028

2.2K 223 21
                                    

Chap 28

Kenapa sih aku idiot banget?

Beberapa jam yang lalu aku sedang kesal, misuh - misuh, dan bete abis. Tidak lama kemudian, saat Hermione dan Ron menghampiriku dengan raut wajah yang cemas, bilang bahwa Harry menghilang tak dapat ditemukan, semua kekesalan yang kupendam karena Harry hilang seketika. Tergantikan oleh rasa cemas luar biasa.

Cinta itu bodoh ya?

Maka berakhirlah aku sendirian menyusuri koridor sembari meneriakkan nama Harry. Kompartemen - kompartemen yang berada di kanan dan kiriku sudah kosong. Wajar saja, sudah setengah jam yang lalu kami sampai pada destinasi.

Saat aku tengah serius mengamati kompartemen - kompartemen kosong itu, sebuah suara pintu gerbong terbuka. Ah, itu gerbong khusus murid Slytherin. Karena mereka mungkin terlalu jijik untuk duduk bersama para murid lain, mereka membangun gerbong sendiri. Dasar aneh, memangnya dengan mereka duduk dengan seorang muggleborn, misalnya, kesucian mereka akan berkurang?

Entah kenapa, hatiku merasa senang saat melihat siapa yang keluar dari gerbong itu. Cowok berambut pirang itu keluar dengan tampangnya yang cemberut. Yah, dia memang selalu begitu. Sudah lama tidak bertemu dengannya, tinggi badannya bertambah. Fitur - fitur wajahnya semakin terlihat jelas. Dia mengenakan pakaian serba hitam. Apa dia habis dari pemakaman?

Terakhir aku bertemu dengannya, atau terakhir kami berinteraksi adalah saat dia membantuku kabur dari kantor Umbridge. Setelah itu, dia selalu menghindariku. Aku tidak tau apa yang telah kulakukan. Apa aku berbuat salah? Aku ingin sekali menanyakan hal itu padanya.

Maka, dengan mantap aku berjalan menghampiri cowok itu. "Hei, Draco." Panggilku.

Draco yang sedang menutup kembali pintu gerbong Slytherin menoleh. Sesaat mata kami bertemu. Aku tersenyum ramah padanya. Sesuatu yang belum pernah kulakukan sebelumnya jika bertemu dengannya.

Tetapi, bukannya menghindar ataupun membalas panggilanku, ia malah berdecih. Wajahnya menatapku dengan jijik, seolah - olah aku merupakan hal menjijikan yang dilihatnya.

Hah? Kenapa begini?

"Apasih?" Ucapku tak terima. "Sejak kapan kau bertingkah sengak begini?"

Draco menaikkan alisnya menantang. Sumpah dia benar - benar menyebalkan. Aku berhenti berjalan, hanya tiga langkah darinya. Dia menatapku dari atas ke bawah yang membuatku merasakan perasaan tidak enak.

"Menjauh dariku kaum rendahan."

Suara Draco yang selalu berbicara dengan lembut padaku berubah menjadi dingin. Tatapan matanya yang tajam seolah - olah menusuk kedua mataku. Wajahnya tidak lagi berseri - seri, melainkan pucat pasi. Setelah mengatakan hal itu, dia berjalan pergi keluar kereta. Meninggalkanku dengan kebingungan.

Apa yang telah terjadi?

Seseorang menepuk pundakku. Aku melonjak kaget, karena setauku sudah tidak ada lagi yang murid yang masih tertinggal di kereta. Saat aku berbalik ke belakang, aku melihat Luna dengan majalah Quibblernya yang ia dekap, dan kacamata unik yang tengah ia pakai.

"Halo, (Name)." Sapa Luna, melambaikan tangannya yang juga tengah menggenggam tongkat.

"Eee... hai Luna." Jawabku grogi. "Kenapa belum turun kereta?"

SANITY [Harry x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang