Prolog

46 2 0
                                    


Tap

Tap

Tap

Terlihat seorang gadis yang sedang menuruni tangga. Dia berjalan melewati dua orang yang duduk diruang tamu yang sedang menonton acara televisi dengan muka datar.

"Mau kemana kamu?" Tanya salah satu orang yang sedang duduk disofa, menghentikan gadis itu. Dia adalah ayah sang gadis, Aranta Dimas Xander namanya.

"Pergi" jawab singkat gadis itu, dan melanjutkan jalannya.

"Malam-malam seperti ini? Dengan baju kamu yang seperti itu?" Kata Aran lagi dengan mata yang menilai pakaian putrinya.

"Yah jangan lebay deh, malam apaan masih jam 9 juga. Dan lagi pakaian aku kan emang gini" jawab gadis itu sambil berbalik melihat lawan bicaranya, memutar bola mata malas.

"Lebay kata kamu? Lebay apanya hah, liat penampilan kamu sekarang. Apa pantes seorang gadis jam segini keluar dengan pakaian seperti itu?" Kata sang ayah murka. Wanita disampingnya hanya bisa mengelus tangan suaminya tanpa mengatakan satu patah katapun. Gendis Auna Xander.

Bagaimana tidak yang dipakai sang gadis, crop top yang berwarna hitam tanpa tali. Rok hitam yang sangat pendek, dan rambut yang digulung dengan rapi menampilkan leher jenjangnya. Alis Laura Xander si sulung keluarga Xander, gadis berandal yang tidak tau aturan dan suka melanggar aturan orang tuanya.

Malas menanggapi, Alis melanjutkan jalannya yang tertunda. Hal itu malah semakin membuat Aran murka.

"Kamu gak punya sopan santun ya Alis sama orang tua!! Kamu liat adik kamu, dia gak kayak kamu berandalan. Dia bisa membanggakan orang tua. Yang kamu lakukan malah seperti ini!!" Teriak Aran murka, dengan mata melotot.

Mendengar hal tersebut seketika Alis menghentikan jalannya dan langsung berbalik dengan wajah marahnya. Dia tatap mata sang ayah dengan menantang tanpa ada ketakutan sama sekali.

"Ayah bisa stop gak sih banding bandingin aku sama anak ayah itu hah, aku capek dibandingin. Kenapa selalu Alisya sih yah yang selalu ayah banggain" hardik Alis dengan mata berkaca-kaca.

Mendengar kegaduhan yang berasal dari ruang tamu. Seorang gadis turun hendak menghampiri suara bising itu. Baru sampai pada undakan terakhir tangga tatapannya bertemu dengan mata Alis yang sudah berkaca-kaca. Alisya Lunaya Xander, orang yang dibicarakan oleh kedua orang diruang tamu yang sedang bersitegang itu.

Alisya beralih menatap sang ayah yang masih menatap tajam alis itu dengan wajah bingung.

"Kenapa selalu dia sih yah. Apasih bedanya aku sama dia sampai ayah selau membanding-bandingkan aku sama dia" tanya Alis sambil menunjuk Alisya dengan penuh amarah.

Alisya tersentak kaget mendengar hal tersebut.

"Alisya bisa membanggakan ayah, kamu kapan? Kamu pernah membanggakan ayah? yang ada kamu cuma bisa bikin ayah malu dengan kelakuan kamu itu" ucap Aran tanpa sadar telah melukai hati sang anak.

"Ayah" Sentak Alisya mendengar itu. Dia berjalan untuk mendekati sang ayah. "Ayah gak boleh ngomong gitu, kak Alis anak ayah. Ayah gak boleh ngomong kasar kayak gitu" lanjutnya saat sudah sampai di samping Aran. Matanya melihat kearah sang kakak.

Sejenak mata mereka bertukar pandang dengan perasaan yang bercampur aduk.Karena sudah tidak tahan dengan sesak yang ada dihatinya ini, Alis memutuskan pergi dan masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi begitu saja dikediaman Xander itu.

Setelah kepergian Alis terasa hening sesaat.

"Ayah tolong jaga ucapannya sama kak Alis, bunda juga kenapa malah diem aja saat ayah marahin kak Alis.Aku pergi ke kamar" ucap Alisya setelahnya langsung menuju ke atas tepatnya ke kamarnya.

Diruang tamu kembali hening setelah Alisya pergi, Gendis membawa sang suami untuk duduk disofa dan menenangkan Aran yang diam membisu dengan nafas yang naik turun masih dalam keadaan emosi.

                         *********

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang