Welcome to new story!
Kisah sederhana, yang akan menemani waktu luang kalian ke depannya.
Absen dulu, yuk!!!
Cerita ini hanya fiktif belaka.
©2022, 16th April 2023 by Mamake_Nyong All Right Reserved.
"Sky!"
Seorang gadis cantik bertubuh mungil berlari dengan lincah menghampiri seseorang yang tengah bermain bola orange. Perempuan itu adalah Rain Mega Arkana. Siswi kelas 12 jurusan IPA-1.
"Rain, berhenti! Enggak usah lari-lari," tegur Sky yang kini menatap cewek itu dari jauh. Rain sendiri hanya menggeleng, lalu tetap berlari menghampiri Sky. "Dasar cewek nakal! Udah gue bilang, jangan lari."
Rain menyengir lucu. "Yaelah, apa salahnya kalau gue lari, Sky?"
"Terserah lo. Jadi, kenapa lo manggil gue?" tanya Sky, serius.
Rain mendongak ke atas. "Lihat, deh, awannya mendung. Kita pulang sekarang, yuk. Gue mau hujan-hujanan."
"Enggak! Gue enggak suka hujan, Rain. Lo tahu itu."
Sky sangat tidak suka hujan. Sky lebih suka musim kemarau, karena itu lebih menyenangkan. Berbanding terbalik dengan Rain yang sangat menyukai hujan. Karena bagi Rain, hujan adalah jantungnya. Rain bisa bebas mengeluarkan segala kepenatannya di bawah air hujan yang menerpa tubuhnya. Kedua insan ini memang sangat berbeda, meski tak dapat dimungkiri kalau perbedaan itu tak menghambat persahabatan mereka yang sudah terjalin sejak dibangku sekolah dasar.
Rain berkecak pinggang. "Oh, ya? Terus ngapain masih main basket di tengah-tengah mendung, kalau bukan nunggu hujan?" Rain menatap Sky menggoda, alisnya dengan sengaja ia turun naikkan agar laki-laki itu kesal.
"Ayo, kita pulang sekarang. Gue benci hujan." Sky menarik tangan Rain begitu saja. Hampir membuat Rain sulit mengimbangi langkah besar laki-laki itu.
Rain hanya terkekeh pelan. Ia menerima helm dari Sky dan memakainya dengan sedikit dibantu oleh laki-laki itu. “Sky, lo kenapa benci sama hujan?”
"Karena hujan bisa menghambat aktivitas gue.”
"Berarti, kalau lo benci hujan, lo juga benci sama gue dong? Kan, nama gue Rain. Yang artinya hujan." Sky seketika menatap Rain dengan tajam.
Sky tidak menjawab. Ia langsung menaiki kuda besinya, dan menyalakan mesin tersebut. Membuat Rain buru-buru ikut naik kuda besi itu di belakang. Meski sebenarnya Rain sangat kesal dengan sikap Sky sekarang. Laki-laki itu terlihat lebih menyebalkan dibandingkan hari-hari lalu.
Saat di perjalanan pun tak ada yang membuka percakapan sama sekali. Hanya ada suara gerungan motor, angin yang berembus kencang, juga gemuruh yang mulai menggelegar. Rain tersenyum di belakang, tentu saja senyuman itu dapat dilihat sangat jelas oleh Sky dari balik kaca spion. Ya, Rain tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, karena hujan yang ia tunggu-tunggu akan segera tiba. Buktinya sekarang, gerimis kecil perlahan mulai turun. Membuat Sky yang tengah menyetir mendengus sangat kesal, dan mencoba menepikan motornya di sebuah ruko yang tutup di pinggir jalan. Karena semakin ia paksakan perjalanannya, yang ada gerimis akan semakin besar.
Rain mengentakkan kedua kakinya kesal. Ia berdiri di samping Sky dengan wajah yang cemberut. Lihat, hujan turun semakin besar, dan Sky malah dengan sengaja mengajaknya berteduh. Padahal Sky sendiri tahu, kalau Rain ingin bermain hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Terakhir
Teen FictionRain menyukai hujan, seperti namanya yang berarti hujan. Bagi Rain, hujan itu adalah jantungnya. Namun, hujan pula yang membuat jantungnya berhenti berdetak. Ini adalah kisah Rain Mega Arkana dengan kedua sahabatnya, Sky dan Thunder.