1. Come

20 2 0
                                    

¿Yorubie?

"Sudah sampai tuan, semoga beruntung."

Setelah pilot helikopter milik Taeyong berkata demikian, Jeno langsung turun membawa koper berisikan barang-barang penting.

Dan ia ditinggal begitu saja oleh pilot itu. Membuat Jeno berdecak kesal. Mana dia sendirian, ga kenal siapa-siapa di sana.

Baru saja hendak memasuki daerah perkampungan, ia disambut sama oleh penduduk setempat. Membuat Jeno lupa akan fakta bahwa 90% dari mereka bisa berubah menjadi zombie.

"Selamat datang! Ayo silahkan masuk." Salah satu penduduk situ menyambutnya sangat ramah.

Jeno mengangguk. Ia digiring oleh penduduk menuju suatu bangunan yang terlihat seperti gedung serbaguna.

Diliat-liat, walaupun siang hari, Jeno merasakan seramnya pulau itu. Jalanan yang berwarna merah darah dengan banyak bangunan yang dindingnya retak.

Ia berhasil menyimpulkan bahwa penduduk berubah menjadi zombie dan merusak fasilitas umum. Dan darahnya tidak cepat mengering.

Ngeri juga nih pulau, padahal mereka masih jadi manusia biasa, pikir Jeno yang masih sibuk memperhatikan sekitar.

Ia dibawa ke dalam gedung tersebut. Dan nampaklah beberapa orang yang mungkin merupakan pengatur pulau itu. Ia dihadapkan oleh ketuanya yang dipanggil sebagai "Presiden Yorubie."

"Setelah beberapa tahun akhirnya kita memiliki pendatang baru. Terima kasih sudah berkunjung. Bolehkah saya tahu siapa namamu, di mana asalmu, dan apa yang akan kau lakukan di sini?" ujar ramah presiden dengan nametag "Nakamoto Yuta."

"Saya Lee Jeno dari Korea. Kesini karena ingin menganalisis pulau ini. Sudah menjadi tugas saya," jawab Jeno singkat. Ia masih menatap Presiden Yuta dengan khidmat.

"Lee Jeno dari Korea. Kau ingin menganalisis pulau ini?"

Jeno menjawabnya dengan anggukan. Udah jelas kan Jawaban darinya tadi? Tidak perlu ia ulangi lagi.

"Saya tidak yakin. Dari dulu hingga sekarang, sudah ada lebih dari ratusan orang yang mati karena kasus yang sama yaitu dimakan zombie. Saya sebagai presiden sekaligus Yorubie merasa sangat bersalah. Kami tidak bisa mengendalikan diri."

"Bahkan penduduk asli pulau ini yang bukan Yorubie pun banyak yang meninggal karena dimakan para Yorubie di malam hari. Dan kini populasi penduduk normal hanya sekitar kurang dari 30 orang saja."

"Semuanya selalu mengasingkan diri tiap menjelang malam. Setiap pukul 5 sore mereka bergegas pergi entah kemana. Saya masih tidak tahu mereka pergi kemana."

"Dan beruntungnya, semuanya yang pergi di setiap pukul 5 sore itu selalu selamat. Jadilah pulau ini bertahan dengan kurang dari 30 penduduk normal. Mereka sangat pintar, saya bangga dengan mereka."

Cerita dari Yuta itu berhasil membuat Jeno semakin penasaran. Ia bahkan sampai sekarang masih bingung bagaimana caranya membedakan mana yang normal mana yang Yorubie. Semuanya terlihat sama.

"Bagaimana cara membedakan penduduk normal dengan Yorubie?" tanya Jeno.

Yuta sejenak menatap pada beberapa bawahannya yang ada disitu. "Penduduk normal tidak memiliki ruam pada area lehernya. Jika ada, berarti mereka adalah yorubie."

Seketika Jeno memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Sayangnya, semua yang ia liat memiliki ruam di leher. Itu artinya dia harus mencarinya sendiri keluar.

"Lalu, mereka memiliki banyak luka di tubuhnya."

Sama saja. Semua mempunyai luka di sekujur tubuh. Jeno benar-benar pusing sekarang. Semua orang di sini juga mempunyai luka. Mana penduduk normalnya?

"Baiklah, terima kasih."

"Ingat, kalau sudah jam 5 sore, langsung ikut penduduk normal ke tempat persembunyian mereka. Saya gamau nanggung orang mati lagi," peringat presiden tersebut membuat Jeno bergidik ngeri.

Buset omongannya, ga bisa difilter banget

"Iya pak, saya pamit pergi dulu. Terima kasih atas informasinya. Saya akan berhati-hati."

¿Yorubie?


Jeno berjalan di jalanan berwarna merah darah itu. Ia tidak bisa fokus untuk mengalihkan pandangannya dari jalanan berdarah itu.

Sepanjang jalan, ia mencoba mencari penduduk normal. Sayangnya, tidak ada satu pun penduduk yang ia temukan sebagai penduduk normal. Semua di sini ialah Yorubie.

"Sialan, ngeri banget sih ada mata," umpat Jeno begitu melihat tepat di depan ujung kakinya terdapat bola mata yang berwarna merah dengan sedikit bagian sudah terkoyak.

Baru saja hendak berjalan, ia tiba-tiba menabrak seseorang.

"Duh, maaf maaf. Ga liat."

Jeno dan yang ditabraknya sama-sama mendongakkan kepala mereka. Terjadilah eye contact satu sama lain.

"Maaf, pengunjung ya? Gue baru liat soalnya." Orang itu bertanya kepada Jeno yang langsung dijawab dengan anggukan.

"Iya, sorry ga sopan. Gue Jeno dari Korea," perkenalan Jeno. Orang yang dihadapannya tersenyum.

"Gue Renjun dari China." Orang yang mengaku bernama China itu memperkenalkan dirinya.

Jeno tentu syok. Ternyata masih ada orang luar pulau yang bertahan hidup di sini. "Pengunjung juga? Bisa bertahan hidup?" tanya Jeno memastikan.

Yang bernama Renjun itu mengangguk. "Hebat kan? Bisa bertahan diri tapi gabisa keluar dari pulau. Sialan emang bosnya," gerutu Renjun cerewet.

Yailah, cerewet bener nih anak. batin Jeno begitu tahu ternyata Renjun itu termasuk cerewet. Tetapi ia memaklumi, semua orang cerewet. Bahkan dia yakin kalau dia sendiri juga cerewet.

"Tunggu tunggu. Lo orang China tapi bisa bahasa Korea?" Satu hal yang hampir lupa ditanyakan oleh Jeno.

Renjun terkekeh. "Haha, gue ga orang China tulen. Mama dari Korea asli. Makanya gue bisa bahasa Korea," jelasnya. Membuat Jeno hanya ber-oh saja.

Tak disangka-sangka, mereka berbincang seperti itu sembari berjalan menuju entah kemana. Jeno tidak tahu, entah dengan Renjun.

Selama jalan dan berbincang, sesekali Jeno memperhatikan sekitar. Bahkan memperhatikan Renjun yang ternyata bukan termasuk Yorubie, tentunya.

"Lo udah bisa bedain yang Yorubie mana sama yang bukan?" tanya Renjun tiba-tiba. Jeno mengangguk. Ia bisa membedakan mana Yorubie mana yang bukan. Tetapi sejauh ini ia tidak melihat yang bukan Yorubie selain Renjun.

"Bisa, tapi nyari yang bukan Yorubie selain lo itu yang ga ketemu." Jeno berucap membuat Renjun mengangguk.

"Emang sih, langka. Yaudah, sekarang masih jam segini. Lo boleh jalan-jalan. Ntar jam 5 kumpul di gedung serbaguna. Gue anter ke tempat rahasia." Renjun berpamitan. Ia entah hendak kemana.

Jeno hanya mengangguk. Ia masih ingin mencari-cari penduduk normal untuk bertanya-tanya lebih dalam mengenai pulau aneh ini.

Ia hanya berbekal ilmu tak jelasnya. Lagipula, bosnya aneh. Tiba-tiba ngirim dia ke pulau ini padahal dia gatau sama sekali soal pulau ini. Bagaimana bisa bertahan hidup di sini kalau ia saja bakal dikepung banyak zombie.

Hidup gini amat, tiba-tiba aja dikirim ke sini. Jangan-jangan tahun depan dikirim ke mars.

Ia bergumam kesak sebelum akhirnya berjalan lebih cepat. Ia kesal, benar-benar kesal. Kalau ia tidak mengontrol emosinya, pistol di tangannya sudah ditembak ke orang asal yang lewat.

¿Yorubie?

Sorry guys baru up
Lupa punya acc WP yg ini

Maaf banget yaa
Janji kedepannya bakal lebih sering up

Makasih buat yang masih nunggu
Lopyuuu <33

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yorubie || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang