Part 28

667 18 0
                                    

Satu hari telah berlalu, Affandy sedang memperhatikan istrinya berbicara dengan pria lain. Obrolan mereka terlihat begitu menarik perhatian Affandy. Dikarenakan Hulya dan Vicky sesekali tertawa.

Affandy tersenyum ketika Hulya memandangnya, namun senyum itu pudar saat istrinya malah memalingkan wajah.

Laki-laki itu sadar, dia sudah terlalu banyak salah kepada Hulya. Sikap yang Hulya tunjukkan sungguh mengganggu pikirannya. Affandy sudah mulai memiliki rasa kepada wanita itu. Namun sayangnya Hulya sudah tidak tertarik lagi kepada dirinya.

"Hulya ..."

"Bentar ya, mas."

Hulya berlalu pergi dari hadapan Vicky, ia menghampiri Affandy dengan senang hati. "Kenapa?"

"Ngobrolin apa sama tetangga itu?"

"Harusnya kamu tau aku ngobrol apa sama mas Vicky."

"Kamu serius mau nikah sama dia?" tanya Affandy.

"Iya ... Aku masih nunggu kamu untuk menceraikan aku."

"Aku gak mau cerai."

Hulya menghembuskan nafasnya dengan perlahan.

"Ini masih pagi. Kamu gak perlu banyak drama."

"Aku serius Hulya. Jangan tinggalin aku."

"Kalau kamu panggil aku cuma buat bahas ini. Percuma Affan. Aku gak perduli."

"Aku mau berangkat kerja Hulya. Harusnya kamu menyenangkan hatiku."

"Lho ... Tiffany kan ada. Kalau kamu mau seneng sebelum pergi kerja. Nikah aja sama Tiffany. Mudah kan."

"Kamu kenapa berubah Hulya?"

"Kamu yang udah buat aku berubah Affan."

"Aku kangen kamu yang kemarin-kemarin."

"Kangen yang kemarin?" Hulya menaikkan sebelah alisnya.

Affandy hanya mengangguk perlahan.

"Kangen aku yang lemah? Yang apa-apa nangis. Gitu?"

"Bukan ... Aku kangen diperhatikan. Aku kangen kamu yang bandel terus deket-deket aku."

"Hilang! Itu semua udah hilang Affan. Kamu gak perlu berharap lebih lagi."

Saat Affandy hendak menggenggam lengannya, Hulya malah mundur satu langkah.

"Kamu pikir aku percaya gitu aja sama kamu? Gak akan!"

Kembali Affandy mendekati Hulya.

"Jangan kurang ajar Affan. Aku bisa aja teriak."

"Ya udah ... Aku pergi dulu ya. Kamu baik-baik di rumah. Jangan kemana-mana."

"Terserah aku mau kemana. Itu bukan urusanmu."

Langkah Affandy terhenti, ia menoleh kearah Hulya.

"Aku kan bukan istrimu. Jadi kamu gak perlu perhatian sama aku."

"Kamu boleh keluar. Tapi jangan lama ya. Sebelum aku pulang kamu harus duluan pulang."

"Cukup Affan. Kata-kata mu itu sangat menjijikkan. Aku sama sekali gak mau denger apapun dari kamu."

"Nanti siang aku mau makan di rumah. Boleh kan?"

"Terserah kamu. Ini kan rumah kamu. Bentar lagi aku juga pergi."

"Maksud aku. Bolehkan aku makan masakan kamu?" tanya Affandy.

"Aku sibuk."

"Kamu beneran marah sama aku?"

Tetesan Air Mata Surga [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang