❍ 𝟬𝟯𝟭𝟱

591 90 4
                                    

🖇·˚ ༘ ┊͙ℋ𝒶𝓁𝓅𝓎 ℛℯ𝒶𝒹𝒾𝓃ℊ ˊˎ

Hari masih pagi. Namun pagi itu (Name) kelabakan mencari partitur piano miliknya. Ia panik, sangat panik. Karena partitur itu sangat berharga baginya.

Dari bangun tidur sampai tiba di sekolah, ia tiada hentinya mengecek tiap sudut tempat yang ia lewati untuk mencari lembaran kertas yang berisi not piano.

"Oh tuhaann, bagaimana inii..."

(Name) tak tahu harus bagaimana. Kertas itu benar-benar hilang sekarang. Bagaimana nasibnya nanti saat latihan?

Benar-benar sial!

Ia kemudian pergilah ke ruang kelasnya ketika melihat jam tangannya yang sebentar lagi akan menunjukkan jam pertama.

Dengan wajahnya yang kusut, (Name) memasuki ruang kelasnya. Wajahnya bagi orang-orang masih terlihat sama. Yaitu datar dan dingin. Dan kekesalannya itu tak membuat siapapun menoleh padanya.

Karena mereka takut dengan tatapan datar tapi mematikan dari seorang (Name).

"Siapapun yang menemukannya, aku sumpahi hidupnya always happy," ucapnya dengan pelan.

Dengan perasaan yang dipenuhi oleh kegundahan, ia mengikuti jam pelajaran hingga jam istirahat pertama. Cukup lelah, mengingat pikirannya yang tengah dilanda rasa kehilangan.

Kini ia berjalan gontai menuju perpustakaan. Tiap-tiap langkahnya tak memancarkan aura semangat sedikitpun.

Mulai dari detik ini, ia harus mengumpulkan semangat untuk berbicara kepada sang pelatih jika partitur miliknya hilang.

Mungkin hanya akan dimarahi. Tapi baginya, satu kemarahan sang pelatih sama dengan satu kepercayaan hilang padanya. Ia takut jika dalam event-event besar, ia tidak ikut berpartisipasi.

"Huaaaa kak Kenyuu" (Name) langsung menyambar tubuh sang kakak ketika tahu keberadaannya tengah berada perpustakaan.

Gadis itu memeluk sang kakak. Menumpahkan segala emosinya yang tak terbendung lagi dalam pelukan itu.

"Utututu adeknya aku nangis. Kenapa, hmm??" Yukimiya bertanya sembari mengelus-elus punggung sang adik agar tenang.

"Partitur punya (Name) hilaangg." Gaya bicaranya seperti anak kecil yang menangis. 

"Astaga... Kok iso dek?"

"Gak tauu, pas tadi pagi (Name) cek di tas, udah hilang itu partiturnya. Huaaa!" Tangisnya semakin menjadi-jadi dan membuat sang kakak kebingungan menenangkan adiknya.

"Udah-udah. Kamunya yang nyimpen dimana aja. Lain kali simpen lagi yang apik, biar gak ilang."

"Kalau udah hilang kan repot."

Yukimiya menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut, ia juga membelainya beberapa kali agar tangis sang adik mereda.

Meskipun begitu, (Name) semakin menjadi di dalam tangisnya. Gadis itu mulai berbicara yang tak jelas perihal hal-hal negatif yang akan terjadi nanti di tempat les.

Mulai dari gurunya yang marah, lalu tidak mengajarnya, bahkan mendiamkannya selama berminggu-minggu karena ia menghilangkan partitur miliknya.

Menyesal sudah karena kemarin ia tak memeriksa barang bawaannya terlebih dahulu.

𝐌𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 : 𝐌. 𝐑𝐞𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang