11 S2

7.9K 502 13
                                    

Enjoy🙇❤️.

.
.
.

Arkan kini sedang menyuapi galen, jika kalian pikir Arkan menyuapi Galen atas keinginan nya, kalian salah, itu semua atas paksaan dari Galen, dia berasalan bahwa tangan nya tidak kuat untuk memegang sendok.

Jadilah sekarang Arkan yang membantu Galen untuk makan dengan cara menyuapinya.

ia tak mau Galen mati kelaparan karena tidak makan, ia juga tak mau di dalam rumah nya ada mayat.

"ayo menikahlah denganku" entah kenapa di tengah tengah Arkan yang tengah menyuapi Galen, tiba tiba saja Galen berkata seperti itu.

"didalam mimpi mu" ketus Arkan.

"em, kalo gitu maafkan kesalahan ku" sungguh, ia meminta maaf dengan tulus, tak ada unsur paksaan, atau pun rencana.

"sebelum kau meminta maaf, saya sudah memaafkan mu"

baru saja Galen membuka mulutnya untuk berbicara, Arkan memotong pembicaraan Galen.

"sudahlah, ayo makan agar kau cepat sembuh, setelah kau sembuh kau bisa pulang kerumah mu, rumah ku bukan tempat penampungan" ia tau bahwa Arkan nya ini tengah menahan kesal, ia putuskan untuk tidak jadi berbicara, takut nya jika ia lanjutkan berbicara, maka permasalahan akan tambah besar.

"Sudah habis, tidurlah" titah nya.

"Lalu kau tidur dimana?" Tanya Galen, kemudian dia meneguk air putih yang diberikan oleh Arkan.

"Kau pikir rumah ku ini kecil? Dan cuma memiliki 2 kamar?"

"Saya akan tidur dikamar tamu, walau ini menyebalkan, tapi sebaiknya saya tidur di kamar tamu dibandingkan harus tidur sekamar dengan anda"

jleb..

perkataan itu tepat sekali mengenai hati mungiel Galen, sangat sakit, bahkan tidak bisa di jelaskan rasa sakitnya.

"Baiklah, terimakasih telah merawat ku"

"Ya, cepat lah tidur ini sudah larut malam"

--

Ceklek

Terlihat dua bocah yang sedang berlari lari kecil, ralat- hanya bocah yang lebih pendek saja yang berlari, bocah yang tinggi nya di atas rata rata hanya berjalan dengan santai.

"Mommyyy! Mommyyy!!" Teriak devan, dia berlari lari menuju ranjang tempat mommy nya tidur.

yang sangat disayangkan nya, ranjang itu tengah di tempati oleh Galen.

"Diem lah Devan, kau Very noisy" celetuk davan, dia menatap datar punggung kakak nya yang sedang berlari menuju ranjang mommy nya ini. (Sangat berisik)

"Remember I'm your brother, don't be like that" walaupun celetukan davan ini pelan, namun masih bisa di dengar oleh Devan sang kakak. (Ingat aku ini kakak mu, jangan macam macam)

Davan merotasikan matanya malas.

lalu Devan dengan cepat melompat ke atas ranjang milik mommy nya.

Ia mengerutkan keningnya, dimana mommy nya ini? Dia seperti bukan mommy.

Galen yang tengah tidur, tiba tiba terusik oleh teriakan anak kecil.

ia lalu membuka matanya, dan terlihat seorang bocah tengah menatap nya bingung.

Dengan sisa sisa tenaga nya, dia menyenderkan kepalanya pada bantal.

"Kamu ciapa?" Tanya devan heran.

Galen bengong beberapa saat, di masih belum bisa mencerna kejadian saat ini.

"Om? Halo?" Bocah itu mengibaskan tangannya tepat di depan muka Galen, berharap Galen sadar dari lamunannya.

"Eh? Iya?" Galen yang tersadar dari lamunannya langsung menatap bocah lelaki itu dengan lekat, dia seolah olah tengah menatap arkannya, wajah bocah itu mirip sekali dengan Arkan.

Devan mendengus kesal.

"aku nanya, om ciapa?" Tanya devan sekali lagi, untung kesabaran nya ini tidak setipis tisu yang di bagi menjadi dua bagian.

Anying masih muda udah di panggil om batin Galen.

Galen mengembangkan senyum nya, dia selama hidup tidak pernah tersenyum seperti itu, jika ia tersenyum sudah dipastikan senyuman nya sangat tipis, seperti tisu.

"om?"

"Kenalin nama om galen, kamu sendiri siapa?" Tanya nya dengan raut penasaran.

Devan menautkan kedua alisnya, dia walau bisa berbahasa Indonesia, tetapi masih tahap belajar, dia tidak bisa mengartikan apa yang dibilang om om yang di depan nya ini.

"English please.."

"Recognize uncle Galen's name, who are you?" Ucap Galen sekali lagi. (Kenalin nama om galen, kamu sendiri siapa?)

"Um, devan lucu!" Ucap nya dengan gembira.

Bocah yang di pinggir ranjang itu hanya merotasikan matanya malas.

"haha, kamu memang lucu" kekeh Galen, lalu ia mengelus rambut bocah yang baru ia kenal itu dengan gemas.

"Terimakasih banywak"

"Om kenapa di kamal mommy?" Tanya devan penasaran, ia daritadi belum melihat kehadiran mommy nya, bahkan ia sempat cari di kamar hanya orang yang tak ia kenal yang ia temui.

"Never mind Dev, let's eat, mommy must be downstairs, maybe he's cooking" jawab bocah di pinggiran ranjang. Mungkin itu kembarannya, pikir Galen. (Sudahlah Dev,, ayo makan, mommy pasti sudah di bawah, mungkin dia sedang memasak).

"no way, mommy can't cook" timpal Devan. (Tidak mungkin mommy tidak bisa memasak).

Galen hanya bisa diam melihat dua bocah itu yang sedang berdebat, atau bisa di sebut adu argumen.

"ishh!, Come on down, do you want to die of hunger because you don't eat?" Sungguh dapat Galen lihat, bocah itu sedang menahan kesal, yang unik nya, tingkah laku bocah itu mirip seperti dia umur 5 tahun. (Ishh!, Ayo turun, apa kamu mau mati kelaparan karena tidak makan?)

"I don't want to, but I want Uncle Galen" terlihat mata Devan berkaca kaca menahan tangis, Galen yang melihat itu sontak mengelus punggung Devan. (Aku tidak mau, tapi aku maunya sama om Galen).

"Ok, I go first" final nya. Kembaran devan langsung berjalan menuju pintu kamar dan keluar dari kamar yang di dalam nya berisi Devan dan Galen.

"hiks, davan jahat" tangis devan pecah.

"Who was he?" Tanya Galen panasaran. Dapat Galen akui bahwa bocah itu sangat lah pintar berbicara di umur nya yang masih kecil, bahkan mungkin belum sekolah?. (Tadi dia siapa?)

"He is my twin, more precisely he is my little brother" penjelasan Devan membuat Galen hanya memangut mangut. (Dia adalah kembaran ku, lebih tepatnya dia adik ku)

"Ohh"

"Come on, don't cry" Galen mengelus punggung Devan dengan lembut berharap bocah di depan nya ini berhenti menangis. (Sudahlah, jangan menangis)

'apa mereka anak aku dan Arkan yang telah Arkan kandung beberapa tahun lalu ya?, Jika benar sungguh aku sangat gagal menjadi sosok ayah' batin nya, batin Galen terus bermisah misuh, andai dulu dia tidak terperangkap jebakan queen, andai dulu dia bodoamat an dengan queen, andai dulu bisa di perbaiki.

Hanya kata andai andai andai, yang terus galen bicarakan dengan dirinya sendiri.

TBC.

See u next chapter!

THE BADBOY [MPREG] BXB [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang