*yang dibawah umur jangan baca part ini. belum waktunya dek. happy reading.
"kenapa mama dan papa kirim aku ke paman? Apa kalian gak sayang lagi sama aku?"
"Jangan berpikir begitu shani! Ini demi kebaikanmu. Selama ini kamu terlalu manja. Papa ingin kamu mandiri."
"Tapi shani gak mau pah,apalagi aku gak ada temen disana"
"Paman punya anak tunggal dan dia akan jadi temen kamu. Jangan banyak alasan shani. Atau semua fasilitas kamu papa sita!"
"Ahh papa ga asik maen sita sita. Yaudah tapi janji ya cuma sampai aku lulus sma"
"Iya papa janji setelah lulus papa bakal ajarin kamu perusahaan papa yang akan papa wariskan ke kamu. Dan semua aset jadi milik kamu"
"Papa memang yang terbaik. Ayok lets go pa!"
"Dasar anak ini,kalo soal uang aja cepet"
"Aku kan tiru papa wleee"
"Gak salah lagi kamu memang anak kandungku"
***
Aku sudah sampai di kediaman pamanku di bandung.
"Selamat datang natio,senang bisa bertemu denganmu. Ahh ini anakmu. Cantik sekali persis ibunya"
"Ohh,senang juga bisa bertemu kembali lan. Iya aku gak salahkan pilih istri."
"Ohya nanti nak shani,bakal sekamar sama anakku gracia. Gre ayo beri salam"
"Gracia"
"Anakmu cantik dan tampan harlan,mirip kamu."
Benar kata papa,anak pak harlan dia cantik dan juga tampan. Kira kira makannya apa ya? Pasti dia banyak yang suka deh. Lihat itu hidungnya mancung banget kaya prosotan. Rahangnya juga tegas. Ini sih kalo jadi cowo udah tipe aku banget.
"Shani kok bengong"
"Eh iya pah"
"Nah shani kamu harus akur ya sama gracia. Dia baik kok anaknya. Dulu itu si gre suka maen sama kamu. Tapi ini om sampe ga nyangka. Dulu kan gre gendut. Sekarang kok jadi cantik gini"
Ohh gendut? Aku inget dulu aku pernah kumpul keluar. Aku sedang duduk sendiri depan teras ada gadis gembul menawarkan makanannya denganku. Namanya cia. Ternyata itu gracia. Ahh benar senyuman itu,aku ingat.
"Cia???"
"Akhirnya kamu mengingatku shani" dia tersenyum menampilkan gigi gingsulnya. Reflek aku memeluknya. Rindu sekali dengan gracia. Dia gadis yang membuatku tersenyum dengan lelucon recehnya. Bahkan kami masih sangat kecil waktu itu. Untunglah kalo aku serumah dengannya.
"Ayok masuk shan,anggap aja rumah sendiri"
Dia menggandeng tanganku
Aku melihat tautan tangan kita yang saling menggenggam. Rasanya nyaman.
"Mandi dulu shan. Baru istirahat. Kalo kamu laper bilang ya nanti aku siapin makanan buat kamu. Atau kalo ga kamu kebawah kita makan malem bareng"
"Iya ge, kamu duluan aja"
Gracia tersenyum lalu menghilang dibalik pintu kamar.