Spoiler [44]

112 17 0
                                    


"Enggak perlu basa basi segala," Inginnnya Tio, sih, memanggil dengan sebutan nama. Tapi Tio ini selalu lupa dengan nama wanita yang menemani malamnya. Yang ia ingat, wanita ini bergumul bersamanya kala di Surabaya. Itu pun pertemuan tak disengaja. Bagi Tio hanya sekelebatan saja.

Toh ... melakukannya suka sama suka. Tak ada paksaan di dalamnya.

Rara tersenyum tipis. "Sudah lihat apa yang aku sampaikan, kan?"

Amplop yang tadi Tio genggam, sudah ada di depan meja. Teronggok begitu saja disertai seringai tajam kala mata Tio kembali mengarahkan pandangannya ke sana. "Kamu datang dengan ancaman?"

"Enggak," kata Rara dengan senyumnya yang dibuat semanis mungil. Untuk menarik atensi Tio, ia pun mendekat. Menggeser posisi duduknya agar bersebelahan dengan sang pria. Tak ada penolakan yang membuat Rara semakin gencar mengikis jarak. Malah ia berani menjulurkan tangan sekadar mengusap lembut rahang Tio yang sepertinya belum dicukur.

Ada bulu halus yang tumbuh di sana. menambah kesan manly dari wajah Tio yang memang menawan hati.

"Berhenti." Tio mencekal tangan itu dengan cukup kuat. Tak tahu kah si pemilik tangan kalau dirinya jengkel?

"Kenapa?" tanya Rara dengan kerjapan polos. "Aku salah?"

"Apa yang kamu mau?"



***


HANDLE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang