Prologue

3.4K 207 41
                                    

Hallo, assalamu'alaikum semuanya, kalian apa kabar?

Ini cerita baru aku, semoga suka ya!

⚠️Warning⚠️
Hati-hati typo bertebaran.

🦋Happy reading semua🦋

***

Pagi hari ini di sebuah Rumah yang lumayan sederhana, terdapat keluarga yang bahagia. Mereka sedang sarapan pagi bersama, keluarga itu terdiri dari Bapak, Ibu, dan kedua anaknya.

"Nazeera habis ini kan lulus mau lanjut kuliah apa gimana?" ujar seorang laki-laki yang bertanya kepada Adik perempuannya.

"Zeera sih pengen ngerasain mondok kaya Abang deh, kayanya enak gitu," balas sang Adik yang bernama Nazeera.

"Berarti mau mondok aja atau gimana ini?"

"Di Pesantrennya Abang ada Kuliahnya juga gak? Tapi mondok aja Bi."

"Ada, tapi jurusannya terjangkau." sahut Abang dari Nazeera tersebut.

"Bagus, Abi setuju sama kamu! Nanti kamu masuk ke Pesantren yang sama seperti Abangmu saja, biar dia bisa menjagamu," sahut sang Abi yang sedaritadi menyimak percakapan kedua anaknya.

"Umi setuju sama Abangmu, Umi takut kalau kamu jauh dari kita."

"Iya, Umi."

Mereka adalah keluarga Bapak Yusuf Adinata dan Ibu Dewi Ayuni, mereka memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Anak pertamanya laki-laki bernama Arzan Malik Adinata, berumur 20 tahun, ia melanjutkan studynya di Pesantren.

Nazeera Senja Ayunidya merupakan anak kedua mereka, gadis itu masih berumur l8 tahun, ia menginjak kelas 3 SMA. Namun, gadis itu mempunyai keinginan untuk masuk ke Pesantren seperti Abangnya. Oleh karena itu, setelah lulus SMA ia akan dimasukan ke Pesantren.

***

"Abi, Umi!" panggil seorang gadis sembari turun dari tangga Rumahnya.

"Kenapa Zeera? Jangan teriak-teriak, kami ada di Ruang keluarga," sahut Umi dari gadis tersebut.

"Kenapa teriak-teriak?" tanya Abi Yusuf yang merupakan Abi dari gadis itu.

"Hehe, Afwan. Oh ya, Abang jadi pulang lagi kesini gak?" tanya gadis yang bernama Nazeera itu.

"Abang tadi habis nelpon kita, katanya gabisa datang kesini, dikarenakan Kyainya meninggal dunia."

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, sakit apa Abi?"

"Abi juga gak tahu, Abang cuman bilang kalau Kyainya meninggal, gak ngasih tahu penyebabnya."

"Ya Allah, semoga husnul khotimah."

"Abang gak jadi ikut acaranya dong?"

"Mau gimana lagi, takdir gak ada yang tahu." ujar Abi Yusuf sembari menghela nafasnya pelan.

***

Kondisi Pesantren Ar-Rasyid sekarang sedang berduka, setelah meninggalnya Kyai Abdul yang merupakan pemilik Pesantren Ar-Rasyid.

Banyak orang berdatangan untuk melayat dan bertakziah ke Rumah beliau. Dimulai dari santri, alumni santri, ataupun kerabat-kerabat terdekatnya.

"Gak nyangka banget kalau Abi Abdul meninggal dengan cepat," ujar salah satu orang yang berada di sana.

"Bener, padahal dia masih sempat hadir di acara Imtihan."

"Kasihan sama Gus Nizar, dia baru aja dateng semalem, udah ditinggal sama Abinya."

"Berarti Abi Abdul dari kemarin udah nungguin anaknya."

"Heh, sudah-sudah tidak baik membicarakan orang yang sudah tidak ada," sahut salah satu orang yang berada di sana membuat mereka diam.

Sedangkan orang yang mereka bicarain, yaitu Gus Nizar sedang berada di belakang mereka. Gus Nizar sangat terpuruk mendengar kondisi Abinya yang semalam sempat drop.

Ia langsung kembali ke Pesantren dan meninggalkan pekerjaannya yang berada di luar Kota saat mendengar kabar sang Abi drop. Namun, Allah lebih sayang kepada Uminya sampai-sampai pagi hari tadi, setelah sholat subuh Abi Abdul telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

"Abi orang baik, insyaAllah Nizar ikhlas kalau Abi pergi sekarang," gumam Gus Nizar dengan tatapan kosongnya.

"Gus Nizar yang sabar ya, Abi orang baik, dan orang baik akan pergi terlebih dahulu," ujar seseorang sembari mengusap punggung Gus Nizar.

"Syukron, Arzan. Karena, kabar dari kamu, saya bisa berada di detik-detik akhir Abi saya," Gus Nizar menatap laki-laki di sampingnya ini.

Laki-laki yang bernama Arzan itu pun tersenyum tipis lalu menganggukan kepala, berkat dia Gus Nizar bisa berada di samping Umi Rahmah saat detik-detik akhirnya.

"Na'am, Gus. Itu sudah kewajiban saya untuk menghubungi Gus Nizar."

"Afwan juga, kamu tidak jadi pulang untuk menemui keluarga kamu," Arzan memang sempat ijin kepada Gus Nizar bahwa ingin menghadiri acara keluarganya, namun ia tidak jadi hadir dikarenakan kondisi saat ini yang tidak memungkinkan.

"Tidak apa-apa, Gus. Saya sudah berbicara kepada Abi saya, insyaAllah keluarga saya bisa memakluminya."

"Salam kepada keluarga kamu," ujar Gus Nizhar lalu pergi dengan tatapan kosongnya.

Meskipun ia sangat terpukul karena kepergian Abinya. Namun, ada yang lebih terpukul karena ditinggal oleh belahan hidupnya, yaitu Umi Maryam, istri dari Kyai Abdul dan merupakan Umi dari Gus Nizhar.

Ditinggal orang yang sangat kita cintai memang sesakit itu, apalagi ditinggal selamanya oleh orang yang telah melahirkan dan membesarkan kita sejak kecil. Gus Nizar sangat merasa kehilangan cahaya hidup baginya, cahaya itu telah hilang dan kini tinggallah kenangan saja.

***

🦋To be continued🦋

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknyaaa!

Jazakumullah khairan khatsiran semuanya.

Nazeera Destiny With Gus NizarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang