𝐈𝐈 - 𝐒𝐢𝐞𝐛𝐞𝐧 𝐓𝐨𝐫𝐞

1.4K 317 66
                                    

Langkahnya yang hati-hati menapaki jalanan remang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkahnya yang hati-hati menapaki jalanan remang. Tongkat lilin berjajar di sepanjang dinding―sementara udara minim dan lembab memasuki indera penciumannya. Sejak gerbang kuno ini terbuka, ia ditinggalkan sendirian dan hanya menyisakan tas selempang kecil.

Derap langkah (Name) terhenti kala menemukan gerbang lain. Firasatnya mengatakan untuk tak maju terlebih dahulu sehingga ia memutuskan untuk membuka tas dan melihat apa saja yang diberikan orang-orang itu.

Isi tas tersebut membuatnya bertanya-tanya. Ada bom seukuran buah anggur, pistol sungguhan, bahan-bahan menjahit, stopwatch, tali, pisau lipat, botol air dan bahan-bahan lainnya. Namun yang paling menarik perhatian adalah buku saku berwarna perak.

"Mungkinkah ini panduannya?"

(Name) lantas membuka buku seukuran telapak tangan itu. Di halaman pertama ada tulisan bergaris miring berbahasa Jerman.

Hai, Sayang!
Tujuh gerbang menunggumu.
Datanglah dan pecahkan
kode tersembunyi!
Jangan berbalik atau berhenti!
Keinginanmu perintah bagiku!

"Hehehe... gerbang ke sirotol mustakim."

(Name) kembali memasukan buku tersebut ke tasnya. Sejenak menarik napas sebelum membuka gerbang bertulis angka 1. Sebuah lorong kosong yang lebih gelap memasuki retinanya.

Gadis itu berjalan masuk, sedikit tersentak saat gerbang di belakangnya tiba-tiba tertutup.

Teringat sesuatu, tangannya mengaduk tas untuk mencari lilin kecil dan pematik api. Walaupun sedikit, cahaya yang ia miliki lebih baik dari pada tak sama sekali.

(Name) terus berjalan seraya meraba dinding yang dingin, matanya terbelalak saat tak segaja menyentuh sesuatu seperti tombol yang membuat lantai di bawahnya bergerak.

Tubuhnya segera mundur ke belakang, memandang terkejut lantai yang terbelah dengan jantung berdebar-debar. Ada banyak pedang yang terhunus ke atas. Jika refleksnya terlambat sedikit saja, tubuhnya pasti sudah jatuh tertusuk benda-benda itu.

Sedikit menghela napas, manik kelamnya kembali mengamati lorong dengan mata yang waspada, "Kayaknya aku harus lebih hati-hati kalau nggak mau mati konyol."

Gadis itu kembali berjalan namun beberapa kali berhenti untuk memastikan lantai atau benda-benda di sekitarnya tidak mencurigakan. Kakinya melompat kecil saat melihat tali melintang, (Name) baru ingin menghela napas ketika suara berderit mengarah padanya membuat ia sontak menunduk sambil memegangi kepala.

Beberapa detik kemudian kepalanya mendongak, menatap ngeri bola besi dengan beberapa sisi lancip yang berjarak beberapa senti dari matanya. Dipastikan kepalanya langsung hancur kalau tadi ia tak segera menghindar.

Dengan kaku tubuhnya merangkak, mengambil kembali lilinnya yang sempat mati. Dicarinya pematik sembari melirik sekeliling karena mungkin ada jebakan yang lain.

𝐍𝐈𝐇𝐈𝐋𝐈𝐒𝐌 ☘ johan liebert ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang