Chapter 4

602 35 4
                                    

Nami P.O.V.


Aku terbangun karena alarm di HP-ku berbunyi. 'Emmm udah jam setengah 5','tapi knapa gelap?' Aku segera mengambil kacamataku lalu memakainya. Saat aku menyalakan lampu lalu tak sengaja melewati cermin, betapa terkejutnya aku karena masih memakai seragam kemarin serta rambut yang acak-acakan. 'Aduh kebo banget tidur ampir 12 jam masa? gak ada yang bangunin pula! Ah kzl kzl kzl!'


Aku melepas kacamataku lalu menuju kamar mandi untuk siap-siap pergi ke sekolah, lalu segera memakai seragam baru dari lemari. 'Gak mungkin pake yang tadi kan? Baunya mengerikan!'


Aku segera menuju dapur, tak lupa memakai kacamataku yang tadi kutinggalkan sebelum mandi. Aku langsung membuat sarapan untukku, adikku serta ayahku.


Selesai membuat sarapan, dua umat lain yang tinggal di rumah ini ─ ayahku dan adikku ─ segera menyambar sarapan mereka. Mengingat kejadian tadi aku langsung bertanya,


"Kenapa kemarin gak ada yang ngebangunin?!?" Tanyaku sambil cemberut.


"Kan ayah selalu pulang malem nak, pas kemaren nanya adekmu katanya kamu sudah tidur jadi ayah gak mau ganggu." jawab ayahku.


Aku segera mengalihkan pandanganku pada makhluk kampret di sebelah ayah. Ia hanya tersenyum cengengesan. Tanpa ditanya dia langsung menjawab.


"Kakak tidurnya damai banget sih trus lagi bikin pulau pula, duh kagak nahan hahah aku gak tega sumpah hahah."


"Dasar bocah tengiiiiiiiillllllllll!"


Aku segera bangkit dan mengepalkan kedua tangan, efek kobaran api mulai muncul dibelakangku lalu aku segera menghampiri si kampret.


Terjadilah keributan dipagi hari...


***


Selesai sarapan aku segera berangkat lalu mencium tangan ayah dan mengucakan salam. Tak lupa mengambil HP dan earphoneku. Kupasang earphone ditelingaku dan memutar lagu kesukaanku, lalu aku mulai berjalan.

Aku tak berangkat sekolah bersama si kampret karena untungnya arah sekolah kami berbeda. Oh ya dia baru kelas 1 smp, aku takkan menyebutkan dimana sekolahnya karena tak terlalu penting.


Aku pergi ke sekolah biasanya naik angkutan umum, namun terkadang berjalan kaki karena jaraknya tak terlalu jauh. Yahhh lumayan olah raga, walaupun alasan utamanya karena kehabisan uang atau sedang berhemat.

Sekarang aku sedang berhemat untuk membeli mouse baru, karena mouse ku keadaannya sudah sangat mengkhawatirkan. Jadi hari ini kuputuskan untuk berjalan kaki.


Saat aku sedang berjalan menuju gerbang, aku melihat motor dengan plat nomor yang tak asing. Aku yakin itu motor milik Luthfi. 'Tapi kok ngebonceng cewek? Nemplok pula?!?' gumamku. 'Jangan-jangan?'


Lalu kudengar teman-teman Luthfi berteriak "Cie cie penganten baru.","PJ oy PJ!","Njir bikin panas yang jones, sialan!" mereka berdua ─ Luthfi dan Pacarnya ─ hanya tersenyum. Mereka terlihat bahagia dan sangat serasi.


Hanya dengan melihatnya, sudah membuat jantungku seakan remuk. Aku segera berjalan menuju kelas dengan perasaan yang sudah terkoyak, mengabaikan semua teriakan yang ditujukan pada pasangan baru itu.


Saat aku tiba di kelas, aku segera duduk di bangku ku. Bangku paling belakang yang disisi kanannya terdapat tembok yang biasa ku gunakan untuk bersandar jika sedang mengantuk saat mengikuti pelajaran.


Aku mengingat kejadian tadi dan dada ini terasa sesak. Jujur aku kecewa. Tapi apa hak ku? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya seorang stalker. Aku hanya bisa memandang dari kejauhan, hanya bisa mengagumi, hanya bisa bersembunyi saat ia mendekat, hanya bisa tersenyum dan mengusap pelan pipinya dalam mimpi.


Apa kau tau betapa sakitnya memiliki perasaan seperti ini? Kau pasti berfikir aku bodoh, bukan? Karena tak mau mendekatinya.


Itu semua karena aku sadar posisiku. Ia bintang terang diatas sana sementara aku hanya rumput liar yang hanya bisa memandangnya dari bumi.


Jarak kita terlalu jauh...


Terlalu sulit digapai olehku...


Terlalu terang bagiku...


Terlalu indah untukku...


Tanpa kusadari cairan bening mulai meluncur dari mataku. Meluncur dengan derasnya menuruni pipiku. Aku segera bersandar pada dinding disebelah kananku. Kutundukkan kepalaku dan kututup wajahku dengan kedua tanganku.


Yah mungkin menangis sedikit tak masalah...


Aku sudah lelah selama 1 tahun ini...


Aku harus segera mengakhirinya...




Kasian si Nami uhuhuhu T.T

Kritik dan saran selalu diterima, vote juga boleh :v

Yahhh semoga masih ada yang mau baca cerita ini :'v

Makasih yang udah nyempetin baca ^^

One Sided Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang