasty. If there is a similarity in name, background, time, it is only an element of coincidence.

Happy reading!

❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍



"Jika kejahatan adalah gerakan yang indah dan kejam. Maka keadilan itu melankolis yang dalam dan tak berdaya."



Chang'an 312, Dinasti Jin

"Penyihir Zishi keluar kau!"

"Cepat keluar! Atau kami robohkan rumahmu!"

Puluhan prajurit istana mengepung kediaman Zishi. Tak kunjung mendapat jawaban yang dinanti, salah satu prajurit coba mendobrak pintu kayu usang dengan tombak di tangan.

Zishi yang berada di dalam takut setengah mati. Tubuhnya gemetar, pikirannya tak karuan, jantungnya berdegup amat kencang. Ia tak tahu perbuatan apa yang ia lakukan hingga para prajurit istana sudi mampir di rumah reyotnya.

"Apa yang harus aku lakukan," jeda, Zishi tetap gemetar. Netra ungunya mengedar, hingga pandangannya jatuh pada pintu belakang.

Tak berselang lama, pintu berhasil didobrak. Menyisir ke segala penjuru namun sosok penghuni tak nampak.

"Lapor! Sepertinya Penyihir Zishi melarikan diri."

"Sisir seluruh Ibukota. Temukan Penyihir itu dalam keadaan hidup atau mati!"

"Baik!"


***


Restauran Sembilan Wilayah

"Skakmat!"

"Bermain mahyong denganmu sama saja mengantar kemiskinan."

"Sesuai kesepakatan," jeda, pemuda berhanfu hijau menaikkan sebelah alis seraya tersenyum penuh kemenangan," lain kali bawa Dewa Keberuntungan jika ingin bertaruh. Aku pergi dulu."

Usai menerima sekantong emas, senyum bahagia tak pudar dari wajah tampannya. Dengan langkah lebar pemuda berhanfu hijau keluar restauran.

"Tuan muda Qingzhu gawat!"

"Ada apa?"

"Prajurit istana mengepung rumah Nona Zishi."

"Apa?"


***



Zishi berlarian tak tentu arah. Di benaknya hanya ada satu keinginan, kabur sejauh mungkin dari Ibukota. Setidaknya kemungkinan ia selamat masih ada.

Terus saja ia berlari hingga tanpa sengaja tersandung dan terjerembab.

"Cari Penyihir Zishi. Ia pasti tak jauh dari sini!"

Nampaknya Dewa Keberuntungan tak berpihak. Baru saja lolos, kini kembali terkepung.

Menahan sakit di sekujur tubuh, Zishi berusaha bangkit. Pandangannya mengedar, di tatapnya satu persatu wajah asing itu.

"Apa mau kalian?"

"Ikut kami ke Istana. Akuilah kejahatanmu, mungkin Kaisar akan berbelas kasih."

"Hahahah," jeda, Zishi tersenyum miris. Ia tak melakukan kejahatan apapun, tetapi dimintai pertanggungjawaban, " untuk apa aku ikut kalian. Mengakui kesalahan? Bahkan aku tak tahu apa salahku."

"Jangan berpura-pura! Kau telah membunuh menantu Kaisar. Masih tak mengaku salah?"

"Omong kosong. Aku bahkan tak tahu menantu Kaisar itu yang mana."

一次性收藏 ( Kumpulan Oneshoot )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang