7

1.7K 242 7
                                    

Jaemin mengendarai mobilnya dan berhenti di rumah renjun yang terlihat sederhana dengan taman kecil didepannya. Diapun langsung turun dan mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...

Ceklek.

Wendy tersenyum melihat jaemin yang datang kembali.

"Nak jaemin?*

"Maaf imo apa renjun ada?"

"Aaa renjun baru saja pergi ke minimarket didepan, katanya dia ingin membeli sesuatu."

"Disebelah mana ya imo?"

"Sana." Ucap Wendy menunjuk kearah sebelah kanan dan jaeminpun mengangguk tanda mengerti lalu membungkuk dan pergi dengan berjalan kaki.

Minimarket.

Jaemin masuk kedalam minimarket itu dan diapun langsung mencari renjun, hingga sampai disalah satu tempat susu, diapun melihat renjun yang sedang berusaha mengambil susu kotak yang memiliki perisa stroberi itu.  Bahkan sampai berjinjit seketika.

Lalu jaeminpun mendekat dengan senyum kecil, bahkan sangat kecil sekali lalu diapun langsung membantu renjun hingga renjun berbalik dan kaget karena dia berhadapan dengan dada seseorang bahkan dia semakin membulatkan matanya karena itu adalah Na Jaemin.

"Ini."

"Jaemin?"

"Ayo bicara denganku." Ucap jaemin. Dan renjun mau tak mau mengikuti jaemin bahkan menyuruh jaemin duluan menunggu di bangku depan minimarket itu karena dia harus membayar susu ini dulu.

Di depan minimarket.

Renjun mendekat dan memberikan soda pada jaemin lalu diapun duduk dengan wajah polosnya, jaemin hanya menatapnya ntah kenapa dia merasa rindu pada pria yang saat ini berada di hadapannya tanpa sebab.

"Kau ingin bicara apa denganku Na Jaemin?"

"Tolong biarkan aku tetap menyukaimu. Biarkan aku memberikan semua afeksiku padamu sampai kau benar-benar luluh padaku. Jika dalam satu bulan kau tak luluh denganku, maka aku tak akan mengganggumu lagi." Ucap jaemin. Renjun hanya diam dia tak tau harus menjawab apa sama sekali.

"Izinkan aku melakukan semuanya sebagai pacarmu. Hanya itu, lagian aku tak perduli dengan perkataan semua orang, karena bagiku cinta tak memandang apapun." Ucap jaemin kembali.

"Kau akan menyesal jaemin." Ucap renjun pelan lalu menunduk dia tak bisa menatap pria itu. Jaemin menggenggam kedua tangan itu hingga renjun menatapnya.

"Aku tak akan menyesal. Aku mohon padamu." Ucap jaemin menatap renjun dan yang renjun lihat adalah ketulusan dari pria Na itu. Lantas renjun menutup matanya lalu membukanya kembali dan menatap jaemin.

"Baiklah, tapi aku tak berjanji padamu." Ucap renjun dan jaemin hanya mengangguk dengan wajah datarnya tapi ntah kenapa hatinya sangat bahagia tanpa sebab.

"Sudahkan? Aku harus pulang." Ucap renjun melepaskan tangan jaemin dengan pipi yang merona sedangkan jaemin tersenyum kecil melihat wajah menggemaskan yang memerah itu.

"Ayo bersama. Lagian aku meninggalkan mobilku di depan rumahmu" Ucap jaemin lalu diapun langsung menggenggam tangan renjun dan menariknya pelan sedangkan renjun hanya diam saja dan berpikir apakah ini benar atau tidak.







Di depan rumah renjun.

"Kau bisa pulang " Ucap renjun menunduk.

"Apa aku ada dibawah renjun?" Ucap jaemin dan renjun hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Kalau begitu tatap aku." Ucap jaemin dan renjunpun mengangkat wajahnya yang memerah bak tomat.

"Apa kau sakit lagi rwnjun?" Ucap jaemin menyentuh dahi renjun.

"Tidak. Kau pulang lah." Kesal renjun dan itu membuat jaemin tersenyum lebar untuk pertama kalinya bahkan renjun saja terpesona dengan senyum cerah itu.

"Baiklah. Tunggu sebentar." Ucap jaemin lalu diapun membuka pintu mobilnya dan mengambil paper bag yang di tolak renjun tadi pagi. Dan diapun mengambil tangan renjun lalu memberikan paper bag itu.

"Karena sekarang statusmu adalah pacarku. Jadi, kau wajib menerima hadiah ini."

"Ini berlebihan jaemin." Cicit renjun.

"Tidak. Ini tak berlebihan. Baiklah nanti aku akan akan menelponmu." Ucap jaemin lalu mengusak kepala renjun dan diapun masuk kedalam mobilnya dan menjalankan mobilnya. Renjun hanya terdiam dengan jantung yang berdebar tak karuan saat ini.




























¶¶¶¶¶

Taruhan (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang