Isagi menatap sebuah cincin yang telah tersemat dengan apik di jari manisnya. Ya... Beberapa saat yang lalu, lebih tepatnya ia dan Kaiser akhirnya resmi melangsungkan pertunangan di salah satu ballroom hotel berbintang ternama. Acara tersebut di gelar secara private yang hanya di hadiri oleh kedua belah pihak keluarga beserta jajaran para kolega bisnis yang berpengaruh.
"Terlihat cantik 'kan?"
Sebuah suara terdengar menginterupsi. Dengan perlahan, ia lantas menoleh dan mendapati sesosok pemuda bersurai dwiwarna yang berjalan menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya si manis sembari menaikkan satu alisnya.
Kaiser— pemuda tampan itu nampak terkekeh sebelum berucap, "Seharusnya itu adalah pertanyaanku. Kenapa kau ada disini?"
"Didalam sana terlalu ramai. Aku keluar untuk mencari udara segar." Sahut Isagi sekenanya. "Bagaimana denganmu?"
Seutas senyum tipis pun terukir di wajah Kaiser. "Sama sepertimu. Sebenarnya aku juga tidak terlalu suka bertemu dengan banyak orang."
Dengan cepat Isagi menatapnya. Keningnya tampak mengeryit heran. "Bagaimana bisa—maksudku, kau bekerja di perusahaanmu setiap hari. Itu artinya kau juga lebih sering bertemu dengan banyak orang termasuk klien-mu."
"Memang benar. Kau tau? melakukan rutinitas seperti itu terkadang sangat menguras banyak waktu dan tenaga. Jika boleh, aku ingin mengambil banyak waktu cuti untuk bermalas-malasan dirumah."
Sementara itu Isagi hanya dapat menggeleng kecil menanggapi keluhan dari sang tunangan.
"Omong-omong Kaiser, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"
Pemuda bersurai dwiwarna itu tak lantas menyahut. Ia terdiam sejenak hanya untuk menatap sosok manis dihadapannya dengan gurat tanya. "Tentu."
Sebelum kembali membuka suara, Isagi tampak menggigit bibir bawahnya. Ia sedikit merasa ragu.
"Aku... hanya ingin tau saja. Apakah alasan yang membuatmu bersedia menerima perjodohan ini? Kau tau? Saat pertama kali orang tuaku memberitahuku jika aku akan di jodohkan, aku langsung saja menolaknya dengan keras. Alasannya karena aku masih belum menyelesaikan pendidikanku. Dan aku juga belum berminat untuk menikah di usia muda." Ujar Isagi membalas tatapan milik sang lawan bicara dengan berani.
Seketika keheningan pun menyelimuti. Hanya desir angin malam yang mengisi, bertiup menerpa kulit keduanya.
Sebuah dehaman kecil Kaiser lantas memecah kesunyian yang tiba-tiba saja tercipta.
"Aku selalu mematuhi apapun yang orang tuaku katakan. Bahkan sejak aku masih kecil. Saat mereka memberitahuku tentang perjodohan ini, yang bisa kulakukan hanyalah menerimanya. Di usiaku saat ini, aku sama sekali tak punya banyak waktu lagi untuk memilah dan memilih pendamping hidup seperti apa yang cocok untukku. Apa kau percaya? Aku bahkan tak sempat memiliki waktu untuk berkencan buta di sela kesibukanku. Jadi... Begitu orang tuaku bilang ingin menjodohkanku denganmu, aku sama sekali tak menolaknya. Toh, aku sangat percaya pada pilihan mereka berdua. Orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya bukan? Dan karena alasan itulah aku bisa mengatakan dengan tanpa penyesalan bahwa aku sangat senang bisa menerima perjodohan ini. Terlebih lagi setelah aku bertemu denganmu..."
Dapat Isagi rasakan bagaimana jantungnya yang mendadak berdebar kencang setelah mendengar kalimat terakhir pemuda itu.
Lantas dengan cepat iapun memalingkan pandangannya kemana saja asalkan itu bukan pada Kaiser. Karena sialnya, ia yakin jika wajahnya kini sudah semerah tomat.
Kekehan kecil perlahan mengusik indera pendengarnya. Isagi tau pemuda yang berdiri di sampingnya itu tengah menertawainya.
"Yoichi, apa kau salah tingkah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
refrain | kaisagi
Random[ summary ] "Yoichi...". Isagi perlahan ikut mengulas senyumnya begitu mendengar ucapan sang terkasih. Namun sayang, kebahagiaannya lantas sirna sesaat setelah Kaiser menyerahkan benda bulat nan berkilauan itu padanya. "let's break up". cover by @na...