01

15 5 1
                                    

⚠️Jangan lupa vote & comment⚠️

Maura Sky Agatha.

Gadis dengan mata berwarna biru Shapire, kulit putih pucat dan pahatan wajah yang nyaris sempura itu, sering dirumorkan sebagai gadis yang minim ekspresi dan bahkan digadang - gadang tidak memiliki emosi.

Padahal faktanya tidak seperti itu.

Maura hanya bingung bagaimana ia harus mengekspresikan wajahnya di berbagai situasi dan kondisi. Maka dari itu, ekspresi yang sering ia tampilkan adalah tampang Flat.

Selain itu juga, ada satu alasan lain lagi, kenapa Maura tak bisa mengeskpresikan raut wajah dan suasana hatinya.

Karena ia adalah gadis dengan segudang luka.

"Dasar anak tidak tahu diri!!"

"Goblok."

"Nyusahin orang tua."

"Pergi sana ikut Mama kamu."

Makian-makian yang sering ia dengar, berputar bak kaset rusak di kepalanya. Meski ia sudah mencoba untuk mengabaikannya, namun berbagai umpatan dan makian itu selalu terekam jelas dalam ingatannya.

Ya, Maura adalah gadis broken home. Ayah dan Ibu nya bercerai 2 tahun yang lalu, tepat saat maura lulus dari Sekolah menengah pertama.

Di usianya yang masih belia, Maura harus merasakan pahitnya pisah rumah dengan sang Mama. Karena dia memilih untuk ikut tinggal bersama nenek nya yang sudah renta, yang kebetulan bersebelahan dengan rumah Papa-nya. Sedangkan kedua adiknya, tinggal bersama sang Mama.

Sejak saat itu, kebahagiaan Maura seolah direnggut secara paksa, karena harus menelan pil pahit dalam menjalani hidupnya dengan rasa kesepian yang teramat dalam.

Tak jarang, Maura yang sudah terbiasa hidup satu atap dengan Mama dan kedua Adiknya itu menangis di sudut kamar karena merindukan mereka.

Namun, Maura tidak pernah menunjukan kesedihannya itu pada semua orang, ia dengan rapi menyembunyikan semuanya, termasuk dari Papa-nya, sumber luka, yang kata orang orang, Papa itu cinta pertama mereka.

***

"Raa." Teriak seseorang di koridor yang masih tampak sunyi itu

Maura yang merasa namanya dipanggil pun menoleh, demi melihat siapa yang memanggilnya.

"Tungguin."

Terlihat diujung koridor seorang siswi dengan kulit putih pucat tengah berlari ke arahnya.

"Lo ngapain lari - lari sih." Ucap Maura setelah perempuan itu sampai tepat didepan nya.

"Hehe, bareng ke kelas nya." Jawab perempuan itu dengan masih mengatur nafasnya yang tersengal, dia Maulidia Syakira Yusuf, atau kerap di sapa Maulida salah satu sahabat Maura.

"Emang ga bareng sama Yumna sama Fitsa?" Tanya Maura kebingungan, Pasalnya rumah mereka itu satu arah dan jaraknya pun tidak terlalu berjauhan.

"Engga, barusan gue bareng sama om gue, kebetulan mau berangkat kerja." Ujarnya sambil menarik tangan Maura menuju ke kelas mereka, XI IPS 2.

Sedangkan itu, Maura hanya mengangguk angguk paham sebagai jawaban. Sesampainya di kelas, Maura duduk di kursi paling belakang dekat jendela. Maura langsung merogoh saku rok nya dan mengambil handphone berlogo apel tergigit itu guna melihat balasan yang sejak tadi dia tunggu.

Maura tersenyum simpul saat melihat notifikasi WhatsApp dari seseorang dengan nama kontak 'Mine' tertera disana.

Tanpa menunggu waktu lama, Maura melihat isi pesan tersebut

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maura Sky Agatha (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang