"Bangsat!" Taehyun menggebrak meja, suara benturannya memecah keheningan ruangan. Tangannya menunjuk tajam ke arah Jay, tetapi sebenarnya, kemarahannya ditujukan pula pada empat sahabat yang berdiri di seberang.
"Kalian kenapa, sih? Dari dulu gue udah bilang, ini hidup gue! Gue bebas ngelakuin apa pun yang gue mau. Jadi, tolong, berhenti ikut campur dalam urusan percintaan gue yang nggak penting ini!" Suara Taehyun menggema, penuh emosi yang tak tertahan. Ia benar-benar tak peduli pada seseorang yang sejak tadi memandangnya dengan intens dari ujung ruangan, seolah menunggu reaksi lebih lanjut.
Jay memutar matanya dengan malas, mendengar ucapan Taehyun yang lagi-lagi sama, tak pernah berubah dari tahun ke tahun. "Iya-iya! Terserah lo. Dasar batu!" sahutnya dengan nada yang penuh kejengkelan.
"Dikasih nasihat malah ngelunjak, lama-lama capek juga ngehadepin sikap lo yang kayak gitu terus," sindir Jake, berhasil menyulut amarah Taehyun yang langsung meledak.
"HEH! SEJAK KAPAN GUA BUTUH NASIHAT LO, ANJING!" teriak Taehyun, suaranya menggema, membawa ketegangan yang langsung terasa di sekeliling mereka.
Baru beberapa detik setelah suara teriakan keras itu menggema, mereka yang berada di kelas spontan terperangah. Beberapa bahkan bersorak heboh saat menyaksikan Jeno dengan berani mencium lelaki manis di depannya. Keberanian yang tak terduga itu benar-benar patut diacungi jempol.
Taehyun sempat membeku dalam keterkejutan, tetapi kesadarannya segera kembali. Ia memberontak, berhasil mendorong pria kurang ajar itu agar menjauh sedikit.
"APA-APAAN LO, BANGS-hmmpt!" Teriakan Taehyun terputus ketika tarikan kuat di tengkuknya membuat bibirnya terbungkam. Meski mencoba menutup mulutnya rapat-rapat, usahanya sia-sia. Ciuman itu semakin dalam dan panas, dengan Jeno mulai melumat bibirnya yang lembut dan manis, tak memberikan celah untuk Taehyun melarikan diri.
"Emmhh ...."
Suara lenguhan halus itu meluncur lembut, hanya Jeno yang diizinkan mendengarnya. Jangan salah paham, Taehyun hanya tidak ingin teman-temannya di sana mendengar suara laknat yang memalukan.
Jeno tersenyum tipis, seolah-olah paham dengan maksud tersembunyi di balik sikap Taehyun. Bukannya melepaskan, ia justru semakin menekan tengkuk Taehyun, memaksanya untuk semakin tenggelam dalam ciuman yang memabukkan.
Di sisi lain, Taehyun masih memejamkan kedua matanya erat-erat. Kedua tangannya mencengkeram baju pria yang menurutnya sangat kurang ajar dan menyebalkan, berusaha menahan diri meskipun tubuhnya mulai kehilangan kendali.
Taehyun hanya bisa pasrah di bawah kendali kuat Jeno. Ia tidak memiliki jalan keluar, terperangkap di antara kursi yang membuatnya tak bisa bergerak bebas.
Tanpa disadari, Taehyun mulai terlena, tenggelam dalam kelembutan yang terus menerus menyerangnya. Bahkan, ia tanpa ragu mencoba membalas ciuman tersebut, meskipun dengan gerakan yang sangat amatir.
"Lama-lama kayak film biru nih," celetuk Jay dengan nada penuh sindiran.
"Jangan dilihat," Sunghoon cepat-cepat memalingkan kepala Jay, menjauhkan pandangannya dari pemandangan vulgar di seberang.
Jay mendelik tajam. "Kayak lo enggak aja," ketusnya dengan nada kesal. Sementara itu, Sunghoon hanya cengengesan tak bersalah, menunjukkan dua jari dengan senyum nakal.
Jay mendengus kesal melihat kelakuan kekasihnya, lalu beralih menatap Jake yang masih terkejut. "Jake, kakak lo brutal, njir. Bukannya lo pernah bilang kalau kakak lo itu kaku banget kayak krebo? Terus nolep banget, kayak baru keluar dari goa ribuan tahun?" cemoohnya dengan rasa penasaran.
"Mana gue tahu. Gue aja kaget ngeliat dia kayak gitu," jawab Jake, matanya sesekali melirik adegan panas di seberang, sesuatu yang tak pernah ia duga akan terjadi dalam hidupnya yang fana ini.
Hanya sekadar ciuman biasa, tetapi akan tampak erotis jika keduanya saling melumat bibir satu sama lain, tentunya didasari nafsu yang menggebu-gebu.
Untungnya kondisi kelas sudah sepi dan hanya menyisakan 8 orang yang betah, berdiam diri di dalam ruangan panas meskipun nyatanya dingin dari AC yang tetap menyala.
Jika tidak, mungkin Taehyun akan kewalahan saat harus menghadapi segala permintaan dari teman-teman sekelas---yang pasti berteriak heboh---menuntut untuk ditraktir makan.
Ayolah, uang jajan Taehyun selama satu bulan mana cukup untuk mengabulkan permintaan mereka, meskipun hanya sekali.
Miris sekali.
Sepersekian menit berlalu, pasokan udara semakin menipis, dan terasa semakin mendesak. Tak ingin mati muda, Taehyun akhirnya membuka mata dengan isyarat memohon, menatap Jeno yang juga memandangnya dengan intens.
Pada detik itu juga, Jeno segera menarik diri. Ia merasa tak mampu menahan diri dan tak ingin kehilangan kendali, terutama saat melihat secercah keindahan di mata bulat itu.
Dengan lembut, Jeno mengusap bibir bawah Taehyun yang basah mengkilap. "Bibirmu terlalu kasar, dan sesuatu yang kasar harus diperhalus seperti ini," katanya sambil kembali menyatukan bibir mereka, melumatnya sekali sebelum melepaskan dengan rasa enggan.
"Manis." Jeno tersenyum tipis, memandang semburat merah di kedua pipi Taehyun yang terdiam, terjerat dalam perasaan yang belum sepenuhnya bisa ia ungkapkan.
"Sore hari sudah menjemput langit biru. Karena itu, aku datang ingin mengantarkanmu pulang, sebelum matahari bersembunyi di balik cakrawala jingga di ujung langit." Jeno mengelus lembut rambut Taehyun yang masih terdiam, seperti hamparan sutera bersemu merah. "Ayo, pulanglah bersamaku," ajaknya.
Ia tersenyum lagi, tanpa mengharapkan balasan. "Kutunggu di luar. Jangan lama-lama, Cantik," tambahnya sebelum melangkah pergi, meninggalkan jejak kepercayaan diri yang tegas di setiap langkahnya.
Taehyun termenung sejenak, lalu buru-buru mengejapkan mata beberapa kali, mencoba menyadarkan hati yang masih terhanyut dalam atensi seseorang. Namun, semua usaha itu sia-sia. Debaran di dadanya masih terasa kuat, mengguncang dengan cara yang nyaman sekaligus asing.
Perasaan itu terasa menggelikan, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut, seperti perasaan jatuh cinta. Taehyun sontak menggelengkan kepala dengan cepat, berusaha menepis pikiran aneh yang tiba-tiba muncul. "Enggak! Gua nggak mungkin jatuh cinta," gumamnya, mencoba meyakinkan diri.
Ia terus berusaha mengenyahkan perasaan asing yang datang tanpa diundang, meskipun akhirnya gagal ketika ingatan tentang kelembutan dan tutur kata manis Jeno kembali terulang di benaknya, membuatnya kembali terhanyut dalam lamunan.
Hingga akhirnya, kedua mata hitam legam Taehyun, dengan kurang ajarnya melirik ke luar jendela, mencari sosok yang telah mencuri hatinya.
Di luar sana, pria itu-sang Pencuri Hati-tersenyum, dengan sabar menunggu respon atas ajakannya untuk pulang bersama.
_____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot 🔞 | Jentyun/Notyun (Jeno x Taehyun)
FanfictionKumpulan-kumpulan cerita pendek JenTyun alias Jeno x Taehyun. Warning 🔞❗ Mpreg Fantasi Jeno top Taehyun bottom