Part 1. Profesi baru

3.7K 278 16
                                    

Kulangkahkan kaki menuju sebuah sekolah, di mana aku akan mengajar sebagai Guru baru di sana. Kuharap hari pertama mengajar berjalan dengan lancar. Pikirku ini tidak akan mudah, harus menghadapi anak usia empat tahun pasti sangatlah susah. Mereka belum sepenuhnya berpikir dengan baik, yang mereka inginkan selalu bermain.

Tok tok tok

Suara seseorang yang menyuruh masuk dari dalam membuatku berani membuka pintu yang ada di hadapanku.

"Selamat Pagi," sapaku pada wanita yang berumur pertengahan tiga puluh tahun, yang duduk di belakang meja kerja dalam ruangan ini.

"Selamat Pagi, silahkan duduk."

Aku duduk dikursi depan meja kerjanya. Ya, aku sekarang sedang berada di ruangan ketua yayasan sekolah ini. Sekolah yang akan menjadi tempat aku menghajar.

"Saya Rara Pratiwi.." ucapku menyodorkan tangan padanya. Dia menyambut dengan ramah jabatan tanganku.

"Nitha Lia. Ohh... anda yang melamar untuk menjadi guru pengganti di sekolah ini yaa. Selamat bergabung di sini."

"Terima kasih, Bu Nitha."

Setelah beberapa menit kami mengobrol, inilah saatnya aku untuk membimbing dan mengajar bocah-bocah kecil di kelas TK B.

"Selamat Pagi Anak-anak..." sapaku pada mereka yang kini ada di meja mereka masing-masing. Mereka membalas sapaanku dengan tak kalah ceria. Huhh, awal yang menyenangkan bisa diterima oleh anak-anak ini.

"Perkenalkan saya Guru baru kalian, panggil saya Bu Rara." Ujarku mengenalkan diri pada mereka. Anak-anak yang berada di hadapanku bersorak gembira mendengarnya, membuat senyumku semakin merekah melihat tingkah mereka. Tapi ketika aku menatap ke arah pojok belakang, kulihat di sana seorang anak yang hanya menatapku dalam diam, tidak seheboh anak lainnya. Dia tampak murung, ketika pandangan kami bertemu. Dia menyunggingkan senyum tipis yang sangat manis, tapi kok aku merasa senyumnya itu penuh arti dan mengerikan...

"Baik anak-anak... mmh, Ibu mau nanya siapa yang di sini jago ngegambar?" Tanyaku untuk memulai aktivitas mengajar. Suasana terasa canggung, mungkin karena ini kali pertama aku jadi pengajar.

"Brandon, Bu..." teriak mereka bersama-sama.

"Mmh, yang jago bernyanyi?" Tanyaku lagi.

"Brandon, Bu..." teriak mereka lagi. Aku mengernyitkan keningku.

"Yang mana namanya Brandon?" Tanyaku bingung.

"Tuhh..." ucap mereka serentak menunjuk. Aku mengikuti arah tunjukan mereka. Yang di tunjuk seolah tidak mengetahui, dia malah asik sendiri dengan buku gambarnya. Anak tadi. Ada apa dengan anak yang bernama Brandon itu? Dia sangat berbeda dengan anak lainnya. Aku berjalan mendekatinya, kulihat dia sedang menggambar sesuatu.

"Bagus sekali, Brandon. Siapa mereka?" Tanyaku yang melihat gambaranya yang menampilkan sosok seorang pria bertuliskan 'Papa' di atasnya, yang sedang bergandeng tangan dengan seorang anak laki-laki di atas terdapat namanya sendiri dan di sebelahnya tampak sosok seorang wanita yang tertulis kata 'Mama'. Aku mengernyit heran ketika melihat sosok Mamanya.

"Kenapa gambar Mama Brandon ngk ada wajahnya?" Tanyaku berjongkok di sebelahnya untuk menyamakan posisi kami.

"Aku nggak pernah lihat wajah Mama. Mmh... Jadi aku nggak tahu wajahnya...." ujarnya menatap kosong ke gambar. Aku terenyuh dan merasa bersalah telah menanyakan hal tersebut. Dia menoleh lalu tersenyum devil padaku.

"Ibu mau nggak jadi Mamaku?" Tanyanya menatapku dengan wajah innocent. Aku menatapnya bingung. Apa yang harus ku jawab?

"Bu, mau ya..." ucapnya menggoyang-goyangkan lenganku, membuat aku semakin bingung menjawabnya.

Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang