Happy reading, semoga suka.
Selengkapnya sudah bisa didapat di KK dan Playstore.
Luv,
Carmen________________________________________
Apa yang sedang terjadi?
Seorang pria nyaris asing sedang menciumi Mia di elevator. Demi Tuhan, apa yang dilakukan pria ini?
Tapi bibir yang tengah menciuminya itu terasa begitu nikmat dan ahli dan Mia tidak tahan untuk tidak mengerang pelan. Tapi ini terasa salah, mereka nyaris tidak saling mengenal. Tapi alasan lemah itu dengan mudah ditepis oleh sisi gairahnya yang tengah bangkit. Kapan terakhir kali ia berciuman? Mia begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga nyaris tidak punya waktu untuk berkencan. Dan lagi, pria ini begitu menarik untuk dilihat, juga begitu ahli dalam mencium, bukankah sayang untuk dilewatkan? Mia juga tertarik pada pria itu. Mereka ada dua orang dewasa yang saling tertarik, lalu kenapa berpura-pura bahwa ia tidak menginginkannya?
“Uh…”
Menyerah, Mia dengan linglung melingkarkan kedua lengannya di sekeliling leher pria itu sementara tangan-tangan pria itu menelusuri pinggulnya. Ia terkesiap saat pria itu menariknya untuk menempel di tubuh kerasnya dan Mia bisa merasakan setiap kekerasan, otot, kekuatan menakjubkan dari tubuh prima itu. Gairah pria itu juga mengeras di antara kedua kakinya dan kini sedang menekan perut Mia. Pelan, pria itu mendorongnya hingga punggung Mia menempel di dinding elevator. Ciuman mereka lalu terputus saat mulut pria itu bergerak menelusuri rahang Mia sebelum turun untuk menciumi lehernya.
“Ohh…”
Mia mengerang lembut oleh sensasi tersebut. Terlebih, ia merasakan tangan besar pria itu berlabuh di dadanya, menangkup salah satu payudara penuhnya. Ia terlonjak hebat saat merasakan jemari pria itu menggosok salah satu putingnya.
“Ohh!”
“Kau menginginkan ini?” bisik pria itu dengan suara serak. “Aku akan berhenti jika kau tidak menginginkannya, walau aku yakin hal itu akan membunuhku.”
Ini kesempatan Mia. Ia harus menghentikan pria itu, menghentikan mereka berdua. Tapi alih-alih mendengarkan akal sehatnya, ia malah membiarkan nafsu berbicara.
“Tidak, jangan berhenti,” bisik Mia lalu meraih wajah pria itu dan menciumnya. Tangannya lalu bergerak ke depan celana pria itu, mengelusnya. Pria itu langsung mengerang di dalam mulut Mia.
Saat pria itu melorotkan gaunnya, Mia berpikir bahwa ia benar-benar sudah gila. Ini adalah kegilaan paling gila yang pernah dilakukannya. Bayangkan saja, ia nyaris terlanjang di hadapan seorang pria yang nyaris tidak dikenalnya, akan segera berhubungan seks dengan pria itu di dalam elevator apartemennya tapi Mia sama sekali tidak tahu siapa nama pria itu. This is beyond insane! Tapi juga luar biasa menggairahkan!
“Siapa namamu?” bisik Mia kemudian. Setidaknya ia harus tahu nama pria itu.
“Isaac. Siapa namamu, Sweetheart?” tanya pria itu lalu berlutut dan mulai menciumi perut Mia.
“M… Mia…” sengalnya, perut Mia berkedut di tempat pria itu menciuminya.
“Itu adalah nama yang sangat indah, Mia, seindah tubuhmu,” puji pria itu lalu kembali naik untuk mengecup bibir Mia. “Mia, it’s my favourite name now.”