bab 39

10 2 0
                                    

Happy reading 💐

   Waktu berlalu; ujian semester telah selesai. Kini semua siswa-siswi bisa bernafas lega. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Hari libur pun tiba; walaupun tidak diperbolehkan pulang—mereka tetap bisa mengisi hari libur di asrama dengan bersantai atau menggunakan fasilitas sekolah sesuai dengan minat masing-masing. Seperti para murid yang gemar melukis; mereka diperbolehkan menggunakan ruang seni sesukanya. Mereka yang gemar berkuda bisa menggunakan lapangan pacuan kuda beserta fasilitasnya.

Tentu saja ini akan menjadi hari libur yang sangat menyenangkan untuk Abe. Dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk melakukan hal yang dia suka. Bahkan dia juga sudah mendaftarkan diri ke klub balap motor. Hari-hari Abe dihabiskan untuk mengikuti kelas balap motor; bahkan dia juga tidak segan bila ditunjuk untuk ikut bertanding.

Begitupun juga dengan Kara dan juga Akari—terlepas dari hal yang sudah menimpa Akari. Akari tetap tidak akan membuang waktunya untuk merenung. Kebetulan sekali mereka berdua memiliki minat yang sama, yaitu; memasak. Mereka tentu akan mengikuti klub tata boga.

Lain halnya dengan Barra; pemuda manis yang gemar tebar pesona di hadapan para gadis itu hanya menghabiskan waktunya di asrama. Bahkan dia terlihat sibuk dengan ponselnya, seperti sedang menunggu sesuatu. Keadaan kamar asramanya sepi, karena Akari dan Abe sibuk dengan aktivitas masing-masing—menyisakan Barra seorang.

Tak lama kemudian sebuah notifikasi muncul. Buru-buru Barra meraih ponselnya yang sebelumnya dia taruh di tempat tidurnya.

Aunty
| Aku sudah ada di depan gedung asrama mu. Keluarlah, kita berangkat sekarang |

Setelah membaca pesan WhatsApp tersebut. Barra buru-buru membereskan semua barang-barang yang dia perlu untuk dibawa. Seulas senyum terbit di wajahnya yang manis. Hari-hari yang dia nanti akhirnya tiba, seperti yang dijanjikan oleh tantenya bahwa setelah selesai ujian, wanita itu akan mengajaknya menemui seseorang. Wanita itu telah menepati janjinya.

Dengan senyum yang merekah dia keluar kamar asrama. Sepanjang jalan dia bersiul. Bahkan dia masih sempat-sempatnya bergenit ria pada gadis-gadis yang berpapasan dengannya.

Seorang wanita berambut panjang dengan dress batik panjang selutut; tengah berdiri di samping mobilnya—menunggu kehadiran Barra. Sesekali dia mengecek jam tangannya—wanita itu terlihat anggun. Barra melambaikan tangannya lalu berlari kecil menuju arah wanita itu.

"Ternyata tante nggak ingkar janji lagi sama, Barra." Wanita itu hanya menyungging senyum tipis lantas mempersilahkan Barra bergegas masuk mobil.

Mobil itupun melaju meninggalkan pekarangan sekolah. Sepanjang jalan, Barra tidak berhenti tersenyum. Anak itu terlihat sangat bahagia sekali. Hal itupun tak luput dari perhatian wanita yang berstatus sebagai tantenya itu.

"Kamu sangat mirip dengannya ketika tersenyum," gumamnya. Barra yang seperti mendengar ada suara gumaman di sampingnya itupun, menoleh.

"Tante ada bilang sesuatu?" Tanyanya yang langsung mendapat gelengan kepala dan senyuman canggung dari wanita itu.

Tidak ada percakapan lagi setelahnya, hingga sampailah mereka di tempat tujuan. Setelah memarkir mobil mereka berdua turun dari mobil. Mereka berdua mendatangi sebuah rumah sakit jiwa; tempat di mana ibunya Barra dirawat.

Barra berjalan mendahului wanita itu. Sesekali Barra menyapa dokter, perawat dan juga pasien ODGJ yang ada di sana, seolah mengenal setiap sudut rumah sakit tersebut beserta seisinya.

Sampailah mereka berdua di sebuah ruang rawat nomor 56. Ruangan itulah tempat ibunya Barra dirawat. Kebetulan sekali ibunya Barra tengah duduk dibangku depan ruang rawatnya bersama dengan perawat dan juga Bi Lasmi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silhouette (slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang