#2

1 0 0
                                    

Menyingkat waktu dan menepis sebuah keadaan. 

Meninggalkan sebuah konsekuensi yang begitu besar pada diri. 

Setiap titik tersusun perlahan dan membanjiri diri yang penuh dengan keburukan. 

Realita yang tertanam begitu menyaktikan. 

Namun, apa daya seorang semut yang terbawa arus samudera. 

Jangankan selamat, memikirkan cara berenang saja sudah sulit. 

Bagai debu yang sedang bertarung melawan angin.


Retakan demi retakan terbentuk dalam relung dada. 

Hati perlahan goyah, tertatih, perlahan sekarat. 

Perlukah sakit ini? 

Perlukah sebuah rasa yang membuat diri ini ingin mati? 

Atau ini hanyalah omong kosong berkedok memperkuat hati? 

Pertanyaan demi pertanyaan terus terlintas dalam otak. 

Tak ada satupun pertanyaan terjawab dengan sebuah kepastian. 

Spekulasi-spekulasi bisu yang membius pemahaman busuk dan berlagak seperti dewa sebuah pemikiran.


Riak-riak kedangkalan terwujud dari sebuah kegelisahan. 

Ketidakmampuan ini akan merusak diri yang telah retak. 

Menjalar perlahan dan sedikit demi sedikit mengikis sebuah kepribadian. 

Wahai dunia ini, apakah aku tak diperlukan lagi? 

Apakah aku tak lagi berguna untukmu? 

Atau memang ini sudah menjadi jalan hidup yang ada pada diriku? 

Aku sekarang hanya dapat berpasrah dan berharap memiliki sebuah kekuatan yang akan menguatkan diriku. 

Berharap tak kecewa pada hal-hal yang akan terjadi pada diriku kelak.


- L'umiquint

Hanya Sebuah CatatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang