Tubuhnya goyah mengambil sebuah kotak kecil dari sudut kamar. Dibawah tumpukan baju tersimpan sesuatu dari masa lalu. Sebuah pil racun. Tanpa warna, rasa, dan bau, bisa membunuh dalam jangka waktu hingga dua belas jam.
Pil racun disembunyikan dilipatan lengan baju, karena bentuknya menyerupai kancing dan mudah dibawa kemana-mana.
Pakaian kemeja hitamnya menambah nilai plus agar tidak dicurigai. Mengikat rambut dengan asal, (y/n) kini beranjak dari kamarnya. Seusai meminta izin ke kepala pelayanan semalam, (y/n) berencana mengunjungi sang ayah.
Berniat membungkam pria tua itu untuk selamanya.
Bisa bahaya jika identitas (y/n) diketahui oleh pihak tuannya yang jelas tidak akan memihaknya jika itu terbongkar.
Siapa dirinya sampai berharap seperti itu?
Tangannya yang lain membuka selembar kertas usang. Meniru tulisan sang ayah disana, seolah-olah membuat sebuah wasiat terakhir. Semuanya disiapkan dengan matang, tanpa ada yang kurang sedikitpun. Sebuah kotak bekal berisi sepotong roti akan menjadi makanan terakhir sang ayah yang dibawakan oleh (y/n).
Menaiki bus dan duduk di tepi jendela. Bus membawanya ke beberapa pemberhentian sebelum akhirnya gadis itu sampai pada pemberhentian terdekat dari lapas.
Beberapa polisi penjaga memberhentikannya, memintanya berbaris bersama pembesuk lainnya untuk pemeriksaan. Kotak bekalnya pun tidak luput dari acak-acakan. Beruntung pil racun ada didalam lengan bajunya yang dilipat. Tidak akan ada orang yang mencurigai itu bukan?
Berjalan masuk dengan mulus, beberapa sipir penjaga membawakan (y/n) sang ayah yang terlihat angkuh. (Y/n) tersenyum melihat ayahnya.
"Halo ayah, lama tidak bertemu bukan?"
Si ayah sejenak terdiam, entah apa yang ada dipikiran putri sulungnya itu hingga datang menjenguknya setelah sekian lama.
"Mau apa kau datang kesini?" Tanya sang ayah tajam, "aku tidak mau berbicara dengan jalang sepertimu."
Wajah (y/n) menampilkan raut terkejut, lalu mencoba mengiba, "astaga ayah, setelah sekian lama tidak bertemu ayah malah mengataiku? Kejam sekali."
Si ayah duduk di seberang, dilapisi kaca diantara keduanya. (Y/n) lanjut berbicara pada si ayah, "berkat ayah setidaknya kami tidak perlu kelaparan loh? Ayah tau?"
Gadis itu tampak bersemangat menceritakan tentang dirinya dan Amaya, si adik bungsu.
Si ayah sesekali tidak terlihat tertarik pada ucapan (y/n). Hanya mengumpat beberapa kali karena gadis itu terlihat memuja-muja Tuan barunya.
(Y/n) menyodorkan kotak bekal kearah si ayah, "aku membawa roti yang diberikan Tuanku. Rasanya enak loh ayah, tapi sangat disayangkan bentuknya sedikit hancur karena pemeriksaan tadi didepan."
(Y/n) terlihat tulus kini. Sepasang mata ayahnya terjulur mencoba melihat roti yang hancur dipotong-potong oleh sipir penjaga.
Sepertinya aman, pikir si ayah. Tangannya terjulur mengambil kotak bekal dari tangan (y/n). Mencoba mengaduk sedikit sebelum menggigitnya. Rasa melon yang cukup pekat membuktikan betapa mewahnya makanan (y/n) setelah mendapatkan Tuan baru.
"Ck! Sialan, aku terkurung disini sedangkan bajingan kecil sepertimu makan makanan enak diluar sana." Sia ayah masih saja sama, suka mengumpatinya dan Amaya.
Astaga Ayahnya ini benar-benar, (y/n) memaklumi anjing seperti ayahnya yang sangat suka menggonggong kearah orang lain.
"Uhuk!"
Sedikit terbatuk, sepertinya sampah itu menelan satu bulatan besar roti tanpa menggigitnya terlebih dahulu.
"Astaga ayah?!" Pekik (y/n) khawatir. "Tunggu sebentar ku ambilkan minuman."
"Ambilkan yang soda! Cepat! Uhuk!"
(Y/n) berdiri cepat, menarik pintu kulkas dan mengeluarkan sebotol soda lalu berbalik sejenak. Membuka pintu botol dan memasukkan pil racun dengan cepat tanpa disadari si ayah. Tubuh gadis itu sedikit menjorok ke dalam, mencoba menyodorkan minuman soda kesukaan ayahnya.
"Ini ayah minumlah," Segaris tipis dibibir tersampir apik. Gadis itu menikmati detik-detik sang ayah menikmati sebuah pil racun. "Minumlah pelan-pelan ayah."
Si ayah berdiri dari duduknya, membawa kotak bekal dan soda bersamanya, "sudah pergilah, aku tidak mau berbicara dengan bajingan sepertimu."
(Y/n) tergelak pelan, "ahaha, ayah ini. Iya iya aku pergi, lagipula urusanku sudah selesai."
Gadis itu pergi meninggalkan si ayah untuk terakhir kalinya. Tidak kembali lagi atau menyampaikan apapun agar tidak dicurigai.
(Y/n) terdengar riang, langkah kakinya terasa seringan kapas. Tidak akan ada yang menyadari bahwa dia baru saja meracuni ayahnya sendiri.
Sebuah mobil berhenti tepat disamping (y/n). Pintunya terbuka, menampakkan siluet Amaya yang keluar dari dalam sana.
Disana juga duduk seorang pria berambut hitam diikat cepol tengah menghisap cerutu. "Yo! Ayo pulang bersamaku. Kebetulan aku ingin bertemu dengan Satoru."
Amaya menatap kakaknya bingung. Jemari (y/n) sejenak mengerat meski wajahnya tersenyum riang, "ah, tentu Tuan. Sebuah tumpangan akan sangat berharga bagi kami."
Geto mengembangkan senyum puas.
"Tapi Tuan, apa tidak apa-apa saya masuk ke dalam? Saya takut mengotori mobil mahal Anda." (Y/n) menampilkan rawut ragu.
Geto menghapus senyum puasnya, "masuk saja, lagipula kita satu arah."
Geto melambaikan tangannya sebelum menarik tubuh (y/n) memasuki mobil bersama Amaya. Sesekali ketiganya berbincang mengenai pendidikan Amaya atau pendidikan (y/n).
Tentu saja, semua jawaban sesuai dengan yang dikatakan Amaya. Tanpa keraguan dan kekurangan sedikitpun.
Seperti sudah direncanakan.
Geto menghembuskan asap cerutu ke udara, "ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan disini? Ini dekat dengan lapas ayahmu, kan?"
(Y/n) menunduk memperhatikan jemarinya yang bertaut satu sama lain, "um, aku sedikit merindukan ayah. Meski dia kasar dan suka berjudi, kami tetap berbagi darah yang sama."
Geto diam-diam tergelak didalam hati melihat akting bagus dari gadis itu. Jemarinya sedikit mengusap bibir, berapa banyak lagi hal yang harus dia saksikan? Semuanya benar-benar menyenangkan.
"Begitu? Kau anak yang cukup baik pada ayahmu, ya?"
.
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
..
.
..
.
.San: wahahahaha bye dude, we never meet again 🏃♀️💨💨
.
.
..
.
..
.
.16/04/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
〘Not To See It〙[Gojou Satoru x Reader] HIATUS?
Fanfiction[HIATUS?] Sebuah hubungan dilandasi dengan keinginan. Keinginan mencintai hingga keinginan memiliki. Termasuk obsesi dan racun yang ada didalamnya. . . . Hubungan yang melahirkan kontradiksi, terima atau tidak, keduanya terikat secara garis takdir t...