bagian (2)

1.4K 155 14
                                    

Renjun melirik dengan ekor matanya saat melihat Jaemin keluar dari kamarnya.

"kemarilah" ajak Renjun.

"kalau kau ingin membahas Jeno, lupakan saja" balas Jaemin acuh.

"kau seperti wanita saja" dumel Renjun. 

Jaemin masa bodoh,  melangkah ke arah dapur.

"kok sepi?  Yg lain kemana? " tanya Jaemin dari dapur.

"Jeno pergi bersama Haechan,  dua bocah itu ada di kamar Jeno sekarang,  merusak laptop Jeno sepertinya"

Tidak ada sahutan lagi dari Jaemin, Renjun masa bodoh,  memilih fokus dengan hp nya.

Di dapur Jaemin kembali merenung,  memikirkan kejadian tiga hari yg lalu.  Dimana Jaemin pernah merutuki takdirnya yg harus bertemu Jeno.  Tapi sekarang Jaemin menyesal,  pasti perkataannya menyakiti hati Jeno.

"kau melamun? "

Jaemin merotasikan bola matanya malas "jangan seperti setan"

"aku rindu melihat kebersamaan kau dengan Jeno"

Tatapan Renjun jadi serius.  Jaemin mengambil cangkir kopinya lalu melewati Renjun begitu saja.

"kau dengar aku bicara kan? "

"hm"

"kau tidak kasihan pada Jeno,  itu hanya ulah beberapa orang, tidak ada kaitannya dengan Jeno,  kenapa kau jadi marah pada Jeno"

"diamlah kalau kau tidak mau mandi kopi panas ini" peringat Jaemin.

"dasar sinting"

Renjun memilih ke kamar Jeno,  memeriksa kedua bungsu mereka saja.  Setelah Renjun pergi Jaemin mengeluarkan hp nya lalu mencari nomor Jeno.  Setelah itu mengirim pesan pada Jeno,

"jangan minum! "

Centang dua,  Jaemin menatap chat nya cukup lama,  responnya sangat lambat, seperti bukan Jeno.  Jaemin keluar dari Roomchat nya bersama Jeno,  mencari nomor seseorang lalu menelponnya.

"kau dimana? "

"aku di apartemenku,  kenapa? "

"aku kesana"

Tut

Jaemin meneguk kopinya sedikit lalu beranjak ke kamar untuk bersiap.  Dia akan bertemu seseorang.

Bersambung

BOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang