Eden

2K 18 1
                                    

"Eddith"
"Lilith"
"Judith"

Suara berat lelaki itu bergetar saat menyebut ketiga nama yang akan disematkan pada anak-anaknya. Tiga bayi perempuan dengan paras cantik dan warna sayap keemasan itu baru saja selesai dibersihkan tubuhnya. Rafael, ayah mereka bertiga langsung menggendong salah satu dari mereka dan mulai merapalkan sesuatu. Mantra pengikat, mantra yang memberikan mereka kekuatan untuk selalu kembali ke Langit. Mantra itu membuat mereka sah menjadi penghuni Langit.

Ritual suci itu dilakukan di Eden, ruangan sakral yang dipakai Gwen, istri Rafael, untuk melahirkan 3 buah cintanya bersama Rafael. Baik Rafael maupun Gwen adalah keturunan darah murni, mereka memiliki kekuatan penuh Langit sehingga ketiga bayi perempuan ini lahir dengan paras sangat cantik dan sihir yang luar biasa hebat.

"Kalian akan menjadi Schutzengel bumi, pelindung berkah bumi." ucap Rafael disaksikan oleh seluruh penghuni Langit saat itu.

"Aku memberkahi mereka dengan tubuh yang indah dan wajah rupawan.",lanjut Gwen.

Rafael mengangkat ketiga putrinya bergantian. Terdengar sorak sorai dari penghuni Langit, rakyat dari Rafael dan Gwen. Total 3 putrinya mendapat 7 keberkahan yang diberikan oleh masing-masing pemimpin langit.

Kecantikan.
Keindahan.
Keberanian.
Kesembuhan.
Kekayaan.
Kepintaran.
Kesuburan.

17 tahun kemudian mereka bertiga benar-benar tumbuh sebagai malaikat Langit yang menawan serta mempesona. Keahlian ketiganya sangat dipuji oleh seluruh pemimpin Langit.

Gwen sendiri kembali melahirkan anak kembar lelaki, setahun setelah kelahiran ketiga putrinya. Keduanya tumbuh bersama ketiga kakaknya yang begitu dipuja. Walau tidak mendapat 7 keberkahan seperti ke tiga kakaknya. Dua putra Rafael cukup hebat, mereka belajar langsung dari guru yang sama dengan ke tiga kakaknya.

Sayangnya saat upacara pembebasan ke tiga kakanya, mereka berdua harus menunggu lebih lama. Satu tahun kemudian. Selepas upacara itu Lilith bicara pada kedua adik kembarnya bahwa dia akan menceritakan segala sesuatu tentang bumi pada mereka.

Ini hari pertama Eddith, Lilith dan Judith menjalankan tugas turun ke bumi. Eddith memberi berkah air pada kawanan saudagar yang tersesat di gurun. Lilith memberi berkah kayu pada pemimpin gereja yang kepayahan berburu di hutan. Sementara Judith memberi berkah logam pada kaum Barc, yang sedang dilanda krisis makanan.

Ketiganya menjalankan tugas dengan lancar, tapi Lilith datang paling terakhir saat itu. Mereka berkumpul di Danau Eden, danau yang menghubungkan bumi dan Eden di Langit.

"Kenapa sangat terlambat? Apa tugasmu berat?," tanya Eddith sebagai yang tertua.

"Tidak, tugasku lancar, aku hanya sedang mengikuti seseorang tadi.",jawab Lilith sembari mempeelihatkan di pantulan air gambar seorang lelaki tampan yang memasuki gereja.

"Siapa dia?", Eddith penasaran dengan cerita Lilith.

"Samael, aku baru tahu di bumi ada yang lebih tampan dari ayah Rafael.", sahut Lilith.

"Bukankah ayah melarang untuk berbicara dengan manusia?", tanya Judith, si bungsu yang penasaran saat di pantulan air terlihat bayangan Lilith berbicara dengan pria tampan itu.

"Judith, ayah tidak akan tahu jika kau tidak melapor.", Lilith menatap tajam ke arah Judith.

"Lalu?", Eddith duduk di atas batu besar lalu menatap ke arah Lilith. Tatapan mata Lilith pada Judith berpindah pada Eddith.

"Kami berkenalan, kau harus dengar sendiri suaranya, aku belum pernah menemukan suara seperti itu di Langit.", Lilith tersenyum saat menjelaskannya.

"Bagaimana kalau kita bertaruh untuk mendapatkan pria bumi ini?", lanjut Lilith sembari menatap wajah saudara-saudaranya secara bergantian.

"Kau gila? Kita dilarang berhubungan dengan manusia.", suara Eddith meninggi.

"Bukan begitu, hanya membuat dia mengatakan siapa yang paling dia suka dari kita bertiga.", sanggah Lilith.

"Aku tidak mau.", ucap si bungsu, Judith.

"Yang menang akan terbebas dari tugas selama setahun. Yang kalah akan menjalankan tugas sang pemenang.", lanjut Lilith.

Tawaran itu membuat kedua saudaranya terdiam sesaat untuk memikirkannya. Pasalnya turun ke bumi dan menjalankan tugas ini lumayan sulit. Mereka harus bersemedi selama seminggu setelah kembali, untuk mensucikan kembali tubuh mereka. Kedua, akan ada jeda 3 hari setelah semedi sebelum mereka turun kembali ke bumi. Total hanya ada waktu bersenang-senang selama 3 hari. Akan sangat menguntungkan jika mereka turun ke bumi tapi tidak melalukan tugasnya. Itu tawaran yang sangat menarik.

"Syaratnya?", tanya si bungsu penasaran.
"Tidak ada, hanya sampai dia menyukaimu.", sahut Lilith.

"Tidak asik. Bagaimana sampai kau berhasil tidur dengannya?", ucap Eddith menambahkan.

"Deal." sahut Lilith tanpa berpikir panjang.

"Tapi, bukankah kita diberkahi kesuburan? Bagaimana jika terjadi sesuatu setelah tidur dengan manusia itu?", Judith si bungsu bertanya kembali.

"Jangan sampai itu terjadi, suruh manusia itu pakai kondom.", Lilith menjawab dengan santai.

"Suruh dia mengeluarkannya di luar.", tambah Eddith.

"Baiklah, aku ikut.", Judith akhirnya membuat keputusan.

"Masih ada waktu 5 jam sebelum gerbang Eden disini tertutup. Siapa mau mencoba lebih dulu?", Lilith menatap kedua saudaranya.

"Eddith mau coba lebih dulu?", Eddith menggeleng, menolak tawaran Lilith.

"Baiklah aku saja. Kalian tetap disini, jangan dulu kembali ke Eden sebelum aku tiba.",kedua saudara Lilith mengangguk dan menyaksikan sosok Lilith yang terbang menjauhi mereka.

...

"Di samping gereja Eden ada kandang kuda. Kucingku masuk kesana. Apa kau bisa membantuku?", ucap Lilith pada Samael yang sedang merapikan taman. Ya Samael hanya tukang kebun yang diminta merapikan taman gereja Eden.

"Bagaimana bisa kucingmu masuk kesana Lilith?"
"Kau masih mengenaliku?"
"Tentu saja, kau sangat cantik, wanita tercantik yang pernah kutemui di wilayah ini."
"Baiklah, tolong bantu aku, akan kuajak kau ke rumahku jika kau berhasil menemukan kucingku."

Samael berjalan lebih dahulu ke arah kandang kuda dengan Lilith yang mengekor di belakangnya. Terlihat beberapa kuda disana, satu, dua, tiga. Tiga ekor kuda. Yang berbeda adalah Samael sama sekali tidak mencium bau kotoran kuda.

"Bagaimana bisa kandang kuda ini begitu wangi?", batin Samael. Lilith mengetahuinya, dia bisa membaca pikiran Samael.

Ting.

Lilith memunculkan seekor kucing dan tiba-tiba kucing itu berlari ke arahnya. Lilith menghindar dan oleh ke arah Samael.

Bruk.

Lilith terjatuh tepat di atas badan Samael yang ikut oleng dan terjatuh ke tanah. Lilith segera memanfaatkan kesempatan ini untuk melumat bibir pria tampan di depannya.

"Mmhhhhh.."

Samael hanya diam. Lilith juga tidak bisa membaca pikiran pria yang sedang dia lumat bibirnya ini. Samael tidak merespon.

Saat Lilith melepaskan tautan bibir mereka, Samael justru menarik leher wanita cantik yang menindih tubuhnya. Samael melumat bibirnya dengan lembut.

"Mmmhhh.."

Sementara itu kedua saudara Lilith yang menyaksikan adegan itu di permukaan air danau bersama-sama menghembuskan napas.

"Hahh..sepertinya dia akan berhasil.", ujar Eddith dengan nada kecewa.

"Tunggu, kak, coba lihat itu.", ucap Judith sambil menunjuk adegan yang sama sekali tidak terprediksi oleh mereka berdua.

"Hah? Bagaimana bisa?", sahut Eddith dengan nada kaget.

[Jangan lupa bintang dan komennya supaya aku semangat untuk lanjutin dengan cepat. Terima kasih.]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kabar Dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang