HARI demi hari akhirnya aku lalui selayaknya pelajar kelas dua belas semester akhir pada umumnya, hanya saja kali ini hidupku sedikit lebih berwarna. Aku tidak lagi makan malam seorang diri, aku tidak lagi mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri, dan aku pun tak lagi harus menggedor-gedor tembok untuk menenangkan tetangga unit sebelah.
Katakanlah Aqua telah insaf dan tak memiliki niat untuk kembali bertengkar denganku. Jika dipikir-pikir aneh juga, mengapa aku harus seemosi itu kepadanya? Mengapa aku harus berlagak seperti orang yang membencinya? Mengapa aku harus menjauhinya?
Padahal yang Aqua lakukan kepadaku bukanlah hal buruk yang dengan sengaja ia lakukan. Bisa saja ia tidak tahu jikalau apartemen ini tidak memiliki perlindungan suara yang bagus sehingga ia tak kepikiran bahwa tindakannya memalu paku di tembok saat malam hari akan mengganggu orang lain, begitu pula dengan suara musik yang entah apa dan sangat memekakkan telinga. Untuk perkara tendangan bola, justru itu murni karena kecelakaan, bukanlah tindakan sengaja. Bahkan gara-gara itu pula aku jadinya bisa menikmati daging sapi yang rasanya sangat nikmat dan belum pernah kucicipi sebelumnya.
Kemudian ia yang selalu memberikanku Yakult serta catatan-catatan kecilnya. Sangat niat sekali untuk melakukan permintaan maaf dengan cara semacam itu, sehingga kini aku menyadari bahwa Aqua adalah lelaki yang terlampau baik dan juga polos. Sudah tahu tak mengerti, tapi tak mau bertanya. Sudah tahu tidak bisa, tapi malah pasrah saja.
Setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya malah aku yang keterlaluan, aku tidak menghargai usahanya untuk berteman denganku selama ini. Namun, jujur saja, kini aku mulai nyaman dengan kehadirannya di sisiku. Aku bahkan sampai membatin, "Bagaimana jadinya bila tak ada Aqua?" Mungkin kehidupanku sangatlah monoton, begitu-begitu saja.
"Woy, melamun mulu lo!" ucap Aqua.
"Siapa juga yang melamun!"
"Cih, jelas-jelas dia yang melamun. Btw, lo bosen gak sih makan dengan lauk sesuai selera gue?"
"Biasa aja, malah gue keenakan. Hahaha, canda. Tapi lo jangan kayak gini sama banyak orang ya, Aqua. Nanti malah lo dimanfaatin orang."
"Gak sama sembarang orang juga kali. Lo doang. Tapi serius deh, biasanya lo makan pake apa?"
"Hmmm ... ya gue sih makan pake piring lah!"
"Ya elah, kalau gue ya pake nasi!"
"Sialan! Terus menurut lo yang ada di bumi ini duluan telur atau ayam?"
"Kalau dari logika gue sih ayam, gimana ceritanya telur bisa ada kalau induknya gak ada?"
"Eiyy~ Tapi, gimana ayam itu bisa ada kalau bukan dari telur duluan?"
"Ih tau, ah. Pusing gue, Kana."
Dan, kami pun akhirnya tertawa bersama. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Aqua pamit pulang ke unitnya. Ia bilang kalau harus workout dulu sebelum tidur, kalau enggak badannya bakal sakit dan kaku.
Selepas kepergian Aqua, aku pun mencuci muka, menggosok gigi, dan berganti pakaian menjadi piama. Kemudian aku menarik selimutku sembari merebahkan tubuh ke kasur.
"Setelah diingat-ingat, gue tuh goblok banget, ya? Bikin malu aja, terutama perkara uang saku yang hilang pas hari pertama Aqua masuk sekolah. Gue udah nuduh-nuduh dia, tahunya malah ketinggalan di sudut meja pantri dan lupa gue masukin ke dompet karena banyak uang receh kembalian dari minimarket, hahahaha. Tolol banget."
♡♡♡
Aku yang biasa pulang dan pergi ke sekolah naik kereta, akhirnya kini malah sering menumpang dengan mobil yang dikendarai oleh asisten ibunya Aqua, tentu saja bersama Aquanya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You | AquaKana (Oshi No Ko)
Fanfic[Completed] Ada yang bilang untuk jangan terlalu membenci orang lain, nanti malah suka. Kalau sudah suka, mau gak mau harus jujur, 'kan? Tetapi, Kana jadi panik saat mendengar jawaban ... "Iya, gue juga suka sama lo."