SEKOLAH

6 0 0
                                    

Pengalaman yang sungguh menarik bagi setiap orang. Tapi tidak dengan Galan. Sekolah mungkin menjadi tempat yang paling Ia benci, membosankan. Bagaimana tidak Ia hanya duduk seharian di kelas, pergi ke perpustakaan lantas kembali lagi ke kelas. Pagi ini cukup bagi Galan setidaknya Dia bisa melewati gerbang tanpa hukuman. Lihat dihalaman sekolah, mereka disuruh berbaris menghadap gedung sekolah. Berbeda dengan sekolah lain, hukuman disini dengan menyuruh mereka menghafal rumus atau kosa kata bahasa asing bahkan sampai menghafal pelajaran. Tidak sia sia mereka di hukum.

Tiba dikelas seseorang mendekati Galan. Dengan rasa takut dia bertanya

"Galan .....mmmmm....kita satu kelompok." wajahnya terlihat pucat pasi, seperti menhadapi dekan saja. Dengan tatapan mata birunya Ia hanya mengangguk.

"kita belum membahasnya sama sekali, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, sedangkan kau hanya diam saja Aku..." kalimatnya terpotong.

"ini, aku sudah mengerjakannya tadi malam , kau tinggal bacakan saja di depan kelas"Galan menyerahkan beberapa lembar kertas.

" ouh ....." Anak itu langsung terdiam dan meninggalkan Galan. Wajahnya terlihat kesal tapi Ia tidak bisa memarahi seorang Galan.

" HEII .... KAU MANUSIA BUKAN!!! BISAKAN MEMBICARAKANNYA TERLEBIH DAHULU DENGAN TEMANMU. KAU TIDAK PUNYA PERASAAN HAAH..... HIDUP SEMAUNYA SENDIRI DASAR ES BATU" seseorang meneriakinya dari arah belakang.

Siapa lagi jika bukan Lenna. Remaja perempuan berambut hitam panjang dengan kunciran biru di kepalanya. Wajahnya cantik bahkan imut. Orang yang baru mengenalnya akan mengira jika Lenna adalah seorang yang hangat, kalem, bahkan pendiam. Wajahnya sama sekali tidak menggambarkan sosok Lenna yang baik hati dan lemah lembut tapi Ia di kenal dengan sebutan singa. Selalu berani dan sikapnya terlalu kasar.

" Lan....kau tahu" Lenna menghembuskan nafas kesal.

Wajahnya kini berhadapan dengan manusia es. Yang hanya di balas tatapan saja. Muka datar tanpa ekspresi.

"saat ini aku ingin membunuhmu"

Perkataan Lenna membuat seisi ruangan diam membeku. Lihat Galan bahkan Dia tidak peduli dengan kehadiran Lenna. Karena terlanjur kesal, Lenna membanting pintu kelas meninggalkan ruangan. Setelah kepergian Lenna suasana kembali seperti semula. Kejadian seperti tadi sudah menjadi santapan mereka sehaari hari. Nasib harus menerima kelas dengan dua orang yang paling di takuti di SMA Peterson.

Bel pertama berdenting. Semua murid kelas 12 IPA 1 berlarian keluar kelas. Pelajaran pertama di mulai dengan olahraga. Pakaian mereka berganti menjadi kaos olahraga.

" Lan duluan" seseorang menyapanya. Takut takut wajahnya diketahui anak itu memutuskan untuk lari. Kini tinggal Galan seorang diri di kelas. Membereskan beberapa buku lantas menyusul teman kelasnya. Lapangan seluas ratusan meter terbentang di tengah bangunan sekolah. Semua siswa berkumpul di tengah lapangan.

" HEI GALAN...... BAPAK TIDAK MAU TERPANGGANG DI TENGAH LAPANGAN. CEPATLAH SEDIKIT. KAU BISA LARI" namanya Pak Herry. Kepala botak serta perut buncit menjadi ciri khasnya. Guru paling senior diantara guru guru lainnya. Dia selalu berteriak ketika memanggil muridnya entah dekat ataupun jauh dia tidak peduli.

" bapak tidak mau berlama lama. Kita mulai dengan pemanasan terlebih dahulu. TOM BAPAK MENGANDALKANMU" yang dipanggil hanya menutup telinganya

" KAU TIDAK DENGAR TOM. SUARA BAPAK KURANG KERAS."

" PAK......BISAKAH ANDA TIDAK BERTERIAK, TELINGA SAYA MATI RASANYA" sebuah sepatu tepat mengenai kepalanya. Tom segera memimpin pemanasan takut jika sepatu kedua mengenai kepalanya lagi. Tom selalu berhasil membuat anak –anak tertawa. Lihat saja sekarang dia bergaya seperti kapal terbang membunyikan mulutnya seperti suara

KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang