Part 23

28 7 0
                                    

⚠️️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️
Give me emoticon 🌹
For next chapterr

~HAPPY READING~

Geng Aster malam ini tengah berkumpul di markas, anggota mereka hanya 50 dari sekian banyak siswa di sekolah Gelora Bangsa. Sebab, Geng Aster ini merupakan geng cabang dari anak Aster di Jakarta, jadi pusatnya berada disana, sisanya di beberapa sekolah dan masih di area pulau Jawa. Geng Aster juga sudah mencapai 10 Generasi dari turun temurun, contohnya hingga sekarang kepemimpinan jatuh kepada Reynald Dafian Ardana.

Kini hanya ada 5 anggota inti yang ikut berkumpul, karna Reynald tak mau yang lain waktu liburannya menjadi terganggu hanya karena mereka ingin taruhan.

"Lo yakin cuman ngumpulin kita doang rey?" Tanya Haidar yang saat ini main ps di ruang tengah markas Geng Aster.

"Gak asik ah kalo gak rame." Timpal Bima yang juga bermain ps duduk bersanda di sebelah Haidar.

"Gue denger kabar dari orang dalam yang gue kirim kalau Alvino cuman bawa 1 sampai 2 orang, kita harus imbangi, jangan karna kita mau sok-sok an ngeroyok jadi geng terbesar, gue gak mau sombong." Kata Reynald.

"Lumayan make sense sih alasan lo." Sahut Denish kemudian.

"By the way, kita kesana jam berapa?" Tanya Denish

"5 menit lagi, lo pada siap-siap." Pinta Rey sambil merapikan beberapa barang di depan markas yang berantakan.

"Lo harus tetep waspada Rey." Ucap Denish menepuk bahu Reynald dan ia menganggukkan kepalanya paham, ia tau mungkin anggota yang lain sedikit khawatir dengan keadaannya hari ini yang katanya kurang fit.

Lima menit berlalu, Rey mulai bersiap-siap berangkat.

"Kita berangkat sekarang." Pinta Rey ke anggota inti Aster.

"Gak keburu Rey?"

"Kita udah setengah jam disini ege." Kata Haidar menoyor kepala Bima. Mereka setengah jam juga nungguin sambil main ps di ruang tengah.

"Yahh, nanggung ah 20 menit lagi ya?"

"Lu daritadi ngegame mulu, kita tinggal kalo lo lama ya." Ucap Haidar sambil mengenakan jaket kebanggaan mereka.

Di tempat yang sama, ketika Reynald dan Gilang berada di teras markas. "Mereka udah kepancing sama permainan kita, bakalan sampe kapan permainan ini selesai?"

"Semoga ini yang terakhir kali, kalaupun gue kalah, gue akan bertanggung jawab yang terpenting mereka bisa jatuh ke perangkap kita dulu-"

"Sehingga kita bisa kerjasama sama Alya."

"Tapi Rey, sampai kapan Aster akan bersikap kayak geng berandalan, kita udah lama sandiwara kalo geng ini sebenernya baik, bukan dipandang sebelah mata oleh masyarakat."

"Sebenernya gue juga gak mau Den terus-terusan kayak gini, tapi kita akan bertahan lebih sedikit lagi supaya kita kembali seperti dulu. Karna ini satu-satunya cara biar semua hak keluarga gue kembali."

"Kenapa lo mencoba untuk pertahankan hal itu Rey, lo kan tau itu udah berlalu?" Sahut Gilang dengan mempertanyakan rasa penasarannya.

"Ini pesan dari bokap dan nyokap gue lang sebelum mereka diambil sama tuhan." Ucap Reynald menatap kawannya dengan sendu, Gilang pun menepuk bahunya pelan mengerti akan kondisi kawannya itu.

Reynald memandangi jam tangannya, lalu menghela napas panjang dan merubah ekspresinya agar terlihat tegar, meski topik tadi ia merasa sedikit sensitif karena mengingatkannya lagi dengan amanah kedua orangtuanya yang telah meninggal.

Alya Mission [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang