-----------
--------------
Semilir angin datang menyambutku saat diriku menginjakkan kaki diatas pasir putih yang hangat. Ku pandangi samudra biru nan indah bagaikan permata ketika terkena cahaya mentari.Sembari menatap ombak yang datang dan pergi seolah-olah mengajak bermain, diriku terpaku.
Masih berdiri diatas pasir putih yang sama, kudengar deburan ombak yang menghantam karang, suaranya keras bagaikan ia sedang melampiaskan amarahnya pada sang batu karang.
Diriku terhanyut dalam suasana ini. Semakin lama kupandangi, semakin teringat jelas kenangan itu.
Kenangan yang hingga kini sulit kulupakan. Dalam pikirku selalu teringat bayangmu.
Kau yang berkata akan selalu disisiku, kau yang berkata akan selalu setia. Kini semua itu telah sirna.
Kau telah pergi untuk selamanya. Aku bertanya tanya, mengapa? mengapa? dan mengapa?.
Mengapa kau begitu cepat meninggalkanku?. Kau bilang tak akan membiarkanku sendiri, tapi nyatanya kau meninggalkanku, dan aku pun sendiri. Lagi.
Terlintas sebuah pertanyaan dalam benakku, apakah ini semua takdir?. Takdir yang memang telah direncanakan untuk kita berdua.
Ada setetes air yang jatuh dipipiku. setetes air itu kini menjadi derai air mata.
Apa kau tahu? betapa sulit diriku untuk melupakanmu.semua hal yang kau lakukan, semua ucapanmu.
Masih di tempat ini, masih menatap pemandangan yang sama.
Awalnya aku mengira tak akan ada yang berubah. Perkiraanku salah. Langit yang semulanya biru, kini berubah menjadi abu-abu. Seperti aku yang mengira bahwa kau akan selalu bersamaku, yang nyatanya kau pergi meinggalkanku. Untuk selamanya.
Perlahan, hujan mulai turun. Dan aku masih tetap berdiri di tempat yang sama.
Udara mulai dingin. Pasir putih yang kupijaki pun basah. Ombak semakin mengganas, suaranya yang menghantam batu karang semakin keras.
Langit yang semula biru menjadi abu-abu. Angin yang semula hangat mejadi digin seakan menusuk.
perlahan-lahan, kakiku mulai melangkah. pergi dari tempat ini. kepalaku menunduk. masih ada isakan kecil yang keluar dari mulutku.
Air mataku masih mengalir. Bercampur menjadi satu dengan hujan.
kakiku terasa berat. mataku buram. tanganku masih berusaha menyeka air mata yang masih mengalir.
hatiku terasa seperti ditusuk. ada perasaan sesak. tangisku pecah. Namun aku tak mengeluarkan suara. Suaraku tak terdengar. yang terdengar hanyalah suara air hujan yang kian lama membasahi seluruh tubuhku. Ombak yang semakin besar. Dan angin yang semakin kencang.
Hanya ada diriku sendiri. Aku terus berjalan. Semakin menjauh. Sangat jauh.
Setelahnya, sedikit demi sedikit, perlahan lahan, diriku mulai terbiasa dengan perubahan ini. Khususnya perubahan dimana diriku tak lagi bisa melihat senyummu.
Segalanya berubah. Terkadang aku masih menangis ketika mengingat kenangan itu.
Begitulah segalanya berubah tanpa ada aba-aba. Secara tiba-tiba. Tanpa kita mau perubahan itu terjadi.
Yang pasti tak ada yang tetap. Tak ada yang abadi. Semua akan berubah. Pada masa. Pada waktunya. Semua sudah ditetapkan. Dan kita dituntut untuk menerima segala perubahan yang akan terjadi.
----------
-------------Hallo semua.
Makasih udah mau mampir dan baca 'Cerita kita' di bagian pertama: "perubahan".
Untuk kalian yang punya uneg-uneg ke aku bisa beri komentar. Silahkan beri kritik dan saran.
Dan kemungkinan besar kalau hanya berisi tulisanku, cuma sampai 10 bagian bisa kurang bisa lebih. Dikit ya?. Iya soalnya aku nulis ini karena gabut aja haha.
Oke sekian. Terimakasih. Dan sampai jumpa di bagian selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita kita
RandomSelamat datang di 'Cerita kita'. Tidak ada yang spesial. Ini bukan novel ataupun cerpen. Hanya berisi tentang tulisan-tulisan sederhana. Cerita tentang "aku dan kau". Ini, 'cerita kita'. ------------------ --------------------- >mohon untuk tidak...