7 log 49

1K 103 8
                                    

"Beri nilai dari usahanya jangan dari hasilnya. Baru kita bisa mengerti kehidupan."

-Albert Einstein

****

"Juz dua puluh delapan ya A?" tanya Gus Aydan. Ahza mengangguk. "Iya om."

Ahza duduk di hadapan Gus Aydan, ia sedang setoran hapalan. Hari ini memang jadwalnya santriwan untuk setoran hapalan. Terlihat Gus Azlan yang duduk tak jauh dari Gus Aydan. Ia juga membantu adiknya ini untuk mendengarkan setoran hapalan santriwan.

"Masya'Allah bentar lagi khatam ya A, siap-siap di tasmi ghoib ya."

Tasmi Ghoib itu adalah memperdengarkan hapalan Al-Qur'an nya yang sudah ia hapalkan sebelum nya, dari Juz satu, hingga Juz tiga puluh, tanpa melihat Al-Qur'an. Dan di pendengarkan di hadapan Ustadz Ustadzah/pembimbing, orang tua, dan juga para santriwan santriwati.

Ahza tersenyum canggung. "Insya'Allah Om."

"Iya sok, Ta'awuz,"kata Gus Aydan. Ahza mengangguk, ia mulai membacakan Ta'awuz, dan setoran hapalan itu dimulai.

Mungkin, menjadi seorang penghapal Al-Qur'an ditengah-tengah ia menjadi seorang pelajar aktif, adalah suatu hal yang sangat tidak mudah. Namun, Alhamdulillah Ahza menjalankan itu dengan sangat semangat.

Banyaknya tugas di tengah hapalan, bukan penghalang bagi Ahza. Ia sudah bisa membagi waktu nya, untuk Muro'jaah, nambah hapalan baru, belajar, nugas, les, dan juga bermain. Hari demi hari yang Ahza rasakan ia lah waktu yang sangat padat, namun beraturan.

Disisi lain, Abila tengah duduk di sofa ruang keluarganya, menunggu Gus Azlan, dan ketiga anak nya. Ia tengah teleponan dengan Abang nya yang berada di Bogor.

"Si Ahza sama si S2 mana?" tanya Kemal. "Maksud, S2?" Abila berbalik tanya. "Eta sih, Sabiya sama si Syahdan," jawab Kemal.

"Buseh, Biya Biyu ya nama anak gue, bukan S2,"kata Abila. "Sarua keneh, si S2, dari pada gue sebut, SS hayo?" kata Kemal. "Atuh ya, nama ponakannya bagus-bagus, di sebut S2," kata Abila terdengar kesal.

Sarua keneh = sama aja

Kemal tertawa kecil. "Lucu siah teh."

"Btw. Temen aing mana, eta si Syaqila?"tanya Abila. "Kan si Kasya lagi sakit, makanya tidur di kamar si Kasya. Bentar juga gue ke kamar nya si Kasya, tidur disana juga,"  jawab Kemal memberitahu.

Kemal dan Syaqila, memang menikah, saat Syaqila sudah lulus kuliah, dan Kemal pun melamarnya. Rumah tangga mereka, di anugerah dua anak, yang pertama di beri nama, Laesya Khaizy Pratama, yang baru berusia lima belas tahun. Dan putra keduanya yaitu, Arkasya Kazeinna Pratama, yang baru berusia empat tahun.

Flashback on!!

Di siang hari yang berbahagia, setelah penantian satu bulan menahan lapar dan dahaga, hari ini adalah puncak kebahagiaan Umat Muslim. Sama halnya dengan keluarga besar Abila.

Terlihat Abila, dan keluarga Gus Azlan yaitu, Umi Maryam, Abi Hanan, Gus Aydan, dan Aiza, baru saja datang ke rumahnya yang berada di Bogor. Disana, sudah ramai sekali keluarga besar Abila.

Terlihat Ahza yang berusia empat tahun lima bulan, di gendong oleh Gus Azlan, mereka pun memasuki rumah mewah milik keluarga Pratama.

"Assalamualaikum!" sapa Abila dan keluarga Gus Azlan. "Waalaikumus'salam."

"Eh orang jauh," celetuk Bunda Dayana melihat Abila yang cantik mengenakan Abaya dengan cadarnya senada dengan Gus Azlan dan Ahza. Terlihat, Rayen menghampiri Gus Azlan, ia berniat untuk menggendong Ahza. "Ahza, yu sama Om ganteng, kita kenalan ama si Navy," kata Rayen. Terlihat Ahza pun mau di gendong oleh Rayen.

Last DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang