C H A P T E R 02

797 174 24
                                    

Serphine, Bag. II
"Api yang Datang"
—Senyum terabadikan menjadi simbol perdamaian.
Dan perdamaian menjadi sang hidung panjang.
Petir datang menyambar menantang sang langit.
Hingga kayu yang lapuk berhenti dirayapi.

Keadaan sebelumnya membuat suasana makin memanas. [Name] masih memasang ekspresi tenang membuat murid Akademiya itu sedikit heran. Kenapa tidak ada tegang-tegangnya?

Di tengah hawa panas dan ramai itu, seseorang datang memecah kerumunan. Lelaki bersurai pirang dengan tumbal berjalan di sampingnya.

"Apa yang kalian lakukan?!" Teriak tumbal berjalan itu.

Kini seluruh atensi berpusat pada mereka. Melupakan [Name] yang masih dalam keadaan terkukung oleh pegangan kedua anggota Corps of Thirty.

"Aku baru saja menangkap penyihir dari desa Aaru. Kalian sendiri, kenapa ada di sini?" Jawab ketus si murid Akademiya.

Lelaki bersurai pirang itu menatap [Name] intens yang seperti hilang semangat hidup. Pandangan menatap kosong kebawah dengan penampilan yang berantakan, jadi miris, pasti miskin. P adu mora.

"P- Penyihir? Apa dia suka menculik anak-anak?!"

"Aku... lebih... tertarik.. menculik pria dengan... otot... yang bagus...," [Name] menjawab dengan nada lirih.

Sontak pegangan kedua anggota Corps of Thirty itu terlepas dan menatap [Name] penuh kengerian. Tubuh [Name] terjatuh di atas tanah, gadis itu hanya diam menatap kosong seperti orang mati.

"Eeeerrrrr apa dia masih hidup?"

Lelaki bersurai pirang dengan tumbal berjalannya saling melirik satu sama lain sebelum menghampiri [Name] yang tergeletak tak berdaya.

"Bubar bubar sana!" Usir tumbal berjalan itu agar keributan mereda.

"H- Hei... kau tak apa?" Tanyanya.

"Apa yang kalian lakukan?! Dia ini pantas dipermalukan karna perbuatan jahatnya!"

"Berisik kau, dasar jelek! Pergi sana!"

Lelaki pirang itu berusaha membantu [Name] berdiri yang anehnya sedetik kemudian pandangan gadis itu kembali hidup seperti biasanya.

"Kau ini... apa kau benar benar penyihir? Sejujurnya Paimon lebih percaya bahwa kau itu gelandangan."

"Hush, kalau bicara jangan sembarangan," Tegur lelaki pirang di sebelahnya.

"Kau gak apa apa? Kenalin, Paimon ya Paimon. Kalau ini Aether! Dompet berjalannya Paimon!"

"Mau tahu kondisiku? Perkata 500 mora ya," balas [Name] yang kembali hidup.

"Wah, kau sialan juga ya," Paimon berkecak pinggang, "Ayo kita tinggalkan saja dia Pengembara!"

Yang diajak hanya diam memperhatikan penampilan [Name] lekat sedaritadi.

"Pengembara? Hoi!"

"Ah- maaf, Paimon. Ada apa?"

"K- Kau... tidak mendengarkan perkataanku daritadi ya? Jangan bilang kau juga tidak sadar atas sikap menyebalkan gadis ini tadi?!"

- 'GENSHIN IMPACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang