#Menerima dan Mengiringi Cahaya

8 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Banyak pembicaraan-pembicaraan yang menusuk kedalam relung hati. Banyak tindakan-tindakan yang menyakitkan. Semua itu membuatku menjadi tidak percaya dengan diriku sendiri. Banyak serpihan-serpihan serta goresan-goresan kaca yang telah merusak mental ku.

Self blem atau menyalahi diri sendiri adalah hal yang sering ku lakukan. Merutuki, memaki, bahkan sampai membenci diriku sendiri. Sesuatu hal yang kulakukan, yang menurutku salah, maka aku akan melakukan self blem itu kepada diriku sendiri. Entahlah, rasanya aku seperti manusia yang penuh dengan kesalahan. Insecure terhadap orang-orang di sekitarku. Aku selalu membandingkan diriku dengan yang lain. Aku selalu menanyakan tentang diriku kepada mereka, dan jawabannya banyak yang mengatakan bahwa aku telah melakukan yang terbaik. Padahal menurutku, aku telah melakukan kesalahan. Aku membencinya. Aku tidak menyukai diriku.

Memang, semesta mendukung ku di setiap hal yang kulakukan, disetiap hal yang akan kujalani. Semesta men-support diriku dengan berbagai cara menariknya. Tapi, ada sebagian semesta yang terlihat seperti memojokkan ku, tidak menyukai kehadiranku, bahkan terlihat seperti membenciku.

Terkadang, pikiranku melayang. "Mengapa aku harus tercipta di dunia ini?" "Mengapa aku harus hadir di lingkungan ini, jika kehadiranku tidak diinginkan?" "Aku rasa, aku bukanlah siapa-siapa di sini. Aku bukan bagian dari mereka. Aku tidak berarti bagi mereka." Pikiranku menerawang jauh. "Mungkin jika aku pergi, semua akan baik-baik saja."

Banyak sekali kehancuran yang membuat diriku terlihat rapuh di depan semua orang. Aku membencinya. Kenapa? Kenapa harus seperti ini? Apakah semua itu salahku? Aku menjawabnya, Ya! Semuanya salahku! Aku sangat membencinya! Aku ingin pulang! Aku ingin pulang ke pencipta ku. Teriakku dalam hati.

Aku pun selalu bertanya. "Kenapa aku belum pergi? Kapan aku pergi dari dunia ini?"
.....

Sampai suatu hari, aku telah memaknai semuanya. Bahwa, semua ini adalah proses pendewasaan hidupku. Semua ini adalah bentuk ujian dari-Nya. Aku ingin memperbaiki hidupku. Aku ingin berhenti menyalahi diriku. Aku ingin berhenti membandingkan diriku. Dan, aku ingin mulai menerima diriku sendiri.

Aku menangis. Aku menangis karena aku telah jauh dari Pencipta ku. Aku terlalu sibuk dengan kekuranganku. Padahal banyak yang mengatakan, bahwa "Setiap orang mempunyai titik kelebihan dan kekurangannya masing-masing."

Untuk itu, terimalah dirimu. Ia membutuhkan sosok dirinya sendiri.

.

....

Hei, bagaimana kabar mu selama ini?
Allah merindukanmu.
Allah merindukan Isak tangismu diatas sajadah itu. Allah sangat merindukanmu.

Maknai semuanya ya, bahwa apa yang menimpamu kemarin, hari ini, dan hari berikutnya, adalah sebuah ujian yang Allah berikan untukmu. Yang dimana kamu akan memilih antara bertahan atau menyerah.

"Allah memberikan ujian bukan untuk melemahkan kita, tapi untuk menguatkan kita."

"Sebanyak apapun ujian yang dihadapi, tetaplah kuat dan tegar, karena Allah ingin menuju kita, supaya kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya."

Cahaya itu telah kembali. Allah telah membuka pintu cahaya di hatimu. Jangan sia-siakan lagi ya. Genggam cahaya itu dengan baik. Jaga cahaya itu dengan penjagaan yang sebenarnya. Cahaya itu akan menuntunmu kembali kepada Pencipta-Mu.

Sayangi dirimu, jangan terus kamu benci. Karena, ia membutuhkan sosok penyemangat dirinya. Penyemangat itu dirimu sendiri. Peluk ia, berikan apresiasi kepadanya. Ketika ada kegagalan yang menimpanya, katakan kepadanya "Tidak apa-apa ya, masih ada kesempatan untukmu, masih ada peluang yang menunggu keberhasilan mu. Semangatt!!"

.....
Memulai lembaran dengan sejuta cahaya.
Cahaya yang akan mengiringi di setiap langkahmu.
So, semangat! Allah selalu ada untukmu.
....

الحمد لله على كل حال

Penggalan Kata (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang