2. Cinta

12 4 0
                                    

2. Cinta

Sepulangnya dari sana, Genta mulai  mempertanyakan dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa membunuh wanita itu? dan lebih anehnya, sekarang suara - suara yang dikeluarkan oleh sang wanita, yang menggema di seluruh terowongannya,  tidak lagi terasa menyebalkan.

Justru sebaliknya, Genta malah senang mendengar suara-suara itu.

Dia mengaku ketika berada tepat di depan pintu kamar, dia merasakan sebuah perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, inikah yang disebut… cinta?.

Genta merasa dia harus memberikan hadiah untuk  sang wanita, sehingga dia mengambil rangka tulang manusia yang menurutnya paling bagus dan bergegas  pergi ke rumah sang wanita keesokan harinya untuk meletakkannya di suatu tempat.

Sadar sang wanita  sedang tidak berada di rumah, Genta meletakkan rangka tulang manusia yang dibawanya tepat  di depan pintu kamar dan pergi dari sana.

...

Kembali ke terowongan bawah tanah, Genta segera disambut oleh roh penunggu yang menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah.

Roh penunggu dapat dengan jelas melihat bagaimana Genta ragu dalam membunuh sang wanita dan mengharapkan sesuatu, yang dimana menurutnya, harapan itu tidak akan tercapai.

"Ketika sang  wanita melihatmu, dia pasti muntah karena merasa jijik dengan wujud fisikmu." kata roh tersebut.

Mendengar ini, Genta tertantang untuk membuktikan bahwa apa yang ia harapkan bisa saja tercapai.

"Apa yang kau tau dasar roh bodoh! aku akan pergi ke rumahnya sekarang juga dan akan menunggunya di kamar, tidak lama lagi, aku pasti akan berhasil membawa wanita itu ke dalam terowongan." kata Genta dengan kesal.

Genta kembali pergi ke rumah sang wanita, dan tidak lagi menemukan rangka tulang manusia yang dia letakkan di depan pintu.

Masuk ke dalam kamar, dia menemukan secarik catatan di atas kasur yang dituliskan oleh sang wanita kepada seorang pria bernama Mark.

Catatan ini berisikan permintaan sang wanita kepada Mark untuk mengambil kotak berisikan lilin yang hendak mereka gunakan untuk…

Genta tidak bisa membaca tulisan berikutnya, karena banyak huruf yang  terlalu membingungkan baginya. 

Di saat itu juga, tiba - tiba Genta terhantam oleh sesuatu, dan suara sang wanita yang terungkap namanya sebagai Marie terdengar.

"Akhirnya kita berhasil menangkap makhluk ini Mark!" kata Marie lega.

"Kau benar, jika begitu ayo segera letakkan dia ke basement..." kata Mark.

Mark dan Marie membawa Genta ke area basement, namun Mark menyadari bahwa Genta masih bergerak, sehingga Marie mengusulksn untuk memotong-motong tubuhnya di basement.

...

Tak lama kemudian, Genta tersadar di area  basement dan merasakan sakit luar biasa di tubuhnya.

"Sakit... tubuhku sangat sakit." gumam Genta dengan sedih.

Dia tidak ingat apa yang terjadi dan memutuskan untuk pulang, keluar dari area basement, dia mendapati pintu keluar  terbuka lebar dan pergi melalui pintu itu…

Genta mendapati diri berada di area hutan dan berjalan  menelusurinya, dimana dalam penelusuran ini dia melihat sebuah tenda yang ditinggalkan begitu saja, pakaian Marie yang sedang tergantung di pohon, dan sebuah tas yang menurutnya sama persis dengan tas milik sang bocah yang dia bunuh saat itu.

"Aku harus terus berjalan..." kata Genta.

Penelusuran ini pada akhirnya menuntunnya ke sebuah lambang aneh di atas tanah yang dibuat dengan menggunakan garam.

Hanya sesaat melihat lambang itu, Genta tiba-tiba merasa ngantuk dan tertidur.

...

Saat terbangun, Genta mendapati dirinya berada tepat di tengah - tengah lambang ritual dengan Mark dan Marie sedang memperhatikannya.

"Bagaimana bisa makhluk kecil ini masih hidup..." kata Marie.

Marie kebingungan melihat Genta yang masih saja hidup dan menjadi panik ketika melihat Genta bergerak - gerak.

"Sialan, kau harusnya memotong tubuhnya selagi dia pingsan Mark!" kata Marie gelisah.

"Apa yang kau pikirkan? satu - satunya cara untuk membunuh makhluk sepertinya adalah dengan proses ritual!" kata Mark marah.

Genta yang tidak bisa menggerakkan tubuhnya melihat pertengkaran Marie dan Mark, segera Genta menyadari bahwa dia telah dikhianati oleh wanita yang dia cintai, Marie.

"Aku tidak peduli, makhluk sialan ini telah membunuh ayahku!" kata Marie.

Mark yang mendengar saudara perempuannya marah segera menenangkannya.

"Tunggu, apa mungkin ada hal yang tidak sengaja kita lewatkan? karena menurut petunjuk di buku, seharusnya monster yang terjebak di dalam segel Solomon atau Pentagram akan mengeluarkan busa dari mulut atau terbakar." kata Mark.

Seketika mendengar itu, Marie langsung tersadar dan berkata dengan panik: "tidak mungkin... kita lupa meletakkan lilin di sekitar lambang Pentagram!"

"Ah... kau benar Marie!" kata Mark sambil menepuk dahinya.

Kenyataan ini menempatkan Marie dan Mark dalam situasi yang tidak menguntungkan, karena mereka melihat Genta yang mulai mendapatkan kembali kekuatannya.

"Marie... kenapa kau melakukan ini padaku?" kata Genta dengan dingin.

Kini setelah mengetahui bahwa perjuangannya dalam mendapatkan hati Marie berakhir sia-sia, bahkan Marie ingin membunuhnya, emosi dan perasaan Genta yang sudah lama menghilang bergejolak kembali, dia sangat lapar.

Hebatnya, meski tahu ada kesalahan dalam proses ritual, 2 orang pintar ini tetap berdiri diam di tempat, memberikan Genta kesempatan untuk  mengajak Marie berkencan dan makan malam bersamanya…

Cinta? itu tidak penting, Genta merasakan perasaan puas saat menyantap tubuh Marie.

[The end]

[END] I Live Under Your HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang