Roxanne

844 5 0
                                    

Kerajaan Endelson adalah kerajaan yang diberkati oleh kekayaan alam dan melimpah. Kerajaan yang makmur. Para penduduknya sangat dekat dengan alam. Kerajaan ini masih sedikit traditional.  Bangunan sebagian masih banyak mengunakan kayu dan terdapat hutan kecil ditengah kota. Meski kerajaan makmur, tapi tidak dengan penduduknya. Istana dibangun dengan megah, tata kota dibuat sedemikian rupa menyatu dengan alam dan begitu juga penduduknya, menyatu dengan alam. Pakaian yang kumal dan tidak layak dikenakan, makanan cari sendiri dari alam, dan tempat tinggal sederhana untuk mereka yang tidak mampu mendapat tempat di hati Raja. Hanya orang-orang tertentu yang bisa hidup makmur disini dan terdidik.

Suasana istana tampak sibuk mempersiapkan kedatangan tamu istimewa dari kerajaan lain. Raja juga bersiap-siap menyambut kedatangan tamu istimewa tersebut. Raja mengenakan pakaian kerajaan yang bergaya india dan perisa yang merupakan pakaian khas Endelson. Raja yang berusia 60tahun ini masih terlihat fit dan tinggi tegap dengan kulit kecoklatan serta rambut coklat dan mata coklat. Wajahnya terlihat bersih dan terdapat sedikit keriput. Meski sudah berumur 60tahun tapi Raja Endelson tetap tampan.

            “Wah, Ragnor! Senang bisa bertemu denganmu!” sambut Raja Endelson segera berdiri dari Kursi Rajanya berjalan melewati kolam kecil di ruanganya dan menjabat tangan Ragnor. Seorang pangeran pertama dari kerajaan Sheridan. Pemuda 23tahun yang berwajah feminim dan berbadan tinggi agak kurus tapi berbidang serta berkulit maskulin. Rambut ikal kuning panjang diikat kebelakang dan bermata biru laut. Ia mengenakan pakaian selayaknya pangeran dari Inggris dengan pedang kerajaan disamping kirinya.

            “Senang juga bisa bertemu dengan anda.” Ucap Ragnor dengan sopan.

            “Mana adikmu?” tanya Raja Endelson sambil melihat rombongan yang bersama dengan Ragnor. Namun hanya terlihat pengawal saja dengan jubah dan besi pelindung tubuh juga helmet dan pedang beserta tameng. Mereka juga membawa beberapa bingkisan hadiah.

            “Oh, maaf. Dia sedang jalan-jalan. Aku tidak bisa melarangnya.” Ucap Ragnor.

            “Hahaha!! Tidak masalah! Namanya juga anak muda. Masih penuh rasa ingin tahu.” Kata Raja Endelson. “Wah kenapa kita berdiri disini terus? Haha!! mari masuk dan duduk berbincang-bincang didalam, aku sudah menyiapkan pertunjukan dan makanan istimewa  didalam. Yang paling penting anggur terbaik juga sudah aku siapkan.” Kata Raja Endelson bangga.

            “Terima kasih, Raja.” Ucap Ragnor sopan dan tersenyum.

            Ragnor dan rombongan pun masuk ke dalam ruangan. Mereka berbincang-bincang. Raja duduk disebelah Ragnor. Para pengawal juga di persilahkan duduk dan menikmati pertunjukan para penari wanita. Mereka juga di perbolehkan menyantap makanan dan minuman yang ada, juga bersenang-senang dengan wanita penghibur yang hanya mengenakan pakaian bikini berbalut sutra dan ditutupi aksesoris emas. Ragnor tidak terpengaruh dan peduli dengan semua itu, ia tetap fokus pada tujuan utamanya.

            Sementara itu, adik Ragnor yang sedang berjalan-jalan dikota merasa sangat takjub dengan keindahan kota itu. Tapi, wajah senang dan takjubnya itu pun berubah seketika.

            “Ada apa Pangeran Roxis?” tanya pengawal pribadi Pangeran Roxis yang mengenakan pakai prajurit dengan besi pelindung dan jubah hitam. Dan pedang dikirinya. Wajah yang sangar dan tinggi tegap berotot serta berumur sekitar 30tahunan berkulit putih dan bermata biru laut. Rambut kuning rapi tidak panjang.

            “Lihat itu, Yael.” ucap Roxis pangeran yang berwajah lelaki tampan dan kulit putih dan bersih, dengan bola mata biru laut, rambut kuning yang pendek sedikit berikal disisir kebelakang. Membuat ia terlihat dewasa dan tampan sekali di tambah dengan tinggi tubuh yang ideal melebih Ragnor. Badannya yang tegap dan berotot membuat ia terlihat sempurna dipadu dengan pakaian bangsawan ala inggris yang ia kenakan beserta pedang di sebelah kirinya. Siapa sangka ia masih berumur 18 tahun.

            Yael pun melihat kearah Roxis menunjuk. Betapa terkejutnya Yael melihat begitu banyak orang miskin dan kelaparan di sebuah gang sempit yang gelap berpakaian kumal dan robek.

            “Ini mengerikan.” Ucap Yael kaget.

            Tiba-tiba saja terdengar suara anak-anak kecil berlarian melewati Roxis dan Yael. Anak-anak kecil itu terus berlari sambil berteriak, “Roxanne datang!! Roxanne datang!!” Orang-orang miskin itu pun terlihat kembali bersemangat dan segera berdiri, mereka berbondong-bondong pegi ketempat Roxanne.

            “Roxanne? Siapa dia?” tanya Roxis.

            “Entahlah.” Jawab Yael.

            “Ayo kita lihat, siapa dia. Aku penasaran sekali.” Kata Roxis langsung berlari mengikuti orang-orang tersebut bersama Yael.

            Roxis sampai ditempat dimana Roxanne berada. Ia berada di sebuah taman. Tapi banyak sekali orang, ia tidak dapat melihat Roxanne. Ia pun memaksa masuk diantara orang-orang banyak dan terpisah dari Yael yang binggung mencari Roxis. Akhirnya ia mendapat tempat berdiri dimana ia bisa melihat Roxanne.

            Betapa terpesonanya Roxis pada Roxanne. Gadis berumur 17 tahun dengan rambut bergelombang panjang berwarna coklat, wajah proposional dan tegas, bermata hijau dan berkulit kuning langsat dan berbadan indah dengan lekukan, kaki panjang dan tinggi serta sedikit berotot. Roxanne terlihat seperti malaikat perang. Sangat indah dan berani. Ia mengenakan pakaian yang memperlihatkan perutnya yang datar dan sedikit berotot dengan celana ali baba, sebagaimana pakaian wanita tomboy ala india dan Persia tanpa aksesoris. Dari cara ia berdiri dan berbicara terlihat sangat berwibawa dan anggun. Semua orang begitu terpesona padanya.

            “Seperti janjiku pada kalian, aku tidak akan membiarkan kalian mati kelaparan.” Ucap Roxanne tegas dan dengan suara kuat agar semua orang bisa mendengarkannya. Ia kemudian membuka kain yang menutupi sebuah gerobak yang cukup tinggi dan panjangnya. Dan isinya adalah makanan berupa roti dan susu yang siap dibagikan pada semua orang.

            “YEAH!!!!” teriak orang-orang senang.

            “Kalian berbarislah. Kami akan membagikannya pada kalian.” Perintah Roxanne. Kemudian semua orang berbaris dan teman-teman Roxanne pun sibuk membagikan makanan begitu juga Roxanne.

            “Roxis! Akhirnya ketemu juga.” ucap Yael. “Ternyata ada pembagian makanan gratis dari Roxanne.” Ucap Yael merasa sedikit lelah. “Sayang aku tidak melihat wajah Roxanne, kamu melihatnya?” tanya Yael

            Roxis tidak menjawab Yael dan hanya menatap Roxanne yang tiba-tiba di hampiri anak-anak, wajah Roxanne pun berubah seketika menjadi sangat feminim dan manis, dengan senyuman ramah dan tatapan mata yang tulus pada anak-anak tersebut. Roxanne pun tersadar bahwa Roxis menatapnya dari kejauhan. Roxanne pun menatap Roxis kembali dari kejauhan, kedua mata mereka saling bertemu. Wajah Roxanne seketika itu juga berubah menjadi kesal dan langsung membawa anak-anak pergi ketempat lain dimana ia tidak melihat Roxis.         

            “Eh, mau kemana dia?” ucap Roxis berusaha mengejar tapi ditahan oleh Yael.

            “Kamu kenapa sih? Kita harus kembali. Jangan lupa tujuan kita kemari.” Ucap Yael.

            “Ah, Iya…..” ucap Roxis sedikit kecewa dan berjalan pergi, sesekali ia memalingkan wajahnya kebelakang berharap melihat Roxanne.

RoxanneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang