Part 1. Press Release

78 8 17
                                    


Perkenalkan, namaku Nisaka. Aku perempuan Jawa, sangat jelas dari namaku. Kata ayah namaku berarti cantik seperti rembulan. Apakah aku secantik itu? Ho ... Ho...relatif. Tergantung yang menilai.

Aku hanyalah perempuan biasa saja. Yang mempunyai harapan dan impian luar biasa. Aku ingat kata-kata bang Adji, sahabatku yang study abroad di Japan; If opportunity does not come to you, then create it. Jika kesempatan tidak menghampirimu, maka ciptakanlah.

A positive attitude can really make dreams come true, sikap positif benar-benar bisa membuat mimpi menjadi nyata.

Mungkin di mata sebagian orang hidupku kurang beruntung. Mamaku penderita skizofrenia sejak aku kecil. Sering kumat. Meski kadang seperti orang normal.

Dan paling amazing, ayahku tidak meninggalkan mama meski hampir seluruh keluarga mengucilkannya.

Dan amazing lagi, mama mampu melahirkan dua orang anak lagi, adik-adikku setelah kak Rida tiada.

Yah! Kakak tercintaku tiada karena sakit DBD. Aku sempat terguncang. Tapi kata ayah hidup hanyalah persinggahan. Dan di persinggahan inilah aku mencoba mengais kepingan-kepingan cerita yang terserak dan acak.  Meski abstrak dan membentuk suatu plot yang ngambang.

Dan, dari sinilah cerita kepingan cita-citaku dimulai.

****

"Kamu itu pelajaran bahasa Indonesia dapat berapa sih, Nis?" meninggi suara pak Dhika atasanku.  Melototi hasil rilis beritaku yang belum up. Aku nyengir.

"Dapat 9, Pak. Bagus kan?" jawabku tetap dengan cengiran. Meski dadaku dag dig dug tidak karuan. Kapan aku pernah benar di mata pak Dhika. Ada saja yang salah. Tanda baca, huruf besar yang salah penempatan.

" 9 dibalik?" Pak Dhika melototiku garang, hah? 9 dibalik? 6 dong. Wah! Penghinaan pak Dhika. Runtuk hatiku. Hanya melaung di tenggorokan . Tak keluar.

"Ini harusnya memperhatikan, Nis. Bukan memerhatikan. Karena kata dasarnya hati. Bukan perhati. Jadi tidak mengalami peluluhan," aku hanya menanggapi dengan oh panjang.

"Kuncinya perhatikan kata dasar. Itu imbuhan memper-kan. jadi memper-hati-kan. Bukan memerhatikan." Semprot pak Dhika lagi. Aku Oh panjang lagi.

"Oo ... Bulet!" Pak Dhika meruntuk kesal. Aku nyengir melihat wajah ganteng Tionghoanya yang frustasi.

Mamp*s dah! Tak lagi-lagi aku berpedoman pada story-story yang aku baca. Belum tentu benar. Meski yang baca ribuan. Bahkan jutaan.

"Punya KBBI dan PUEBI tidak?" gelengan kepalaku dengan raut tak bersalah membuat pak Dhika tepuk jidat putus asa.

Tahu dikit sih, kata ayah PUEBI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Laptopku masih menggerung dengan kabel yang mengular terserak di lantai.

"Trus ini ," lagi-lagi pak Dhika menggeser posisi laptopku kasar. Menunjuk layar dengan suara menggelegar.

"Ini harusnya memprotes bukan memrotes. Jadi tidak semua berawalan p mengalami peluluhan.

Karena kata dasar yang berawalan konsonan ganda ada pengecualian. Tahu konsonan ganda itu apa?"

Aku menggeleng. Pak Dhika mendengkus kesal. Bangkit dari kursinya dengan kasar. Bunyi gesekan kaki kursi dengan lantai sampai berdecit.

"Urusi itu Nisa, bisa hipertensi aku." Sungut pak Dhika sambil berlalu. Menyerahkanku pada bu Lyla.

"Diabet, Dhik. Nisaka kan manis," tawa meledak seisi kantor kami. Definisinya seperti kendi terracotta yang jatuh ke lantai. Pecaah ...

Dengan gerakan anggun bu Lyla menghampiriku. Melototi frasa yang dipermasalahkan pak Dhika. Dasar cantik. Melotot gitu tetap saja cantik. Alisnya tebal. Rimbun teratur. Matanya belo. Bibirnya plum. Definisi seksi kata mas Angga bagian fotografi.

"Protes  itu termasuk konsonan ganda, Nis. Pr. Transfer-Tr. Coba apa lagi?" tanya beliau lembut.

" Plester ya, Bu. Pl?"  tanyaku sangsi. Bu Lyla membenarkan. Lalu memegang bahuku lembut, sebelum berjalan mengitariku. Aku  merasa seperti terdakwa yang diintrogasi.

"Kamu tahu apa artinya press Realate, Nis?" Hah? Kok malah ditanya gitu? Aku mencoba mengingat-ingat sesi wawancara beberapa bulan lalu.

"Sebuah informasi berupa tulisan kepada masyarakat, perusahaan, lembaga lain  dengan tujuan mempromosikan citra dari lembaga atau perusahaan."

"Nah, itu kamu bisa, mem- promosi-kan. Bukan memromosikan." Aku tertawa. Iya ya. Dibimbing bu Lyla aku kembali merevisi rilisku yang ternyata kacau balau. Sedetail itu ternyata.

"Jadi bukan hanya judul ( head ) yang dibuat semenarik mungkin, Nis.

Tapi juga Teras ( lead ), bagian pembukaan sebuah berita,

Isi ( body ), kita gunakan piramida terbalik dan bla ...bla .." entah bu Lyla ngomong apa. Sudah timbul tenggelam dalam kantuk diriku ini. Dinginnya AC dan suara merdu mendayu-dayu bu Lyla seolah  menina bobokanku.

Piramida terbalik adalah istilah dalam dunia per-rilis-an. Artinya menempatkan berita paling penting di bagian atas atau awal berita, setelah itu baru informasi umum di bawahnya.

"Nis ...Nis ..." lamat-lamat terdengar bisikan Dinar temanku. Aku masih belum ngeh. Hingga injakan pump heelsnya membuatku nyaris memekik.

"Paham, Nis?" bu Lyla bertanya dengan sorot mata tajam, seperti silet yang membuyarkan kantukku.

****

"Hahaha!"

Isabel sahabatku terbahak-bahak mendengar ceritaku begitu sampai di kamar kost. Definisi tawanya bukan lagi kendi terracotta, tapi balonku ada lima yang meletus bareng.

"Aku sumpahin pak Dhika bakal bucin habis sama aku, Sa. Masak ga pernah bener," sungutku jengkel sambil membajak teh botol kemasan plastiknya. Dingin. Tapi kepalaku masih ngebul. Campur ngantuk, campur capek. Campur aduk seperti es campur.

"Udah, bobok sana, besok belajar bahasa Indonesia lagi." ledeknya masih dengan tawa. Aku mengerucutkan bibirku. Menyesap habis teh botolnya. Sebelum kulempar ke arah tempat sampah di sudut kamar. Nyungsep di lantai. Tidak tepat sasaran. Aku bukan pelempar ulung.

"Apaa ..? Mau ceramah? Ntar banyak semut. Kebersihan sebagian dari iman?" protesku sebelum diomeli.

Dengan gemas Isabel menenggelamkan kepalaku ke atas permukaan bantal.

Aku tertawa keras, membiarkan Isabel membersihkan kekacauanku. Untung aku punya dia. Yang sabar menghadapiku. Yang selalu jadi support systemku disamping bang Adji.

Baru akan kupejamkan mata saat sebuah notif membuatku menghela napas berat. Kinan adikku, dengan malas aku buka,

Kak, bisa pulang ga? Mom kumat lagi.

****

Akhirnya setelah sekian purnama berani up lagi. Wkwkwk🤣🤣

Thanks yang masih baca😍❤️

Bersambung

Bumi Mojopahit, 3 Juni 2023

🅽🅸🆂🅱🅸 ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang