Prolog

4.3K 264 4
                                    

Menatap ijazah SMA yang ada di pangkuanku. Menghelakan napas pasrah. Bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari tempat ku bekerja sebelumnya dengan ijazahku yang hanya sebatas ini. Di kota yang besar seperti Jakarta, sangat susah mendapatkan penghasil yang besar. Apa lagi aku harus bersaing dengan mereka yang memiliki sekolah lebih tinggi dari pada aku.

Kuhela napas panjang. Udara yang terik dan begitu menyengat. Keringat sudah bercucuran di keningku. Ini sudah toko ke berapa yang ku masuki. Semua menolak karena tidak memiliki lowongan kerja yang kosong.

Berjalan tak menentu seperti ini sangat melelahkan. Mau di apa, ini harus kulakukan. Hidup sendirian di kota besar bukanlah hal yang mudah. Kadang dulu aku sering berkhayal, aku di pungut oleh keluarga kaya dan membuatku hidup bergelimang harta. Yah... itu hanyalah sebuah impian seorang anak yatim piatu seperti aku. Tapi, pada kenyataannya aku dengan susah payah membanting tulang untuk dapat menghidupi kebutuhanku sendiri.

Haus mendera, aku mampir di sebuah warung kecil yang menyediakan berbagai minuman dingin.

"Bu, air mineralnya satu." Pintaku pada pemilik warung.

"Ini neng..." ucapnya menyodorkan botol air mineral dingin padaku. "Mau kemana neng? Bawa-bawa map..." tanyanya. Aku menatap map yang ada di tangan kiriku. Tersenyum kecut dengan usahaku yang melelahkan ini.

"Cari pekerjaan, Bu." Jawabku sambil menyodorkan uang untuk membayar minumanku.

"Sudah dapat?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengeleng pelan. "Sudah coba melamar di depan situ," ucapnya menunjuk ke arah belakangku. Aku mengikuti arah telunjuknya. "Itu TK Junior, Ibu dengar-dengar sedang mencari guru pengganti."

"Terima kasih, Bu." Ucapku padanya, dia menanggapi dengan anggukan dan aku pun bergegas menuju TK tersebut. Mudahan kali ini aku bisa mendapatkan pekerjaan untuk sementara waktu.

***

Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang