v). graduate

938 160 7
                                    

"(Name)."

Yang dipanggil menoleh, walau kemudian terburu-buru menyahuti teman-temannya yang ramai mengajak ngobrol. Namun, demi melihat eksistensi jejaka berwajah datar itu, (Name) bergegas mengakhiri percakapan dan menghampiri Sae.

"Sae! Selamat atas kelulusannya!" (Name) menepuk-nepuk bahu jejaka itu dengan akrab. Jangan lupa aura-aura bangga yang terpancar jelas di matanya.

Sebagai seseorang yang pernah mengira Sae tidak akan lulus, (Name) terharu, tahu.

"Selamat juga untukmu." Sae tersenyum tipis.

Beberapa murid yang kebetulan lewat melongo tak percaya. Adalah sebuah keajaiban dunia Sae tersenyum, beruntung betul mereka dapat menyaksikannya, dan lebih beruntung lagi (Name) yang sudah sering melihat senyum itu.

Keduanya berpindah ke bangku di taman sekolah, hendak bercakap-cakap lebih lama.

"Aku ... bakal milih jurusan komunikasi," lapor Sae lebih dulu.

(Name) mengangguk-angguk. "Baguslah kalau kamu sudah memutuskan. Di universitas mana?"

"Universitas Tokyo."

"He?!" Jelas saja (Name) terkejut bukan main. "Astagaa, kamu berani sekali langsung mengincar universitas terbaik!” Tawa sang gadis pecah.

Sae menggaruk kepala bagian belakang. “Sebenarnya aku ragu, tapi setelah kupikir lagi ... sepertinya tidak ada salahnya mencoba. Seperti sekarang, aku tidak pernah membayangkan bisa lulus dengan tenang,” tuturnya. Iris teal-nya menatap (Name) lembut. "Walau tidak akan pernah cukup, tapi aku akan selalu berterima kasih padamu, (Name). Kamu sudah banyak membantuku."

Rasa-rasanya (Name) ingin sekali menangis saking terharunya. Sangat di luar dugaan, Sae dengan wajahnya yang senantiasa datar, ternyata dapat mengatakan hal-hal yang manis.

Buk! (Name) menyengir lebar, menepuk punggung Sae keras-keras. "Tak perlu berterima kasih! Tapi kalau nanti kamu diterima di Universitas Tokyo, katakan pada mereka kalau kamu pernah kuajari mati-matian." Ia menunjuk dirinya sendiri dengan jempol. "‘Aku punya guru yang hebat, namanya (Fullname)’! Bilang begitu, ya!"

Sae mengerjapkan mata. Kemudian jejaka itu tertawa pelan. "Baiklah, aku akan umumkan pada mereka kalau (Fullname) yang hebat pernah menjadi guruku."

Seruan riang para murid membuat percakapan terhenti. (Name) dan Sae mengikuti arah pandang teman-teman mereka, mendongak.

Balon-balon diterbangkan para guru dari rooftop, membuat para murid ribut, berebutan mengambil balon yang berjatuhan. Tentu saja (Name) termasuk di antara mereka, langsung beranjak dari bangku. Beruntung, dua buah balon terbang ke arahnya, memudahkan (Name) untuk mengambil.

"Sae! Sini tanganmu." Tanpa persetujuan, gadis aktif itu meraih tangan kanan Sae dan mengikat tali balon di pergelangan tangan jejaka itu. Sedikit mundur untuk melihat Sae dari atas sampai bawah, kemudian (Name) tertawa lebar. "Lucu!"

Tawa (Name) itu candu dan menular, setidaknya itu yang Sae simpulkan. Kedua sudut bibirnya ikut tertarik, hingga akhirnya ikut tertawa lebar.

Tuhan ... terima kasih sudah menghadirkan gadis ini di hidupku. Aku benar-benar seorang yang beruntung karena dapat mengenalnya.

- fin -

𝗟𝗨𝗖𝗞𝗬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang