5. Goodbye My Princess

20 1 0
                                    


This story is just fiction, not related to the history of any dynasty. If there is a similarity in name, background, time, it is only an element of coincidence.

Happy reading!

❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍❍


Dinasty Ming, 1840


"Kaisar, Tuan Puteri menghilang lagi,"

Ini bukan kali pertama. Rasa rasanya Kaisar tak tahu lagi harus seperti apa menghadapi sang anak. Diusapnya wajah setengah keriput itu, detik kemudian terdengar hembusan napas mengudara.

"Perintahkan prajurit menyisir seluruh kota. Anak itu tak akan bisa pergi jauh."

"Hamba mengerti!"

Mu Deqing berlalu dengan terburu.

"Sampai kapan kau akan terus kabur-kaburan seperti ini, Chu Lingshi."

Sementara di lain tempat...

Gadis berpakaian serba putih--lengkap dengan tudung--nampak santai menikmati manisan yang ia beli beberapa saat lalu.

Ah..

Desahnya lega. Bisa kabur untuk kesekian kali adalah keberuntungan baginya. Ia selalu begini menjelang hari peringatan kematian sang ibu.

"Jika bukan karena selir kesayanganmu naik takhta, aku tak akan seperti ini," jedanya, merapikan pakaian sejenak sebelum melanjutkan perjalanan yang entah kemana tujuannya,"maafkan aku ayah."

Di tengah keramaian pasar, ia mengedarkan pandangan. Hingga ekor matanya tak sengaja menangkap beberapa prajurit kerajaan tengah berdatangan menyisir segala penjuru.

Ia yakin, mereka ditugaskan mencari dirinya. Ah, sial, batinnya.

Tak ingin tertangkap, dengan langkah seribu Lingshi berlari tunggang langgang hingga menabrak beberapa pedagang manisan di tengah jalan.

Terus saja ia berlari dan tanpa sadar ia memasuki hutan, nafasnya putus putus, tak sanggup lagi--ia memilih berhenti--bersandar pada pohon jati seraya melepas tudung.

"Setidaknya aku aman di sini,"ujarnya.

Dirasa lelah mulai mereda, Lingshi pun bangkit. Namun, langkahnya harus terhenti saat tiba-tiba ada anak panah yang melesat ke arahnya dan menggores sedikit pipi kanannya.

Perih. Itu yang ia rasakan.

Beberapa saat kemudian, datanglah seorang pemuda jangkung berlarian ke arahnya. Duduk berjongkok dan meraih wajah tirus itu.

"Astaga, Nona, anak panahku melukai dirimu,"jeda, pemuda itu membantu Lingshi berdiri lantas dipapah," aku benar benar minta maaf atas hal ini."

Tak ada sahutan sepatah katapun dari Lingshi. Suaranya seakan tercekat di tenggorokan.

Pemuda itu membawa Lingshi menaiki kuda dan pergi. Berhentilah mereka di sebuah gubuk kecil di pinggiran sungai. Dengan telaten si pemuda membersihkan luka Lingshi.

"Argh," Lingshi sedikit meringis menahan sakit.

"Maaf, aku akan lebih pelan."

Hening setelahnya. Hingga luka Lingshi selesai diobati.

Ketika pemuda itu hendak beranjak, Lingshi mengajukan tanya.

"Siapa kau?"

Si pemuda menoleh dan tersenyum simpul.

"Aku kira kau tunawicara,"jeda, terselip nada bercanda," Ma Xuanren, aku seorang pengembara dari negeri seberang. Kau?"

"Chu Lingshi, aku--" ucapannya terpotong. Ia berpikir sejenak, tak mungkin terang terangan memberitahu jati dirinya, bisa bahaya pikirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

一次性收藏 ( Kumpulan Oneshoot )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang