03. Calon Istri

1.1K 137 27
                                    

Hallo, selamat malam semuanya.

Maaf banget aku baru bisa update sekarang, karena aku masih sibuk di kegiatan Sekolah.

Jadi maaf banget udah buat kalian nunggu.

⚠️Warning⚠️
Hati-hati typo bertebaran.

🦋Happy reading🦋

***

Pagi harinya di kediaman Ndalem, Umi Maryam sedang duduk di Ruang keluarga bersama anaknya, yaitu Gus Nizar. Dia sangat merindukan sosok anaknya ini, terlebih lagi sejak Abinya meninggal dunia Gus Nizar jarang kembali ke Rumah.

"Kamu mau ke Surabaya lagi?" tanya Umi Maryam kepada putra tunggalnya itu.

"Na'am, Umi. Tapi dua hari lagi," jawab Gus Nizar.

"Terus yang ngurus Pesantren siapa? Kalau kamu ke Surabaya mulu."

Gus Nizar menghela nafas pelan, sejujurnya saja dia juga ingin di sini, namun pekerjaannya yang berada di Surabaya tidak bisa ditinggal, "nanti Nizar minta tolong sama Arzan buat ngehandle Pesantren," jawab Gus Nizar.

"Kamu pikir ini Perusahaan yang bisa dihandle-handle orang lain?" kesal Umi Maryam kepada putranya ini.

"Umi begini ini bukan ngelarang kamu ke sana, tapi anak Umi cuman satu, yaitu kamu."

"Kalau Umi gak minta tolong sama kamu, Umi minta tolong ke siapa lagi?" tanya Umi Maryam kepada putranya.

"Nizar janji ini terakhir kalinya Nizar kesana."

"Umi sebenernya gapapa kalau kamu mau ke Surabaya, Jakarta, atau kemana. Tapi, ingat sama yang di Rumah, Umi sendirian di sini," ujar Umi Maryam yang sangat gemas kepada anaknya, dikarenakan sudah jarang pulang.

"Kan banyak santri yang di sini, nemenin Umi," ujar Gus Nizar membuat Umi Maryam kesal, ia tidak paham aja apa yang Umi Maryam inginkan.

"Tapi tetep aja Umi sendirian."

"Terus Umi mau apa?"

"Umi mau kamu cepet nikah, biar Umi gak sendirian lagi di sini, kan kalau kamu punya istri dan anak, Umi gak bakalan sendirian lagi," ujar Umi Maryam membuat Gus Nizar bingung, mengapa Uminya membahas istri?

"Umiku sayang, Nizar masih belum nemu yang cocok sama Nizar."

"Itu Mbak Santri banyak, nyapo kowe gak ndelok-ndelok sek?"

"Mboten, Umi. Kan Umi sendiri yang bilang, jangan suka memandang orang yang bukan muhrim, nanti jadi zina."

"Ya kamu lama banget nyarinya, udah umur 23 juga," kesal Umi Maryam.

"Iya-iya, nanti Nizar cari," pasrah Gus Nizar.

"Jangan nanti-nanti mulu, kalau perlu sekarang bawa kesini!".

"Na'am, Umi. Sabar ya, Nizar masih cari istri dan menantu yang baik buat Umi," ujar Gus Nizar yang langsung mencium pipi Uminya.

***

Kini Gus Nizar berada di sebuah Tempat yang masih di Sekitar Pesantren, jujur dirinya masih memikirkan perkataan sang Umi. Namun, disisi lain dia masih tidak atau belum menemukan wanita idamannya.

Dia ditemani oleh Arzan, ia juga ingin meminta sedikit pendapat mengenai yang Uminya katakan tadi. Gus Nizar ingin mengetahui apa pendapat dari Arzan, jika ia disuruh mencari pasangan hidup oleh sang Umi.

Nazeera Destiny With Gus NizarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang