64÷(-4)+3³+6

445 38 12
                                    

WARNING! MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN UMPATAN!!!

"Hidup dan mati adalah satu benang garis yang sama namun dilihat dari sisi yang berbeda,"

-Lao Tzu.

Happy reading

***

"Mau kita kerahin anak-anak yang lain buat nyerang orang itu?" tanya Johan.

Ahza menggelengkan kepalanya, "Gausah, jangan kepancing."

Ezqi mengambil ponsel Arash dari tangan Ahza. "Najis muka nya tengil banget, boleh gue cudahin ngga sih?" tanya Ezqi.

Arash mengambil ponselnya, "Najis cudah lu bau cubluk. "

Cubluk itu semacam selokan.

"Lu padahal orangnya adem ayem aja dah, Za. Tapi napa banyak banget sih yang ngga suka sama lu?" tanya Rekza.

Ahza mengangkat bahu nya tak tahu, "Entahlah." Ia berjalan meninggalkan mereka untuk masuk kembali dalam basecamp.

Ahza berjalan kearah dinding foto di basecamp tersebut. Ia memandangi foto dirinya bersama anak-anak yang lain. Terlihat foto saat berbagi takjil setiap tahun, foto anak-anak Azgendios yang sedang membantu warga, foto anak-anak Azgendios yang rapih mengenakan baju koko, sarung, dan peci hitam, meski tak sedikit diantara mereka yang nonis.

Beberapa foto komuk mereka, foto ketika malam tahun baruan, dan masih banyak lagi kenangan yang tertempel disana. "Kayaknya kalo gue ngga ikut gabung, kalian ngga bakalan dibuat susah sama orang yang punya dendam personal ke gue," monolog Ahza.

"Kok lu bilang gitu?" tanya Johan.

Ahza menoleh, terlihat keenam teman nya yang baru saja masuk ke dalam basecamp itu. Terlihat Johan berjalan kearah Ahza diikuti yang lainnya. Mereka berdiri sejajar dengan posisi Ahza yang berada di tengah, "Kalo lu ngga gabung, kita ngga bakal tau rasa nya kayak gini," kata Johan sambil menunjuk satu foto mereka yang sedang berbagi takjil di jalan.

Rafan merangkul Ahza, "Ada lu itu ibarat google maps kita kalo kita lagi tersesat di jalan."

Johan pun ikut merangkul Ahza, "Karena lu, gue berasa punya seseorang yang bisa gue ajak curhat."

Ezqi merangkul Rafan. "Lu selalu ngerangkul kita kalo lagi banyak masalah."

Rekza merangkul Johan, "Karena lu, Za. Gue jadi ngerti artinya keluarga tak sedarah."

Arash merangkul Ezqi. "Terkadang hidup memang tak adil. Tapi kita bantuin buat adilin."

Dikra merangkul Rekza. "Lu ngga sendiri, ada anak Azgendios. Sebagaimana lu membuat anak-anak Azgendios ngga merasa sendiri."

"Lagian, tongkrongan tanpa ada nya keributan, hambar ngga sih?" tanya Johan.

Mereka mengangguk, termasuk Ahza. "Thanks yaa," kata Ahza.

***

Ahza memasuki Villa milik keluarga Abbanya. "Assalamu'alaikum," salam nya.

"Waalaikumus'salam." jawab Kemal, Rayen, dan juga Tegar yang masih berada di ruang keluarga lantai utama. Mereka duduk lelesehan di atas lantai yang dilapisi karpet sambil menemani Kemal mengedit video Ahza dan Oci.

"Yang lain pada kemana, Om?"  tanya Ahza yang berjalan menghampiri ketiga Om nya.

Ahza mencium punggung tangan Kemal, Rayen, dan juga Tegar. "Ada yang udah pada tidur, emang lu ngga liat sekarang jam berapa?" tanya Kemal yang masih fokus terhadap laptopnya.

Last DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang