Titik Awal

21 2 0
                                    

Hallo semua!
Setelah 4 tahun berlalu, tepatnya di 2020 Farian ending. Akhirnya di 2024 ini aku mendapatkan hilal untuk ngebuat squel nya dengan judul "Another of Farian"

Di book ini aku masih menjadikan sosok Fara sebagai karakter utamanya ya. Apa masih sama Rian? Jawabannya.....hmmmm cari tau sendiri aja yuk di bawah!

So, ketebak nggak siapa yang jadi main lead cowonya?

Ayo scrol dikit kebawah, kalian bakal tau habis ini ya.

Happy Reading "Another of Farian"


Prolog.

Selepas kepergiannya aku hidup seperti di neraka bernama dunia. Semua hal mengingatkanku kepada sosoknya.  Bahkan hanya seutas benang pun mampun mebuatku menangis sesenggukan tiga hari tiga malam.

Setiap sudut tempat yang ku lewati selalu saja aku melihat sosok pria itu disana, di tempat yang sama seperti beberapa tahun yang lalu saat kami berkunjung ke tempat itu.

Kenangan memanglah penyakit yang obatnya hanya iklas dan waktu, tapi nyatanya seiring berjalannya waktu dan seberapa keras mencoba iklas tetap saja aku akan di tarik mundur kedalam keterlukaan itu.

Badan yang mulai mengurus, lingkarang bawah mata yang semakin terlihat dan perbincangan yang semakin menipis, rasa nya aku ingin berteriak kepada Tuhan di setiap malamnya, kenapa? Kenapa hanya dia yang diambil? Kenapa  tidak meng ikut sertakan diriku? Harusnya Tuhan tau bagaimana aku begitu mencintainya melebihi diriku bukan? Tapi, nyatanya dia menyisakanku seorang diri, bersama kenangan yang semakin menyiksa, bersama bayanganya yang tak lekang oleh masa dan bersama keturunan yang memaksa ku untuk mencurahinya kasih sayang dalam dua peran.

Aku meluruskan tangan di atas meja, meletakkan kepala yang semakin nyut nyutan karena menangis di atas nya. Tatapanku masih menatap lurus ke jam tangan yang tergeletak tak jauh disana. Jam tangan silver kesayangan Mas Rian. Masih sangat bagus  hanya saja bateray nya saja yang minta di ganti.

"Uang nya mending di tabung Ra, buat tambahan biaya lahiran dedek bayi"  begitu kata Mas Rian saat itu.  Padahal hari itu adalah ulang tahun nya, sebagai istri tentu saja aku ingin menghadiahkan yang terbaik untuk nya.

"Oh. Jadi kamu nggak mau? Yaudah ku buang aja!" Aku benar benar melempar jam tangan dengan kotaknya itu ke tempat sampah. Maklumlah kala itu aku tengah hamil muda dan mood ibu hamil suka naik turun kan? Iya, aku ngambek perkara Mas Rian bilang begitu.

Setelah itu aku masuk ke kamar dan menangis sendiri karena kesal. Dua puluh menit berlalu pintu kamar ku terketuk.

"Fara, aku masuk ya?"

Tanpa menunggu jawabanku Mas Rian masuk, berjongkok di pinggir ranjang mensejajarkan dengan diriku yang berbaring menyamping menghadapnya.

"Jam nya bagus, sayang kalau di buang"

"Bagus kalau kamu nggak mau nerima terus makek ya percuma. Mending di buang!" Kataku masih kesal.

"Fara, Mas bukannya nggak mau nerima. Tapi, lebih baik kan uang nya buat beli kebutuhan kamu sama adek nanti."

"Jadi kamu maunya uangnya buat aku sama anak kita aja? terus nanti kalau kamu nggak keurus dan dikatai orang nggak ngerti fashion  pasti orang bakal nyalahin istri kamu. Kamu maunya aku disalahin karna nggak bisa dandanin kamu gitu?"

"Enggak bukan gi..."

"Halah alasan kamu"

"Ra.."

"Fara..."

Aku masih diam dan tidak kau menanggapinya, kala itu aku benar benar terlalu kesal hingga melihat nya saja sudah akan membuat ku marah.

"Sayang..." jika biasanya aku akan luluh jika di panggil begitu mohon maaf aku tidak akan terpengaruh sekarang.

"Aku ngantuk mau tidur" kataku setelah itu memejamkan mata rapat rapat. Pikirku Mas Rian akan langsung keluar kamar dan menyerah namun, aku salah.

"Dek, bunda adek marah banget nih sama ayah." Bisa ku rasakaan tangan Mas Rian mengelus perlahan perutku yang mulai membuncit.

"Kasih tau Bunda ya, Ayah sayang banget sama Bunda sama adek juga"

"Bunda jangan marah ya sama Ayah, bilang gitu ya dek" kata Mas Rian sebelum akhirnya aku merasakan selimut ku tertarik hingga lengan yang kemudian disusul kecupan singkat di keningku.

"Tidur yang nyenyak ya sayang nya Mas"

Kenangan itu terputar jelas di kepalaku, bahkan aku masih bisa merasakan perasaan mebuncah saat kecupan di kening itu terjadi. Aku masih ingat jelas keesokan paginya, Mas Rian dengan sengaja memakai jam tanganya di dapur saat mau pamitan berangkat kerja supaya aku melihat kalau dia pakai jam nya.

Lagi lagi aku kembali menangis, entah sampai kapan aku akan seperti ini, terikat oleh kenangan berasamanya tanpa bisa lepas sendiri oleh waktu.

"Fara... mama boleh masuk?" Aku tak menjawab dan berharap sekali Mama menganggap ku sudah tertidur karna lampu kamar pun juga sudah ku matikan.

Derit pintu terbuka memupuskan harapanku, Mama menekan saklar disebelah pintu dan cahaya menyilaukan itu langsung menembus retina mataku.

Mama terlihat menghela nafasnya, dapat ku dengar helaan itu terasa berat.

"Ra..." Mama duduk di sampingku, menatap lekat dengan mata sendu penuh kesedihan.

Tangan itu terbuka lebar, mengisyaratkan ku untuk berhambur ke pelukannya. Usapan halus di kepalaku semakin membuat tangisan ini menjadi.

"Aku mau Mas Rian Ma, Fara mau mas Rian!"


Itscici
24/4/2024

Another of FarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang