citatrices ; 01

1.3K 116 1
                                    

Jordan kalap dia benar-benar merasa sangat marah ketika anak bungsunya dengan lancang sampai berlaku kurang ajar berteriak keras tepat di depan wajahnya.

Maka tamparan dan dorongan yang tidak disadarinya membuat tubuh Hasel terpelanting menabrak sofa ruang tamu dengan keras.

"Papa gak pernah ajarin kamu seperti itu Hasel!"

Hasel yang sudah sesenggukan tidak merasa jera ataupun ketakutan, walaupun tatapan anak itu sama sekali tidak bisa dibohongi. Hasel masih terkunci pada manik hitam papanya yang diliputi kemarahan.

"Iya papa gak pernah ajarin, karena papa aja gak pernah peduli sama Hasel!"

"Hasel cukup!"

Jordan menyentak tangan Hasel dengan secara paksa sampai tubuh kecil itu hampir menyentuh ubin.

"Lepasin! Lepasin tangan Hasel!" Hasel memberontak dengan kalap.

Tangisan Hasel yang pecah langsung mendominasi seluruh sudut rumah megahnya. Para asisten rumah tangga keluar menatap iba tuan mudanya yang lemas di bawah kemarahan tuan besarnya.

"Papa mau apa?" Hasel panik ketika melihat papanya dengan kasar mengambil kunci kamarnya di meja nakas. Jordan menggeret paksa Hasel masuk ke dalam kamarnya.

"Papa jangan!"

"DIAM HASEL!"

"Papa mau apa? Papa jahat!" Hasel masih berlaku brutal memukuli dada Jordan yang bahkan tidak berefek rasa sakit sedikit pun.

"Papa gak mau tahu, setelah liat kelakuan kamu akhir-akhir ini papa bakal homeschoolingin kamu lagi!"

Hesel tercekat ketika mendengar kata itu. Kata kramat setelah kepergian mamanya yang telah berpeluk bumi. Kepala Hasel mendongak menatap papanya tidak percaya.

"Enggak, hiks.. Ha.. Hasel gak mau..."

Jordan memejamkan matanya erat. Melihat Hasel yang lemas bukan main membuat hatinya ikut berdesir perih. Tapi keputusannya sudah bulat. Ini demi kebaikan Hasel sendiri.

"Papa gak akan pernah ubah keinginan papa. Jadi sekarang kamu tidur udah malem."

Jordan melepaskan cengkramannya dari tangan Hasel lalu keluar kamar putra bungsunya dan tidak lupa mengunci dari luar.

klek

Tiba-tiba kaki Hasel lemas bukan main tubuhnya langsung meluruh begitu saja dengan isak tangis yang menyayat hati siapapun yang mendengar. Anak lelaki lemah ini tidak ingin semakin dikungkung di dalam perintah.

"Papa?"

Jordan yang belum beranjak dari depan kamar Hasel melihat putra sulungnya yang berjalan panik ke arahnya.

"Hasel di mana?"

"Di kamar."

"Pa?"

"Hasel mulai besok bakal home schooling lagi."

Mathew melotot, "Pa?"

"Papa khawatir Mathew."

"Tapi bukan gitu caranya." Mathew meraup wajahnya kasar merasa keputusan papanya saat ini tidak tepat dan terlihat gegabah.

"Pa, Hasel cuma butuh didengar. Dia masih kecil buat ngerti semua kekangan papa dari dulu."

"Mathew!"

BRAK

"PAPA BUKAIN!"

BRAK... BRAK...

"BUKAIN PA!"

"PAPA JAHAT!"

"HASEL BENCI PAPA!"

"PAPA JAHAT!"

Jordan dan Mathew sama-sama terpaku mendengar teriakan keras Hasel dari balik pintu kamarnya. Jordan bimbang, disaat seperti ini berbahaya untuk kesehatan Hasel.

"Papa tau sendiri kan Hasel itu gimana, dia masih labil, dia masih belum bisa kontrol emosi, please listen to me!" Mathew berucap lirih.

Tapi bagi Jordan perkataan Mathew hanya sebagai bualan semata. Wajah datarnya tidak bereaksi apapun selain memilih untuk pergi dari situ lalu membiarkan kepalanya dirayapi pikiran-pikiran tentang putranya yang harus dilindungi.

Dan tanpa sadar di satu sisi ingin melindungi Jordan semakin membentangkan luka pada putra bungsunya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cicatrices ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang