Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Badai salju menderu-deru menerjang kota Seoul di tengah malam, menciptakan pemandangan mengerikan yang tak bisa diabaikan, bahkan dari balik jendela kamar hotel bintang 5 tempat Taehyun berdiri.
Hotel Signiel Seoul nomor kamar 35.
Merasa terganggu oleh keganasan badai itu, Taehyun memilih untuk mengalihkan pandangan. Senyum menyeringai perlahan muncul di wajahnya saat ia berbalik, melihat pria yang lebih tua darinya berdiri tegap di belakang.
Pria dewasa itu, dengan ketampanan yang memukau dan kekayaan yang melimpah, adalah gambaran sempurna yang selama ini didambakan Taehyun.
"Sangat keras, besar pula. Ingin aku memuaskannya, Tuan?" bisik Taehyun dengan suara rendah penuh hasrat, sambil mengelus benda keras di balik celana hitam pria itu. Dengan sengaja, ia meremasnya sesekali, hingga desahan berat terdengar jelas di telinga Taehyun, memperkuat ketegangan yang menggantung di antara mereka.
"Silakan. Tapi ... lebih baik kamu siapkan tubuhmu sendiri, terutama di sini," ujar Jeno dengan nada dingin sambil mengelus belahan pantat lelaki cantik nan nakal itu. Tangan kuatnya tak segan menampar bongkahan kenyal yang ia remas sebelum akhirnya beranjak pergi dan duduk santai di kursi dekat jendela.
Taehyun kembali menyunggingkan senyum seringai, menanggapi tantangan itu dengan penuh keberanian. Tanpa rasa malu, ia mulai melepaskan setiap helai pakaian dari tubuhnya, dengan elegan duduk mengangkang di atas tempat tidur. Entah sudah berapa kali tangannya yang dulu sering melonggarkan lubang milik orang lain, kini harus ia gunakan untuk mempersiapkan lubangnya sendiri dengan tujuan yang sama.
Ini adalah pengalaman baru bagi Taehyun-selalu berada di pihak atas, tetapi kali ini, ia rela menyerahkan diri di bawah kendali seorang pria dewasa, demi memuaskan rasa penasaran yang tak tertahankan.
Ia tertawa kecil, menyadari betapa aneh dan beraninya keinginan ini. Tak lama, suara desahan perlahan mengalun ketika satu jari lentiknya mulai menyelami kedalaman tubuhnya sendiri. Meskipun ia sudah menggunakan banyak cairan pelicin, rasa sakit tetap menyapa, membuat wajahnya sedikit meringis saat menjelajahi lubang yang belum pernah terjamah sebelumnya.
"Butuh bantuan?"
Taehyun refleks membuka mata, menatap tak percaya ketika melihat Jeno yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya. Aneh, pikirnya.
Namun, sebelum ia sempat menjawab, Jeno sudah mendekat dan tanpa basa-basi memasukkan dua jarinya ke dalam lubang yang sudah diisi oleh jari-jari Taehyun sendiri.
"AKH! P-pelan-pel-AKH!"
Jeritan rasa sakit tercipta dari mulut Taehyun, meskipun sesaat sempat diiringi desahan halus. Tubuhnya menggeliat, berusaha keras untuk menahan diri dan menghentikan jari-jari kasar yang mengobrak-abrik lubang sempitnya tanpa belas kasih.
"Diamlah, kamu terlalu lama."
Jeno dengan tegas mendorong tubuh Taehyun yang memberontak agar terbaring di atas tempat tidur. Dalam satu gerakan cepat, ia menunduk, mencium bibir Taehyun yang penuh keluhan, sambil tetap menggerakkan jarinya tanpa henti di bawah sana.