Sambutan Deru Hujan

13 1 0
                                    

Suara angin berderu dengan lembut ditelinga seorang gadis kecil.
Detik demi detik selalu dihitungnya dengan hati penuh harapan.

Tak terasa rintik hujan telah menyertainya bersamaan dengan jatuhan daun-daun yang terbawa dengan angin.
Tetapi gadis mungil tersebut tetap teguh berdiri di sebuah pintu gerbang coklat didepannya.
Waktu terus berlalu hingga hujan yang semula rintik berubah menjadi deras.
Kini hatinya menjadi sangat ketakutan hingga membuatnya berdo'a dengan penuh harap untuk keselamatan seseorang.

Detik berubah menjadi menit dan sekarang telah menjadi sebuah perhitungan jam. Sesaat setelah jam menunjukkan pukul tiga sore, sebuah mobil terparkir di depan gerbangnya. Gadis tersebut berlari menuju mobil tersebut, tak lama kemudian turunlah seorang wanita yang ia nantikan. Wanita itu langsung memeluknya.

"Ibuu!! " Ucap gadis tersebut berhamburan ke pelukan wanita yang berusia 40 tahunan keatas tersebut.
"Anakku... Sudah lama adek nunggu disini? Hmm?" Ucap wanita tersebut yang merupakan ibunya, sambil mengusap kepala gadis tersebut dan sesekali menciumnya. "Ehehehehe!!! Iya, adek kangen ibu.. Ibu kenapa lama pulang? Ini ujan loohhh.. Adek takut ibu kenapa², untung saja Tuhan selalu mendengar doa hambanya. Hikss..." Ucap gadis mungil tersebut dengan air mata yang berkaca.

"Anakku.. Lihat sekarang apa yang ada di depanmu, ibu membeli sebuah meja belajar serta lemari baru! Gimana suka ngga? " Ucap Ibu.

"Suka Buu.. Tapi, kalo misalnya ada ujan lagih ibu ngga usah kemana-mana walaupun beliin adek makanan yang enyak! Adek lebih ingin ibu, bagi adek ibu segalanya " Gadis tersebut mengatakannya sambil memeluk leher ibunya.

"Ahahahaha.. Iya nak, maafin ibu yang bikin kamu khawatir ya. " Ucap sang ibu yang menuturkan kata tersebut dengan senyumannya.

Sehabis mengatakan hal tersebut mereka melepaskan depakannya lalu ibu pun kembali terfokus untuk mendorong meja ke letak yang telah diaturnya.

-----------------------------------------------------------
Malam telah tiba dengan sinarnya yang terang benderang. Nampak keluarga yang sedang menikmati suasana malam tersebut. Terlihat dua anak terpaut beda 6 tahun di ruang keluarga sedang asyik menonton suatu acara Olimpiade.

"Kak.. Kenapa sih suka nonton ini? Bosen banget tahu! Kayak di dongengin adek nihhh.. " Gerutu anak yg paling kecil dengan memajukan bibirnya menandakan ia sedang cemberut.

"Ckk.. Ini nih bocil sok tahu. Makanya beljar dong! Bisanya cuma nonton si spons kuning sama rambut pendek dengan pertanyaan " Dimana? Dimana? " Ahahhhahahha" Ucap sang kakak yg usia lebih tua 6 tahun dari adiknya.

"Hik.. Hikk.. Huweee!!!! Bilangin ayah nih! Awas aja! " Ancam si adik yang sedang menangis dan berlari menuju teras rumahnya.

"Ayahhh!! Ibuu!! " Teriaknya

"Ada apa nak?" Tanya sang ibu dengan nada yang terlihat khwatir.

"Hikk.. Kak Cia jahat banget tahu Buu.. Masak dia bilang adek bodoh trs  gara-gara g suka nonton acara yg d TV trs pake nyalahin si kuning dan rambut pendek baju pink.. " Rengek anak kecil tersebut yang bernama Zefir.

"Memangnya acaranya apa d TV sekarang?" Tanya sang ibu dengan mengelus pundak anaknya pelan.

"Anu... Apa ya namanya tadi... Ol.. Oli.. Ahhh!!! Olimpiade!!!! Ia itu nama acara membosankan itu bu... " Adu Zefir.

"Owalah.. Gitu, pantes aja kk mu bilang gitu. Zefir, acara itu sangat bagus.. Karena pada acra tersebut diisi oleh anak-anak cerdas yang sedang lomba. Siapa yang menang maka dia dikatakan sangat pintar. Namun bukan berarti yg kalah tidak pintar, tetapi mereka harus lebih banyak belajar. " Jelas ibundanya.

"Untuk itu kamu juga memang harus rajin belajar. Ya nak ya? " Ujar ibu sambil tersenyum.

"Bener kata ibumu. Belajar caranya jangan hanya nonton si peta dengan rambut pendek itu" Tambah ayahnya.

"Ihh.. Iya iya ayah! " Marah Zefir.

"Sudah.. Sudah.. Tidur sana, udah malem. " Pinta sang ayah.

"Ngga mau ah, mau disini aja liatin bulan sama bintang. Ibu tahu kan nama adek laluna sama kayak bulan yg bersinar dilangit  sekarang? " Tanya sang anak dan dibalas oleh anggukan snag ibu.

Ibu dan ayahnya sibuk berbicara sementara sang anak sepertinya terlihat sedih dengan pikirannya saat ini.

"Kenapa ya bulan itu indah sekali apalagi bintang-bintangnya, tapi.. Kenapa hati ini tiba-tiba sedih? Rasanya seolah ini akan menjadi kenangan yang bakalan tertinggal di masa lalu" Pikirnya sambil menatap lautan gelapnya malem yang tertabur manik-manik bintang beserta sinar rembulan yang terang sekaligus menghangatkan hati yang melihat.

"Adek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adek.. Kenapa? Kok sedih mukanya? " Tanya ibu Zefir yang melihat senyum sendu nan menyesakkan yang terbit di bibir anaknya.

"Ibu, kenapa ya adek selalu ngerasa apa yg kita lalui yang kita lihat seakan-akan itu akan menjadi kenangan? Sedih aja rasanya bu. "
Keluh Zefir dengan Nanda sendunya.

"Itu memang benar. Semua yg kita lalui bahkan barang sedetik yg lalu pun itu akan menjadi kenangan bagi kita. Makanya adek harus syukuri dan nikmati yang ada juga hargai dia dengan mengerjakan suatu hal sebaik mungkin. Oke? "

"Ok ibu. " Jawab Zefir dengan senang.

Lalu tiba-tiba matanya terlihat sayu dan berat hingga ia memutuskan untuk berbaring di sofa yg ia duduki. Dan tiba-tiba saja ia rasakan badannya sedang digendong oleh seseorang hingga ia mencapai ranjang kamarnya lalu tertidur dengan lelap.

Sementara ia tertidur, orang yg menggendongnya serta seseorang disampingnya tersenyum sambil mengecup dahinya. Lalu pergi setelah mematikan lampu kamarnya.

Damai rasanya tidur Zefir malam ini. Tanpa ia ketahui bahwa apa yang ia lalui tadi akan menjadi sebuah kenangan terindah baginya sambil melewati rangkaian peristiwa yang senang maupun sedih.

Memang hal sederhana yang ia lakukan tetapi bukankah tidak menaruh kemungkinan kecil bahwa hal sederhana dapat meninggalkan goresan kebahagian dalam diri seseorang? Itulah yang terjadi saat ini.. Hal sederhana yang kita bicarakan itu sedang menggores gambaran kejadiannya dalam ingatan bahkan hati setiap insan yang berada dalam lingkup itu.

----------------------------------------------------

"Percayalah bahwa setiap yang kamu lakukan saat ini sedang menggoreskan gambarannya pada hati dan pikiranmu sebagai kenangan sedih maupun senang"

Zefir's Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang