[Karakter Lee Jihoon dan Kwon Soonyoung merupakan identitas milik Woozi dan Hoshi Seventeen.
Saya hanya meminjam karakter mereka untuk dituangkan dalam sebuah cerita romansa singkat dalam genre fiksi penggemar.
Tolong tidak meninggalkan komentar negatif.]Dalam membaca cerita ini disarankan untuk memutar lagu Paris dari The Chainsmokers.
-Paris-
Tulisan ini ditulis sebagian besar dari perspektif seorang Lee Jihoon.
Paris, 2023.
Seorang Lee Jihoon seumur hidup selalu memikirkan cara untuk melarikan diri dari dunia yang kejam--untuk berjuang melepaskan diri dari cengkraman dunia yang sesak.
Namun, tak pernah terbayang seorang Lee Jihoon--Si Pecinta Keheningan, yang akan meledak jika seseorang membuat bising--akan menetap di Paris.
Paris dengan hiruk-pikuk suara ibukota yang dipenuhi dengan suara sayup kendaraan yang mengerung, nyanyian sumbang lelaki yang sedang mabuk, dan klakson yang bersautan yang masih terdengar semalam ini bukan suatu hal yang baru.
Lee Jihoon--yang baru meniup lilin berangka dua delapan bulan lalu--kini tinggal di Paris bersama seorang teman sekamar. Mata Jihoon menangkap sosok yang sedang santainya mengepulkan asap dari cerutu yang terapit apik di kedua belah bibir sambil bersandar di tepi bingkai jendela. Ia berdiri dengan atasan yang sengaja tidak dikenakan, sengaja memamerkan torso miliknya yang ia selalu banggakan lebih bagus dari milik Jihoon, sembari menatap kosong ke arah jalanan yang masih padat. Jangan tanya alasan ia tidak mengenakan pakaian lengkap di tengah dinginnya udara malam Paris, Jihoon juga tak paham. Rambutnya, yang ia cat terang, berantakkan diacak angin yang berhembus.
Cahaya biru, kuning, dan merah dari lampu jalan dan bangunan seberang yang bercampur dan menyinarinya membuatnya terlihat seperti model yang sedang membuat video musik. Diam begitu saja sudah terlihat keren, Jihoon muak.
Entah waktu yang mengelabuhi Jihoon hingga ia lepas perhitungan atau Jihoon yang memang tak pernah perduli dengan berapa miliar detik yang ia habiskan, sosok yang ia tatap kali ini telah menemani Jihoon selama tujuh tahun-jika otaknya masih berfungsi baik untuk tidak salah hitung. Kwon Soonyoung, dengan ide gila dan keimplusifan yang menyarankan untuk menetap di suatu kota acak di benua Eropa, bersamanya.
Mereka bilang Soonyoung bisa melakukan segalanya.
Mereka selalu berkata begitu. Namun, jika Jihoon bisa berkomentar:
Boleh kusebut Soonyoung punya kelihaian dan ketanggapannya dalam mempelajari segala suatu, membuatnya bisa melakukan apa saja dengan sempurna--termasuk menarik diriku ke dalam pesonanya yang gila-gilaan.
Soonyoung saat itu merupakan remaja akhir berumur 19 tahun. Ia sudah bisa hidup sendiri di apartement yang ia bayar dengan hasil tabungannya yang bekerja di banyak tempat dan uang dari mendiang orang tuanya. Apartemen itu tidak begitu mewah tapi cukup menampung dua remaja dengan angan yang sudah keropos karena tuntutan dunia. Kala itu apartemen kecil milik Soonyoung terasa seperti suaka bagi Jihoon yang sudah berantakkan.
Kwon Soonyoung dengan karismanya adalah perpaduan yang tidak baik untuk tipikal manusia lemah seperti Jihoon. Jujur saja, Soonyoung bukan tipikal orang yang mudah ditebak. Soonyoung itu seperti labirin, yang entah bagaimana bisa berubah menjadi sehangat rumah di saat-saat tertentu.
Memori pertama kali Jihoon bertemu Soonyoung bergulir pada saat ia tak sengaja bertemu sosok Soonyoung di bangku menengah atas. Kala itu hidup Jihoon yang tersusun rapi dengan susunan pola statis tiba-tiba berubah menjadi teka-teki yang tidak bisa ia tebak dengan gampang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris ; Soonhoon
FanfictionSebuah cerita tentang Paris-ditulis dalam prespektif Lee Jihoon. One-shoot!