Part 1 : Handsome Uncle

330K 3.7K 68
                                    

Kimi tersenyum sedih, menatap pantai East  Coast Park untuk yang terakhir kalinya. Taman pantai ini adalah salah satu tempat favoritnya bersama kedua orang tuanya. Dimana ketiganya sering menghabiskan akhir pekan di sini. Mungkin para imigran lain akan memilih Merlion Park untuk tujuan wisatanya, tapi tidak bagi gadis mungil itu. Kebahagian keluarganya pertama kali tercipta di pantai ini. Dimana kedua orang tua Kimi pertama kali bertemu. Kimi menatap sebuah bangku kayu yang tak jauh dari tempatnya berdiri, di sana adalah salah satu tempat favoritnya duduk bersama kedua orang tuanya. Menatap sunset di East Coast Park adalah hal yang selalu ditunggu-tunggu Kimi dan kedua orang tuanya. Tapi sekarang, semua kenangan itu harus dia tinggalkan. Andai saja...andai saja kecelakaan maut itu tidak merenggut kedua orang tuanya. Pasti hidupnya tidak akan menderita seperti ini.

Perlahan air mata gadis itu mengalir, membasahi pipi mulusnya. Setiap kenangan yang tercipta di tempat ini selalu membuatnya sakit. Dia rindu kedua orang tuanya. Sangat- sangat rindu.

“Ma..Pa...Kimi kangen kalian,” gumam gadis itu serak. Pandangan aneh orang-orang yang lalu lalang di tempat tersebut tak dihiraukannya. Terserah orang-orang itu berfikir dirinya gila atau apa. Yang jelas dia masih ingin berlama-lama di tempat ini. Mengingat setiap kenangan tentang kedua orang tuanya di sini.

Sebuah tepukan halus di bahu kirinya mengalihkan perhatiannya. Secepat kilat Kimi mengelap sisa air mata yang masih menempel di pipinya.

“Nggak usah ditutupin sayang, tante tau kamu pasti sedih karena kamu harus meninggalkan negara ini,” sebuah suara lembut yang sangat Kimi kenal terdengar, wanita paruh baya itu menatap matanya lembut. Kemudian menghela gadis itu ke dalam pelukkannya. Sedetik kemudian pecahlah tangis gadis tersebut. Isak tangisnya terdengar sangat pilu. Bahkan wanita itu ikut meneteskan air mata. Dia tau penderitaan yang dialami oleh gadis remaja ini. Karena dia juga dulu pernah mengalaminya. Untuk itu dirinya datang kemari, demi menepati janji pada almarhum sahabat terbaiknya itu. Andai saja dirinya yang diberi amanat untuk menjaga Kimi, pasti dengan senang hati dirinya akan merawat gadis itu seperti anaknya. Namun wasiat yang ditulis oleh Helena bukan seperti yang dia harapkan. Sahabatnya itu ingin Kimi tinggal bersama adiknya di Jakarta. Wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai pengacara sekaligus sahabat baiknya, Gina hanya bisa melakukan semuanya seperti wasiat yang ditulis oleh Helena-sahabatnya.

“Kita berangkat sekarang yah? Sebentar lagi waktunya keberangkatan kita,” bujuk wanita itu lembut sambil menyeka air mata Kimi. Gadis itu mengangguk pelan, keduanya lalu menuju jalan, tempat dimana mobil wanita tersebut terparkir.

Sepanjang perjalanan menuju Changi Airport ,Kimi hanya diam saja. Matanya menatap pemandangan jalan dari  jendela kaca mobil. Sesekali gadis itu menghela nafas. Tak percaya bahwa kehidupannya berubah hanya dalam sehari. Mulai hari ini, dia akan  tinggal di Jakarta. Tempat ibunya di lahirkan. Dan meninggalkan kenangan indah di sini, tidak! Kimi tidak akan meningalkan kenangan indah bersama kedua orang tuanya. Dia akan selalu membawa kenangan tersebut dan menyimpannya rapat di hatinya.

*****____*****

Kimi menatap rumah megah bergaya mediterania di hadapannya saat ini. Rumah tingkat dua itu terlihat sangat mewah. Bahkan saat dirinya pertama kali menginjakan kaki di rumah ini yang menyambut dirinya pertama kali  adalah pintu gerbang terbuat dari besi yang menjulang tinggi. Garasi besar yang bisa memuat  sampai puluhan mobil itu berdiri tegak di sebelah kanan rumah utama. Bahkan jarak antara rumah dengan gerbang utama cukup jauh. Ada sebuah  patung air mancur berbentuk duyung yang terletak di tengah-tengah taman , menambah keindahan rumah megah tersebut. Inikah rumah yang akan dirinya tempati sekarang? Andai saja dirinya bisa memilih akan tinggal dengan siapa. Pasti Kimi akan memilih tinggal bersama tante Gina. Dia merasa lebih nyaman tinggal bersama wanita itu.

“Ayo masuk sayang, mungkin adik mama kamu sudah di dalam,” ajak  Gina menggandeng tangan Kimi masuk ke dalam rumah besar itu. Keduanya disambut oleh wanita paruh baya yang sepertinya adalah pembantu di rumah itu.

“Silahkan duduk sebentar, Nyonya. Den Kalva sebentar lagi akan turun,” ucap pembantu tersebut kemudian pamit kebelakang. Pandangan Kimi mulai mengitari interior rumah itu. Dia bisa memperkirakan berapa harga rata-rata perabotan dalam rumah tersebut. Bahkan bisa mencapai dua belas dijit. Ternyata adik mamanya itu sangat kaya. Jujur Kimi belum pernah sama sekali bertemu langsung dengan adik mamanya tersebut saat dirinya dewasa. Dia pernah bertemu beberapa kali, itupun  waktu dirinya masih berusia sembilan tahun. Tentu saja dia sudah lupa dengan wajah walinya itu. Yang Kimi tau adalah adik mamanya itu baru pulang menyelesaikan studi S2 nya di Universitas Columbia. Salah satu universitas yang sangat ingin Kimi masuki. Sayang , semua hanya rencana. Sepertinya keinginannya itu tidak akan terwujud.

Gadis itu menghela nafas pelan. Apa dia akan betah tinggal di rumah besar ini ? membayangkannya saja sudah membuat dirinya ingin segera melarikan diri. Dia rindu akan rumahnya yang dulu. Walau tak terlalu besar, namun rumah itu penuh kehangatan dan kasih sayang. Tidak seperti rumah ini yang terasa hampa dan dingin. Membuat Kimi merinding.

“Maaf  membuat menunggu, Mbak,” sebuah suara berat  membuat Kimi kembali ke alam nyata. Dia menoleh kearah datangnya suara. Tiba-tiba tubuhnya menegang. Sekarang di hadapannya berdiri seorang laki-laki sangat tampan yang baru pertama kali ditemuinya. Walau tatapannya tajam dan dingin, namun semua itu tidak mengurangi ketampanan dirinya. Dengan rahang yang keras, alis yang tebal, bola mata berwarna coklat serta hidung mancung. Seolah semua yang dia miliki memang tercipta khusus untuknya. Tubuhnya yang tegap dan tinggi menjadi daya tarik laki-laki yang ada di hadapannya saat ini. Apalagi kaos Polo Sport yang dikenakannya, membuat otot-otot tubuhnya tercetak jelas. Menjelaskan bahwa dirinya senang berolah raga. Kimi tidak percaya bahwa walinya masih sangat muda. Dia pikir walinya itu sudah tua dan berbadan pendek. Tapi dihadapannya sekarang berdiri seorang laki-laki tampan blasteran , yang Kimi sendiri bingung. Kenapa adik laki-laki mamanya ini sangat tidak mirip mamanya? Yah walau almarhum nenek Kimi ada keturunan orang Jerman, tetapi mamanya tidak terlalu indo wajahnya.  

Ya Tuhan! Kenapa dadaku berdetak hebat? Apa yang terjadi padaku? Tanya Kimi dalam hati. 

Wajah tampan laki-laki itu telah membiusnya.

BABY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang