The moment of truth

131 22 1
                                    

Lagi lagi ruangan itu nampak lengang sedangkan di aula suasana sangat ramai. Orang orang berbicara satu sama lain. Melebarkan sayap memperluas relasi mereka dengan berbagai perusahaan lainnya. Memasang topeng dan bersikap munafik. Membicarakan bisnis, pekerjaan, dan keuntungan. Sebab insting seorang pebisnis hanyalah meraup untung.

Jasmine melakukan tugasnya dengan sangat baik. Saat Eryx belum beranjak menemui para tamu, justru gadis itu mengajak tamu undangan yang hadir untuk sekadar basa basi, sedangkan Megan tidak terlihat di mana pun. Padahal mereka keluar hampir bersamaan.

Dengan sedikit khawatir, Jasmine melirik pintu berulang kali. Acara harus segera dimulai. Sampai kapan dia akan menunggu Eryx masuk?

Di satu sisi pemilik perusahaan MH Grup juga tidak terlihat batang hidungnya. Padahal tadi mereka terlibat interaksi. Kemana perginya Pak Zavian? Apa dia harus memulai acara ini tanpa kehadiran dua orang itu?

"Jasmine."

Kepala Jasmine segera bergerak mengikuti arah suara. Di mana dia harus berhadapan dengan seorang laki-laki, badannya tinggi semampai. Rambutnya agak sedikit gondrong dengan kulit eksotisnya yang menarik mata.

Orang itu menunjukkan senyum sumringahnya setelah hampir setahun mereka tidak bertemu.

Berbanding terbalik dengan Jasmine. Di wajahnya pun gak ada senyuman sapaan, yang ada justru tatapan datar tanpa ekspresi.

"Sedang apa lo di sini?!" desis Jasmine marah. Kejadian itu kembali mengisi seluruh permukaan ingatannya. Kejadian di mana dia harus menyaksikan Eryx menderita dan nyawanya hampir melayang gara gara ulah fans fanatik Samantha.

"Lo gila! Gak punya otak! Gak waras! Kalo lo masih punya sedikit rasa malu, harusnya lo gak pernah muncul di hadapan Eryx!" desis Jasmine emosi.

"Jas, gue ke sini memang ada urusan. Yaa, gue tahu, gue salah. Justru karena itu, gue sekalian minta maaf. Gue belum bertemu Eryx setelah kejadian itu."

Jasmine menarik tangan orang itu menjauh dari kerumunan. Emosinya dibuat naik turun hari ini. Agaknya pikirannya sedikit kacau.

"Lo gak perlu ketemu sama dia. Lo gak perlu minta maaf sama dia. Lo cukup menjauh dan jangan pernah muncul lagi!"

Orang itu terdiam seribu bahasa. Dalam hatinya mencoba membenarkan apa yang ingin Jasmine katakan padanya. Bahwa dia cukup pergi dari hidup Eryx, tidak mengganggu kehidupan Eryx lagi, kalau perlu menghilang seperti yang dilakukan Samantha.

Mahazoya Samantha. Siapa yang nggak kenal Samantha? Artis hebat pada masanya. Siapa sangka gadis itu pergi meninggalkan banyak duka dan penyesalan untuknya. Beban yang belum tentu sanggup dia pikul seorang diri.

Kesalahan yang diperbuat dua orang justru harus ditanggung sendiri olehnya.

"Tapi Jas, ini bukan cuma kesalahan gue. Kejadian itu, adalah kesalahan kita semua. Mengecualikan kecelakaan. Karena itu bukan urusan kita, melainkan kehendak yang di atas."

Giliran Jasmine yang tutup mulut. Kedua tangannya mengepal kuat di kedua sisi. Menahan gejolak marah dalam dadanya.

"Andai lo gak ngenalin Eryx ke gue, gue gak akan manfaatin dia buat deket sama Samantha. Jangan play victim, Jas. Lo juga terlibat masalah ini. Kalo lo punya rasa bersalah, harusnya lo gak mengibarkan bendera perang ke Megan, yang sekarang jadi istrinya Eryx. Dia bukan siapa-siapa, dan dia hanya Megan. Just Megan."

Laki-laki itu memberinya pukulan telak. Menyadarkannya bahwa kejadian itu adalah mimpi buruk baginya yang sampai kapan pun gak akan bisa dia ubah menjadi mimpi indah sepanjang hidup.

•••

Leo masih gak habis pikir atas pernikahan Megan sama Eryx.

Leo membayangkan bagaimana bisa dua orang yang sama sama kepala batu seperti Megan dan Eryx menikah. Apa rumah tangga mereka baik-baik aja. Apa ada banyak pertengkaran karena perbedaan pendapat. Pertemuan pertama mereka seperti apa dan apa yang membuat keduanya memutuskan untuk menikah.

All Out Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang