Chapter 1

1 0 0
                                    

Welcome to my story 👋

Happy reading 💐💐

• •

Jika memang tidak ditakdirkan bersama, lalu untuk apa dipertemukan?

Matahari tepat di atas kepala sekarang dan panasnya jangan ditanya lagi. Sekarang Jakarta berada di suhu 32°C. Keadaan di kantin benar-benar sesak seperti sedang berebut sembako. Mereka berdesak desakan membeli minum untuk menghilangkan dahaga yang sudah memuncak sedari tadi.

"Ahh gila panas bet hari ini," imbuh seorang laki-laki berkaca mata tebal dan berambut ikal sambil meminum airnya terburu-buru.

"Heh pelan-pelan minumnya," pinta teman di depannya namun tidak dihiraukan.

Kara hanya menggeleng-gelengkan kepala menghadapi teman karibnya itu. Farel memang begitu, keras kepala seperti batu. Dari dulu tidak pernah berubah. Sedari kecil mereka selalu bersama, hingga saling mengerti satu sama lain.

"Aduh,"

"Hhha, sorry nggak sengaja,"

Beginilah kehidupan Kara di sekolah, ia menjadi bahan bullyian teman-temannya. Entah di kelas, kantin, lapangan, kamar mandi atau di mana pun sudut sekolah selalu saja ada yang mencari gara-gara. Padahal Kara adalah anak yang cerdas dan tidak suka mencari masalah. Hanya karena ia masuk ke sekolah elit ini dengan beasiswa.

Yaa, SMA Bramwijaya. Salah satu sekolah elit di Jakarta Utara yang biaya sekolah perbulannya tidak main-main. Yang sudah jelas dan sudah pasti isi anak-anak sultan semua.

Kara segera membersihkan tumpahan minuman yang berceceran karena tidak sengaja tersenggol siswi tadi.

"Apaan sih cewe gila, kelihatan banget sengaja nyenggol lo jadi tumpah semua kan minumannya. Tidak mubazir minuman memang, anak bab.."

Potong Kara takut Farel mengucapkan kata-kata mutiara lebih banyak lagi "Heh udah lah, yuk balik ke kelas,"

• •

Hari ini semua siswa dipulangkan cepat karena guru-guru harus mengadakan rapat dadakan. Jam kosong memang menyenangkan tapi pulang cepat lebih menyenangkan bukan?

Kara mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Gadis itu merapikan semuanya dengan cepat.

"Pulang sama gue aja,"

Gadis itu tersenyum tipis. Desta adalah satu-satunya orang yang mau berteman dengan Kara selain Farel. Ia selalu menawarkan untuk pulang bersama karena searah dengan rumahnya.

"Gapapa Ta, aku pulang sendiri aja. Soalnya aku juga mau ke toko buku,"

Desta hanya bisa mengiyakan permintaan teman satunya itu. Ia sudah tau Kara akan menolaknya. Meraka berjalan beriringan keluar kelas sampai berpisah di parkiran sekolah.

Kara berjalan cepat menuju toko buku dekat sekolahnya. Saking sederhananya Kara ia memilih untuk berjalan ketimbang naik angkutan umum.

Sore ini cuaca sedikit dingin dan berangin. Langit pun sangat gelap di bagian timur. Kara semakin mempercepat langkahnya menuju toko buku. Ia takut jika hujan datang lebih awal.

Sampailah Kara di Toko Buka Ganesha. Kara memang suka membaca buku apalagi novel. Di toko ini semua buku, novel, komik, bahkan peralatan tulis pun tersedia.

"Totalnya Rp117.500,00 ya,"

Kara menyerahkan uang pas kepada pelayanan toko lalu segera pulang.

Terdengar petir menyambar kesana kemari pertanda hujan akan segera datang. Langsung saja gadis itu naik angkot menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan ia berharap agar hujannya dipending saja. Karena jujur saja ia lupa membawa payung.

Teledor memang.

Angkot berhenti di depan gang. Kara










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

302/365 With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang