Bagian Empat: Batu

638 94 31
                                    

Sunyi dan dingin. Mungkin itu dua kata yang cocok menggambarkan ruang kelas 3-2 malam ini. Lampu ruangan dimatikan, hanya cahaya bulan yang menerangi seisi kelas. Tidak ada yang bersuara sejak mereka masuk. Ketukan gugup kaki Ilha ke lantai telah berhenti semenit yang lalu.

Yang pasti, perasaan mereka kini campur aduk. Takut, setelah mengetahui jika bola yang selama ini berada di langit dekat dengan mereka ternyata berbahaya. Terkejut, karena kematian yang tidak mereka duga. Dan marah, karena tidak ada yang memberitahu mereka terlebih dahulu.

Jia menundukkan kepalanya, menatap kosong telapak tangannya yang gemetaran. Jejak-jejak tanah masih tersisa mengotori tangannya. Bukti jika semua ini nyata. Saat mahluk mengerikan itu mengejarnya dan hampir membunuhnya. Bukti jika seseorang baru saja dimakan oleh mahluk asing itu. Rasa bersalah merayapi hati Jia.

Apakah kematiannya adalah salah Jia? Ataukah itu salah Ilha yang memulai pertengkaran dengan Younghoon? Atau semua ini salah Letnan Lee yang memberikan mereka hukuman hingga harus keluar dari gedung sekolah?

Sebenarnya ntuk apa mereka diberi pelatihan seperti ini? Apa pihak militer sudah mengetahui fakta ini dan berniat menjadikan mereka tumbal untuk menyelamatkan dunia?

Mereka tidak seharusnya berada di taman saat itu terjadi.

Tidak,

Mereka tidak seharusnya berada di sekolah sejak awal.

Ini sudah malam.

Mereka seharusnya berada di rumah. Atau mungkin masih mengikuti kelas malam bimbingan belajar untuk menghadapi CSAT. Kini, Jia berpikir untuk pulang.

Dia ingin pulang.

—————

15 menit sebelumnya...

"Teman-teman, apa itu?" tanya Chiyeol yang berjalan mundur perlahan.

Salah satu bola baru saja jatuh tepat di depan mereka. Selama ini mereka hanya melihat bola-bola itu dari jauh. Tidak pernah berpikir akan bisa melihatnya dengan jarak sedekat ini. Jia selalu mengira jika akan sangat menakjubkan bisa melihatnya dari dekat. Tapi tidak. Bagian luar bola itu tampak seperti dilapisi kulit yang berlendir.

Menjijikan, pikir Jia.

"Itu bola. Wah, aku belum pernah melihatnya tepat di depan mataku." Ilha tampak takjub, mendekati bola itu tanpa rasa takut. Dia mengamati dengan seksama bagaimana cahaya keunguan yang indah menguar dari bagian dalam bola. Dia ingin melihatnya lebih dekat lagi tapi Jia segera mencegahnya dengan menahan tangan Ilha.

"Kamu sudah gila? Itu bisa jadi berbahaya."

Jia merasa ada yang tidak benar di sini. Selama ini baru ada satu bola yang jatuh, beberapa minggu yang lalu dan itu pertama kali terjadi di Korea. Belum ada informasi lain yang mengatakan apakah bola itu aman bahkan untuk sekedar berada di dekat bola. Mereka harus tetap waspada.

"Kamu takut ya?" tanya Ilha meremehkan. Dia menyeringai licik sambil melihat bola itu sekali lagi, "Kalau saja aku bisa mengunggah ini, pengikutku pasti akan meroket."

Younghoon menyadari jika kalimat itu adalah sindiran untuknya. Sindiran setelah ia melaporkan Ilha pada Letnan Lee karena membawa ponsel, yang membuat mereka berdua dihukum bersama. Tapi Younghoon tidak merasa itu salahnya.

Peraturan mengatakan jika tidak ada yang boleh menggunakan ponsel mereka selama program ini berjalan, dan Ilha langsung melanggarnya di hari pertama.

"Daripada itu, lebih baik kamu mengunggah videomu saat merundung orang lain," balas Younghoon, "Dasar sampah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fall From The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang